Mohon tunggu...
Erson Bani
Erson Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023), "Melayat Mimpi" (2023), Senandika dari Ujung Negeri: Kumpulan Opini dan Esai tentang Pendidikan, Sosial, Budaya, dan Agama (2024)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Along with The God Two Worlds: Begini Kata Alkitab

26 Januari 2022   22:42 Diperbarui: 26 Januari 2022   22:49 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Amazon.com

Mungkinkah jiwa mereka yang telah berada "di alam lain" mempunyai relasi dengan jiwa yang masih hidup di dunia? Jika memang benar begitu, bagaimana keduanya bisa bertemu? Pertanyaan ini bukanlah hal baru. 

Hubungan antara jiwa yang telah meninggal dan jiwa manusia yang masih hidup terus menemani perjalanan hidup manusia. Penulis yakin bahwa beberapa daerah pasti mempunyai pengalaman berkaitan dengan relasi atau pertemuan antara dua jiwa yang berbeda. Ada yang menganggap ini adalah kejadian yang nyata dan ada juga yang menolaknya.

Berbicara mengenai nyata dan tidaknya kejadian seperti ini, tergantung dari cara pandangan setiap orang dan yang terpenting adalah pengalamannya sendiri. 

Apabila kita mendengar kisah-kisah yang terjadi dalam kisah sejarah keselamatan manusia, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, pengalaman ini sungguh ada. Peristiwa ini rasanya akan semakin menjadi perbincangan yang hangat jika dikaitkan dengan sebuah karya seni yang berusaha melukiskannya dan salah satunya adalah melalui film.

Film adalah sebuah karya seni yang berusaha membahasakan realitas dan imajinasi dengan tujuan tertentu. Ketika berhadapan dengan film, kita akan bertanya apakah semuanya ini nyata ataukah hanya sebuah khyalan belaka. Ada yang mengatakan bahwa kebanyakan film adalah sebuah karya fiksi atau imajinasi dari seorang penulis cerita. 

Kita dapat memberikan pertanyaan berkaitan dengan hal ini. Pertanyaan, dari mana ia memperoleh semuanya itu, jika kita melihat sebuah film yang tidak jauh berbeda dengan kenyataan dan juga iman dan kepercayaan? 

Jika kita ingin melihat lebih jauh lagi mungkinkah imajinasi seorang penulis dapat melampaui realitas hidupnya? Mungkinkah dalam melukiskan kisah ini ia terlepas dari pengalamannya. Imajinasi seseorang tak mungkin terlepas dari reaitas harian, pengalaman yang kelihatan maupun yang tak kelihatan.

Pengalaman. Iya. Pengalaman. Pada abad-abad pertengahan, tokoh-tokoh seperti Jhon Locke, Thomas Hobbes, dan David Humme sangat jelas menekankan tentang pentingnya pengalaman dalam kehidupan manusia. Mereka mengatakan bahwa setiap pengetahuan yang terbentuk dalam diri setiap orang tersusun dari apa yang telah ia alami. 

Pengalaman yang dialami setiap orang tak selamanya berasal dari pancaindra. Menurut mereka, pengetahuan juga tidak hanya berkaitan dengan pancaindra tetapi juga pengalaman yang tak kelihatan. Pengalaman yang tak kelihatan inilah yang terjadi melalui mimpi yang mempertemukan dua jiwa yang berbeda.

Setiap orang pasti pernah mengalami hal ini. Ketika kita merindukan seseorang, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal terkadang kerinduan itu terbawa dalam mimpi. Kata ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. 

Mimpi dapat menjadi jembatan yang mempertemukan dua jiwa yang berada dalam situasi yang berbeda. Mimpi bisa sebagai pengulangan akan apa yang terjadi sebelumnya atau bahkan ada mimpi yang hadir sebelum kejadian yang sebenarnya terjadi dan ketika sebuah peristiwa terjadi, peristiwa itu sama seperti pada apa yang pernah terjadi dalam mimpi.

Perjumpaan jiwa melalui mimpi dalam Kitab Suci

Allah sering menggunakan berbagai cara agar dapat berbicara dengan manusia. Mimpi adalah sebuah cara yang dipakai Tuhan untuk melakukan rencananya. Mimpi mempertemukan dua jiwa yang berasal dari dunia yang berbeda. Dalam Kitab Suci, Allah terkadang memberikan petunjuk dan tanda-tanda melalui mimpi. 

Kita bisa melihat peristiwa yang terjadi pada Yusuf (Kej, 37:5-10). Peristiwa yang berbeda namun terjadi pada pribadi yang mempunyai kesamaan nama yakni Yusuf, suami Maria ibu Yesus. 

Yusuf yang pada awalnya berniat menceraikan Maria secara diam-diam (Mat, 1:18-25), ditegur oleh Allah melalui malaikat untuk mengambil Maria sebagai istrinya. Kisahnya berlanjut ketika Yesus lahir dan hendak dibunuh oleh Herodes. Allah terus mengutus malaikat untuk berbicara kepada Yusuf untuk pergi menyingkir ke Mesir (Mat, 2: 13-17).

Beberapa kisah ini merupakan rencana Allah yang terungkap melalui mimpi dengan mempertemukan jiwa yang berbeda. Proses mimpi yang sering dianggap sebagai hal yang biasa, ternyata dapat menghadirkan peristiwa yang luar biasa. Seandainya Allah tidak memberikan petunjuk melalui mimpi maka bisa dikatakan bahwa semua kisah telah berakhir pada waktu itu. 

Pertemuan jiwa yang berbeda dalam mimpi yang dihadirkan Allah sangat jelas dan sungguh-sungguh terjadi. Pertemuan ini terjadi ketika jiwa dari alam lain yang datang atau juga jiwa manusia yang mendekati jiwa itu. Pada saat bermimpi jiwa manusia keluar dari raga dan berjumpa dengan jiwa yang lain.

Sekilas tentang film "Along With the Gods: Two Worlds"

Film ini menjadi salah satu film box office Korea yang meraih kesuksesan. Tayang perdana pada tahun 2017 dan berhasil mencuri perhatian lewat cerita yang ditampilkan serta pemain-pemain papan atas yang ikut berperan dalam film tersebut. 

Sebelum mengetahui tentang cerita dari film ini, kita pertama-tama mengetahui tentang tokoh yang berperan di dalamnya. Beberapa tokoh tersebut yakni Ja-hon yang diperankan oleh Cha Tae Hyun, dan ketiga malaikat pencabut nyawa yang masing-masing diperankan oleh Ha Jung Woo, Joo Ji Hoon dan Kim hyang Gi.

Dalam film ini, Ja-hon berperan sebagai seorang pemadam kebakaran yang meninggal karena menyelamatkan nyawa seorang anak. Peristiwa ini tidak terjadi di kampung halamanya tetapi di tempat lain. Ia memilih untuk menjadi seorang perantau karena keadaan keluarganya. 

Selama 15 tahun ia tidak pernah kembali ke rumahnya. Perasaan bersalah seakan terus menemaninya karena persoalan keluarga yang pernah ia alami. Setelah meninggal ia akhirnya diantar oleh para malaikat menuju "dunia lain". Meninggal di tempat lain apalagi tanpa kehadiran keluarga tentu menimbulkan luka entah bagi keluarga maupun bagi Ja-hon.

Ketika berada "di dunia lain", Ja-hon harus melewati 7 pengadilan atau yang disebut "tujuh lingkaran neraka". Segala pernyataan dari para penuntut terus mempengaruhi hakim utama bahwa Ja-hon tidak layak melanjutkan perjalanannya. Berhadapan dengan situasi seperti ini, ketiga malaikat berusaha menemukan cara untuk menyelamatkan Ja-hon. 

Mereka yakin bahwa dari setiap tindakan yang dilakukan oleh Ja-hon di dunia mempunyai maksud yang baik dan kebaikan itu tidak terlihat ataupun terungkap kepada semua orang. Pertanyaan, bagaimana mereka dapat menemukannya? Ini merupakan hal yang sangat sulit. Bagaimana mungkin kita bisa mengetahui apa yang tersimpan dalam hati seseorang yang tidak pernah ia katakan atau ia juga tidak bisa mendengarkan apa yang kita katakan padanya?

Ketika berada pada pengadilan yang terakhir, pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya dapat terjawab. Di tempat yang terakhir ini, Ja-hon harus dihadapkan dengan peristiwa yang membuatnya meninggalkan keluarganya. Pasti masih ingat apa yang terjadi padanya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pencobaan pembunuhan. 

Ya benar. Peristiwa pahit 15 tahun silam kembali dikenang olehnya. Karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak menjamin, adiknya yang sakit dan ibunya yang tidak dapat berbicara dan mendengar membuatnya berniat mengakhiri hidup mereka semua. Ia awalnya berniat membunuh ibunya terlebih dahulu, kemudian adiknya dan akhirnya ia membunuh dirinya sendiri agar penderitaannya berakhir.

Niatnya ini akhirnya digagalkan oleh adiknya. Ia tidak pernah membayangkan bahwa pada saat itu, ibunya sempat membuka mata dan melihat bantal yang hendak digunakan untuk membunuhnya. Ia sempat meneteskan air mata melihat usaha anaknya ini. Ia mengetahui hal ini ketika salah seorang malaikat membangkitkan mimpi dari ibunya agar dapat berjumpa dengannya. 

Ini adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan agar Ja-hon bisa melewati pengadilan yang terakhir. Apa tujuan dibangkitkannya mimpi dari ibunya dan berjumpa dengannya? Agar Ja-hon bisa mendapatkan pengampunan dari ibunya karena kesalahan yang belum dimaafkan oleh ibunya hingga ia meninggal.

Ada satu hal yang menarik yang terjadi dalam perjumpaan antara Ja-hon dan ibunya dalam mimpi itu. Ibunya yang dulunya tuli dan bisu dan ketika berjumpa dalam mimpi ia dapat berbicara memberikan pengampunan dan mendengar Ja-hon yang meminta pengampunan. Dalam mimpi segalanya dapat terjadi dan ini merupakan kenyataan dari mimpi yang tidak bisa dihindari. Perjumpaan kedua jiwa yang berbeda inilah yang akhirnya membuat Ja-hon melewati ketujuh pengadilan dan mendapatkan karunia reinkarnasi.

"Ia" Akan tetap Ada

Perubahan zaman dapat menyebabkan perubahan pola pikir manusia. Cara mendapatkan pengetahuan dengan mengandalkan akal budi menjadi sangat laku dalam kehidupan bersama. 

Segala sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh akal budi sering dianggap sebagai sebuah khyalan belaka. Bukti yang real, nyata itulah yang dituntut oleh manusia. Mereka atau kita juga akan bertanya apakah semuanya itu benar? Kebenaran mengenai hal ini belum menemukan titik temu. 

Semuanya itu karena belum adanya bukti yang dapat membuat peristiwa seperti ini dipercaya oleh masyarakat secara umum. Akibatnya, hal-hal kuno sering dianggap tidak relevan untuk dibicarakan pada saat ini, salah satunya berbicara tentang pertemuan jiwa melalui mimpi atau relasi antara jiwa yang masih hidup dan yang telah berada dalam dunia akhirat.

Relasi antara jiwa dunia dan jiwa akhirat sering menjadi sebuah perdebatan dalam kehidupan masyarakat. Pembicaraan tentang hal ini bukan hal yang baru tetapi sudah terjadi sejak dahulu. Jika kita ingin melihat lebih jauh ke belakang (sebelum agama muncul), masyarakat akan sangat mempercayai adanya relasi yang kuat antara kedua hal ini. 

Setiap daerah pasti mempunyai keyakinan yang berbeda-beda tentang jiwa. Daerah saya juga (Flores) meyakini hal-hal seperti ini. Kebanyakan orang mengatakan bahwa sebenarnya jiwa orang yang telah meninggal mempunyai relasi dengan yang masih hidup.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Paus Emeritus, Paus Benediktus XVI. Ia mengatakan bahwa meskipun jiwa meninggalkan tubuh fisik setelah kematian, dalam arti lain ia tetap terhubung dengan tubuh yang dipahami sebagai penjelmaan dari kepribadian yang telah dikembangkan manusia dalam perjalanan kehidupan. Karena itu, jiwa memiliki hubungan dengan dunia bahkan setelah kematian. 

Ia melanjutkan bahwa tidak ada orang yang berhak menjadi sebuah pulau bagi dirinya sendiri bahkan setelah kematian, ia akan tetap terhubung dengan orang lain (Thomas G. Casey SJ).

Ketakutan manusia untuk berbicara tentang jiwa hanya akan membuatnya menyangkal tentang apa yang sebenarnya menjadi bagian bagi dirinya. Manusia tidak bisa melakukan segala sesuatu jika tanpa jiwa yang berdiam dalam dirinya. 

Waktu yang cukup lama ketika berada bersama raga dan bersama orang-orang yang pernah bersama dengannya akan membuat jiwa "merindukan" dunia yang pernah ia alami. Memahami jiwa ada sebuah karunia. Mengapa? Karena tidak semua orang mampu mengalami hal ini. Memahami jiwa tidak bisa mengandalkan pengetahuan akal budi tetapi ini berkaitan dengan pengalaman dan relasi personal.

Kisah yang terlukis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga tidak terlepas dari pertemuan atau relasi jiwa. Beberapa kali Allah menyapa manusia melalui cara ini. Hal serupa pula yang diceritakan dalam film Along with the Gods: Two Worlds. Para malaikat berusaha mempertemukan jiwa Ja-hon yang telah meninggal dan jiwa ibunya yang masih hidup. 

Tujuannya agar memperoleh keselamatan. Mengapa harus berusaha agar seseorang dapat selamat? Perasaan cinta. Jika kita ingin melihat kembali beberapa kisah kisah tentang perjumpaan jiwa, frasa di atas (perasaan cinta) seperti tepat untuk hal ini. Keselamatan terjadi karena ada perasaan cinta.

Terkadang orang-orang Kristen merasa ragu, kaku, takut untuk berbicara tentang hal ini karena dianggap menyesatkan iman akan Kristus dan ini adalah kepercayaan atau keyakinan kuno. Tetapi, jika dilihat lebih jauh itu merupakan bagian dari siapa kita. Semakin kita berusaha untuk menjauhkan diri dari pembahasan mengenai hal ini, itu tidak berarti hal ini akan berakhir. 

Misteri tentang jiwa akan terus berlanjut dan tidak akan pernah habis ceritanya. Relasi kita tidak hanya berakhir di dunia tetapi hingga akhirat dan "ia" akan tetap ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun