Mohon tunggu...
Erson Bani
Erson Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023), "Melayat Mimpi" (2023), Senandika dari Ujung Negeri: Kumpulan Opini dan Esai tentang Pendidikan, Sosial, Budaya, dan Agama (2024)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Along with The God Two Worlds: Begini Kata Alkitab

26 Januari 2022   22:42 Diperbarui: 26 Januari 2022   22:49 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Amazon.com

Semuanya itu karena belum adanya bukti yang dapat membuat peristiwa seperti ini dipercaya oleh masyarakat secara umum. Akibatnya, hal-hal kuno sering dianggap tidak relevan untuk dibicarakan pada saat ini, salah satunya berbicara tentang pertemuan jiwa melalui mimpi atau relasi antara jiwa yang masih hidup dan yang telah berada dalam dunia akhirat.

Relasi antara jiwa dunia dan jiwa akhirat sering menjadi sebuah perdebatan dalam kehidupan masyarakat. Pembicaraan tentang hal ini bukan hal yang baru tetapi sudah terjadi sejak dahulu. Jika kita ingin melihat lebih jauh ke belakang (sebelum agama muncul), masyarakat akan sangat mempercayai adanya relasi yang kuat antara kedua hal ini. 

Setiap daerah pasti mempunyai keyakinan yang berbeda-beda tentang jiwa. Daerah saya juga (Flores) meyakini hal-hal seperti ini. Kebanyakan orang mengatakan bahwa sebenarnya jiwa orang yang telah meninggal mempunyai relasi dengan yang masih hidup.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Paus Emeritus, Paus Benediktus XVI. Ia mengatakan bahwa meskipun jiwa meninggalkan tubuh fisik setelah kematian, dalam arti lain ia tetap terhubung dengan tubuh yang dipahami sebagai penjelmaan dari kepribadian yang telah dikembangkan manusia dalam perjalanan kehidupan. Karena itu, jiwa memiliki hubungan dengan dunia bahkan setelah kematian. 

Ia melanjutkan bahwa tidak ada orang yang berhak menjadi sebuah pulau bagi dirinya sendiri bahkan setelah kematian, ia akan tetap terhubung dengan orang lain (Thomas G. Casey SJ).

Ketakutan manusia untuk berbicara tentang jiwa hanya akan membuatnya menyangkal tentang apa yang sebenarnya menjadi bagian bagi dirinya. Manusia tidak bisa melakukan segala sesuatu jika tanpa jiwa yang berdiam dalam dirinya. 

Waktu yang cukup lama ketika berada bersama raga dan bersama orang-orang yang pernah bersama dengannya akan membuat jiwa "merindukan" dunia yang pernah ia alami. Memahami jiwa ada sebuah karunia. Mengapa? Karena tidak semua orang mampu mengalami hal ini. Memahami jiwa tidak bisa mengandalkan pengetahuan akal budi tetapi ini berkaitan dengan pengalaman dan relasi personal.

Kisah yang terlukis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga tidak terlepas dari pertemuan atau relasi jiwa. Beberapa kali Allah menyapa manusia melalui cara ini. Hal serupa pula yang diceritakan dalam film Along with the Gods: Two Worlds. Para malaikat berusaha mempertemukan jiwa Ja-hon yang telah meninggal dan jiwa ibunya yang masih hidup. 

Tujuannya agar memperoleh keselamatan. Mengapa harus berusaha agar seseorang dapat selamat? Perasaan cinta. Jika kita ingin melihat kembali beberapa kisah kisah tentang perjumpaan jiwa, frasa di atas (perasaan cinta) seperti tepat untuk hal ini. Keselamatan terjadi karena ada perasaan cinta.

Terkadang orang-orang Kristen merasa ragu, kaku, takut untuk berbicara tentang hal ini karena dianggap menyesatkan iman akan Kristus dan ini adalah kepercayaan atau keyakinan kuno. Tetapi, jika dilihat lebih jauh itu merupakan bagian dari siapa kita. Semakin kita berusaha untuk menjauhkan diri dari pembahasan mengenai hal ini, itu tidak berarti hal ini akan berakhir. 

Misteri tentang jiwa akan terus berlanjut dan tidak akan pernah habis ceritanya. Relasi kita tidak hanya berakhir di dunia tetapi hingga akhirat dan "ia" akan tetap ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun