"Nggak mungkin! Hidungnya mbleber seperti Ade, teruuus...itu, rambut?" seru Amel keras, dengan ekspresi tak percaya.
"Bhuaha, ha, ha, itu memang kamu, Neng! Makanya jangan suka mencela fisik adikmu, wong kalian itu saudara, ya..., persis saat kecil dulu!" jelas Bu Ana masih tertawa geli, melihat ekspresi Amel yang menatap foto di layar hapenya, dengan tatapan tak percaya.
Dia memperhatikan wajah Akmal dengan seksama. Memang persis dengan anak perempuan di foto itu. Bedanya Akmal memiliki rambut hitam dan tebal, dengan barisan gigi yang putih dan rapi.
Berbanding terbalik dengan anak kecil di foto itu.
"Itu pasti anak orang, Ma!" sangkal Amel sambil meletakkan hapenya di meja.
"Ya, iya, anak orang, kata siapa itu anak onye? Haha, ha, ha!" seru Bu Ana dengan tersenyum lembut.Â
 Akmal yang sedari menatap bingung ke arah ibu dan kakaknya, berusaha meraih hape Amel, karena dia penasaran dengan foto, yang tampak mirip sekali dengannya itu.
"Dia memang bukan Ade..., masa dikuncir? Masa bergaun cantik?" gumamnya dengan gaya lucu.
Amel jadi tertawa geli, melihat tingkah sang adik, yang terus bermonolog, sambil garuk-garuk kepala, mencoba menjawab rasa penasarannya sendiri.
Bu Anna ikut menertawai tingkah si bungsu, yang kerap mendapat ledekan dari sang kakak itu.
"Iiih, kenapa pada ketawain Ade, sih?" serunya tak terima.