Diadakannya seminar 1972 mengenai pewarisan nilai-nilai memperkenalkan interpretasi yang baru mengenai nilai-nilai 1945. Peserta seminar menonjolkan nilai pancasila dan UUD 1945 sebagai representasi inti "nilai-nilai 1945", sedangkan "Nilai-nilai TNI 45" mencakup nilai-nilai yang lebih khusus mengenai pertahanan, etika militer dan kepatuhan. Seminar 1972 merangsang sejumlah proyek sejarah yang bertujuan mempromosikan nilai-nilai 1945. Proyek sejarah yang lain terinspirasi oleh seminar ini ditujukan kepada masyarakat Indonesia secara luas dengan tujuannya memperkenalkan militerisme dan konsep dwi fungsi.Â
Bab V Mempromosikan militer dan dwi fungsi kepada masyarakat sipil
Terciptanya pengertian bersama mengenai identitas merupakan bagian inti dari buku pelajaran sejarah. Buku teks sejarah merupakan alat yang berguna untuk melegitimasi ideologi negara dan mekanisme otoritarian. Bentuk instruksi yang diberikan oleh Seminar Angkatan Darat tahun 1972 kepada militer agar mereka mengedarkan versi mereka sendiri kepada masyarakat Indonesia melalui film, museum, memoar, monumen dan buku pelajaran sejarah. Mengenai konsep "Pewarisan Nilai" secara garis besar diuraikan dalam seminar Angkatan darat 1972 bukan hanya ditujukan kepada generasi muda militer saja, akan tetapi juga dimaksudkan diterapkan pada masyarakat lebih luas. Seminar 1972 menghasilkan sejumlah proyek dalam rentangan yang luas dirancang untuk mempromosikan peran militer dalam revolusi dan dengan demikian dominasi mereka dalam Orde baru diterima. Nugroho dan Pusat Sejarah ABRI bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek ini. Sebagaimana kita lihat pada bab II dan III pada tahun 1974 Nugroho membuktikan kemampuannya untuk menghasilkan sejarah yang melegitimasi kepemimpinan militer baik di dalam maupun di luat Indonesia.Â
Seminar ini menetapkan beberapa sarana utama untuk mewujudkan pewarisan nilai yaitu lewat beberapa kegiatan-kegiatan peringatan, kurikulum sejarah, media cetak dan film dengan beberapa sarana yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai 1945. Buku Sejarah Nasional Indonesia merupakan prakarsa yang timbul dari seminar 1972 mengenai pewarisan nilai. Buku ini adalah seri sejarah yang komprehensif yang ditulis ditulis oleh orang Indonesia. Proyek Sejarah Nasional Indonesia juga mendapat kritik dari ahli sejarah Indonesia dalam konteks keresahan yang ditimbulkan oleh mata pelajaran yang baru Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSBP). Mata pelajaran PSPB adalah bagian dari prakarsa Nugroho, pernyataan ini dapat ditafsirkan sebagai kritik terhadap politik Nugroho sendiri dalam penulisan sejarah. Pada bidang pendidikan, Nugroho berpegang pada ide bahwa militerlah yang berperan menanamkan disiplin dalam "generasi muda" Indonesia untuk menjamin terwujudnya suatu pembangunan nasional yang berkelanjutan.Â
Bab VI Menetapkan tradisi kemiliteran dan musuh-musuh negara
Pada pertengahan tahun 80-an tepatnya sepeninggal Nugroho Notosusanto, terjadi adanya perubahan-perubahan dalam tubuh ABRI yang tampak. Hal tersebut juga dipengaruhi dari banyaknya angkatan generasi 45 yang mulai pensiun dari ABRI. Fokus utama Pusat Sejarah ABRI ikut berubah terutama dalam legitimasi individu militer generasi berikutnya. Contohnya yaitu Proyek Museum Keprajuritan Nasional yang berorientasi pada perjuangan para pahlawan pra-kemerdekaan dan perlawanan kolonial, dengan begitu hal tersebut menunjukan kepada para prajurit dan masyarakat bahwa terdapat tradisi yang panjang dalam militer Indonesia.
Tidak terlepas dari Seminar 1972, peranan militer dalam membela Pancasila pada masa Orde baru sangat mencolok. Terlebih siapa saja orang yang ingin mengganti Pancasila dari ideologi bangsa. Usaha kudeta dalam kisahnya menjadi saksi kisah yang sangat menonjolkan peranan pada narasi sejarah periode orde baru secara dominan. Secara tidak langsung narasi itu mampu mendorong atau menanamkan kepada masyarakat untuk dehumanisasi. Karya pusaka ABRI yang menonjol yaitu Museum Pengkhianatan PKI dan Waspada Purbawisesa. Cara seperti itu dalam sejarah dipakai oleh Angkatan bersenjata untuk menguasai rakyat.Â
Kesimpulan
Tentang apa yang sudah dijelaskan dari buku ini, diketahui bahwa bagaimana militer di Indonesia mendominasi kekuasaan pada masa Orde baru dengan menggunakan narasi sejarah. Buku ini terdapat penjelasan yang menarik dan sederhana. Penggunaan kalimat yang ada di dalamnya mungkin ada beberapa yang cukup sulit dimengerti oleh sebagian orang terutama orang awam yang menjelaskan banyak beberapa di bidang militer yang jarang diketahui. Narasi panjang sejarah Indonesia akan selalu menjadi bagian dari perjalanan bangsa ini. Baik itu perjalanan yang berkesan baik atau sebaliknya. Hal tersebut tentu dikembalikan lagi kepada masyarakat untuk lebih selektif dalam membaca narasi sejarah. Bukan hanya itu saja tetapi, adanya sudut pandang kita dari sudut pandang satu dengan yang lain dalam memahami peristiwa sejarah sangat penting untuk bisa memberikan pendapat bijaknya. Demikian, buku ini menjadi salah satu buku yang menjelaskan mengenai sejarah militer Indonesia dengan sang penulis Katharine E. Mcgregor, yang mana mengambil periode waktu terhadap segala bidang di Indonesia sangat besar. Di sisi lain juga berhasil menyajikan data yang diperoleh ketika melaksanakan riset mengenai militer di Indonesia dengan baik dan menambah wawasan baru yang sebelumnya mungkin belum diketahui oleh para pembaca.Â