Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pilkada: Petugas TPS Bikin Drama, Nyaris Hanguskan Hak Suara

28 November 2024   02:06 Diperbarui: 28 November 2024   02:48 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelingking ungu tanda sudah ikut nyoblos. Suara nyaris hangus. (Sumber: Erry Yulia Siahaan/dokumentasi pribadi)

Dia kemudian meneruskan pesan itu ke nomor WA si ibu. Tertulis demikian:

Kategori pemilih ada 3 :
1.DPT : Yaitu pemilih yang terdaftar sesuai dengan alamat dan TPS masing masing waktu memilih pukul 07.00. s/d 13.00 wib .
2.DPTB (Daftar Pemilih Tambahan) : Yaitu pemilih yang terdaftar di luar, tetapi yang bersangkutan telah mengurus pindah memilih kepada PPS/PPK/KPU dengan mendapat surat pindah memilih dan mendapatkan form model A5 yang di keluarkan oleh PPS/PPK/KPU waktu mencoblos untuk DPTB PUKUL 11.00 WIB s/d 13.00 WIB
3.DPK (Daftar pemilih khusus) yaitu pemilih yang tidak terdaftar namun  usia nya memasuki 17 tahun s/d tanggal 27 November 2024, atau pensiunan TNI/Polri yang belum terdaftar di DPT dengan membawa KTP/Suket/Resi/surat pensiunan terbaru waktu memilih untuk DPK pukul 12.00 WIB s/d 13.00 WIB

Hal ini membuat si ibu bersemangat kembali lagi ke TPS tadi. Dia menyalakan video pada telepon genggamnya sembari dibonceng motor oleh anaknya. Seturunnya dari motor, melihat si petugas tadi berdiri di depan ruangan di sisi meja pendaftaran, si ibu sembari mengarahkan kamera kepadanya berujar tegas, "Pak, saya sudah tanya ke TPS di taman, ternyata memang sampai jam 13. Kalaupun ada ketentuan seperti yang Bapak bilang dari jam 12 sampai jam 13 untuk yang bukan pemilih tetap, itu tidak serta merta meniadakan hak pemilih tetap."

Petugas tadi sudah tidak segalak sebelumnya. "Sebentar, ya, Bu, saya telepon dulu."

Si ibu masih mengarahkan kamera ke arah petugas yang bertelepon. Seorang petugas yang lain mempersilakan si ibu supaya duduk. "Jangan marah, Bu."

"Saya tidak marah," kata si ibu.

"Ini mah masalah kecil, Bu," katanya lagi. Nah, pas di bagian ini si ibu merespon tegas.

"Wah, saya tidak suka ya Bapak berkata seperti itu. Jangan main-main, Pak. Satu suara itu berarti banget," kata si ibu kepada petugas yang masih relatif muda itu -- yang kemudian (setelah petugas itu bertanya si ibu dari RT berapa) diketahuinya sebagai Ketua RT-nya yang baru.

"Oh, jadi kasih aja, ya, Pak. Baik, Pak," kata si petugas yang bertelepon tadi. 

"Silakan, Bu. Boleh, sampai jam 13," tambahnya.

Sebentar saja si ibu dan anaknya segera menandatangani buku daftar ulang pemilih, masuk ke bilik suara, dan mencoblos dua kertas suara yang diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun