Ada para mama yang tidak ingin malam lekas sirna. Keinginan itu berakhir dengan acara lanjutan setelahnya, di kedai kopi bernama “Mama Bangga”, di samping gereja.
Haleluya. Bukan hal biasa. Bukan rekayasa, bahwa pada suatu titik hati seorang mama mendapati irisannya. Hatinya bahagia, sembari bersama temannya sesama mama menikmati indahnya lampu-lampu neon gereja yang terlihat dari kedai kopi “Mama Bangga”.
“Indah juga, ya,” kata seorang mama.
“Iya,” jawab mama yang satu lagi melalui anggukan kepala.
Adapun pemilik kedai adalah Carlos dan Jeremia. Dua sohib sejak taman kanak-kanak dan tetap bersahabat ketika dewasa.
Kedai yang tidak terlampau besar, sekitar sembilan meter kali tiga. Bernuansa Cina, tapi Ambon dan Batak yang punya. Ada kipas di dinding dan tirai pengganti pintu dalam warna merah ceria.
“Biar sedikit berbeda,” kata Mama si empunya. Maksudnya, untuk memberi warna baru dari deretan kedai di kiri-kanannya, yang sudah lebih dulu ada.
Mama Jeremia mengaku "terkejut" ketika datang ke kedai anaknya dan membaca daftar menu di sana. Di paling bawah tertulis: "KATA MAMA AKU PASTI BERHASIL. mama bangga".
Mama Jeremia memang rajin memotivasi putranya dan sering mengatakan, "Kamu pasti berhasil. Mama bangga."
Siapa nyana, kata-kata orangtua ternyata menjadi memori yang mengamunisi rencana demi rencana hingga terwujud sebagai sebuah karya. Sebuah usaha.