Orangtua perlu mendorong anak-anak, bukan pada saat akan ujian saja, tetapi jauh-jauh hari, pada hari-hari masa akademiknya. Dengan begitu, motivasi dan rasa percaya diri bertumbuh dalam diri anak. Ini merupakan proses, bukan hal instan, sehingga tidak bisa direalisasikan secara dadakan.
Kebiasaan belajar yang terjadwal, dengan mengulang materi pembelajaran setiap hari meskipun tidak ada ujian, akan membuat masa-masa ujian menjadi lebih ringan. Anak tidak perlu menjadi stres. Selain itu, pada saat ujian, anak tidak perlu belajar sampai larut malam. Anak justru harus cukup tidur menjelang ujian.
Sangat perlu menyediakan tempat yang nyaman bagi anak untuk belajar. Orangtua bisa bertanya kepada anak, hal-hal yang sekiranya bisa dilakukan untuk membantu anak belajar. Misalnya, membantu anak cara membuat ringkasan agar materi belajar mudah diingat. Juga, menyediakan waktu untuk sesi berlatih soal, tanya jawab.
Orangtua perlu memberikan kata-kata yang dapat mendorong antusiasme anak dalam belajar. Orangtua bisa mengingatkan anak-anak mengenai apa yang dicita-citakannya, bagaimana dara mereka menggapainya, dan seterusnya.
Orangtua harus memperhatikan kebiasaan makan anak, sejak jauh-jauh hari. Ini perlu dilakukan secara rutin. Tujuannya, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, sebagai bekal untuk kinerja otaknya dan staminanya. Terlebih pada saat anak menghadapi ujian.
Juga, untuk mampu membaca situasi jika anak tiba-tiba menunjukkan gejala tidak biasa, misalnya tiba-tiba kurang atau tidak nafsu makan. Ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka mungkin sedang kurang sehat, atau (apalagi bila kejadiannya menjelang ujian) sedang stres karena tekanan menghadapi ujian.
Sebaiknya orangtua menghindari memberikan makanan yang terlalu banyak mengandung minyak, terutama ketika sarapan. Sebaliknya, orangtua bisa memilih makanan yang banyak vitamin, mineral, serat, dan protein, dengan tetap menjaga keseimbangannya.
Selain menghindari asupan banyak lemak (misalnya lewat gorengan), orangtua juga perlu menghindari pemberian banyak gula, kafein, atau bahan-bahan lain yang kurang baik bagi anak. Misalnya, minuman berenergi, bersoda, manisan, keripik, dan semacamnya, sebab bahan-bahan itu bisa membuat anak menjadi hiperaktif, sensitif, dan moody.
Orangtua mesti memastikan anak-anak mempunyai waktu tidur yang cukup. Ini berarti, orangtua mengawasi jam tidur anak dan mengatur jadwal anak sedemikian rupa. Istirahat yang cukup akan membuat anak-anak bisa lebih fokus pada saat belajar di sekolah. Menurut para ahli, setidaknya seorang anak membutuhkan 8-10 jam tidur setiap malam.
Orangtua harus bisa memprioritaskan kepentingan anak di atas kepentingan lain, termasuk urusan rumah. Penulis ingat pesan orangtua kepada penulis bahwa lebih baik anak terurus dan rumah berantakan daripada rumah rapi dan bersih tetapi anak tidak terurus.
Pesan ini juga diingatkan untuk disampaikan kepada para pengasuh anak manakala penulis pergi bekerja. Itu gambaran ekstrem mengenai pentingnya mendahulukan kepentingan anak ketimbang urusan lain.