Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Berencana, Tuhan Penentunya

26 April 2023   23:55 Diperbarui: 27 April 2023   19:59 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghiburan dari paduan suara lansia Selasa (25 April 2p023) siang, bagi yang berduka. (Foto: Dokumentasi pribadi/Paduan suara Lansia HKBP Cibinong Ressort Cibinong)

Seorang dokter dekat rumah dipanggil. 

"Sudah 'tidak ada', Bu," kata dokter kepada isterinya, yang langsung lemas, seakan tidak percaya bahwa suaminya telah tiada.

Sama tidak percayanya dengan teman-teman lansia dan jemaat lain yang masih bertegur-sapa hari Minggu di gereja. Juga kerabat dan handai-taulan yang bertemu di arisan keluarga. Terutama yang mengantarnya pulang sampai gereja.

Tubuhnya belum kaku. Simpulannya, dia baru saja meninggal.

Begitulah. Rencana bulan Juni tinggal kenangan. Perayaan ulangtahun pernikahan emas dua tahun lagi, sirna. Juga rencana bulan Agustus, di mana suami-isteri itu akan menjadi orangtua angkat untuk pernikahan adat anak saudaranya. 

Penghiburan dari paduan suara lansia Selasa (25 April 2p023) siang, bagi yang berduka. (Foto: Dokumentasi pribadi/Paduan suara Lansia HKBP Cibinong Ressort Cibinong)
Penghiburan dari paduan suara lansia Selasa (25 April 2p023) siang, bagi yang berduka. (Foto: Dokumentasi pribadi/Paduan suara Lansia HKBP Cibinong Ressort Cibinong)
Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Salomo dalam Kitab Amsal pasal 16 ayat 9 mengingatkan, "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya." Suatu petuah yang tegas, bahwa sehebat apapun manusia, tidak ada yang bisa melawan kehendak Tuhan.

Di atas kertas, yang tua "pergi" lebih dulu. Yang sakit-sakitan juga begitu. Semua itu hanyalah kalkulasi manusia. Kehendak dan rencana Tuhan, tidak terjangkau akal. Mengagumkan.

Teman itu meninggalkan empat anak, tiga laki-laki dan satu perempuan, beserta tujuh cucu. Dia dibaringkan di peti jenazah berwarna putih, dengan kedua tangan diluruskan di samping badan, pertanda "saur matua" - istilah Batak untuk orang yang secara adat dinilai paling berbahagia karena semua anaknya telah menikah (juga sudah mempunyai cucu) dan dapat dimaknai bahwa almarhum tidak lagi memiliki beban.

Dia meninggal hari Senin (24 April 2023) dan dikuburkan Rabu sore. Banyak yang mengantarnya sampai ke peristirahatan terakhir. Tidak ada rumor di sana-sini seperti biasa terjadi jika ada yang "pergi". Terkesan, dia begitu dicintai. Hujan sangat deras mengguyur rumah duka. Para tamu bertahan hingga jenazah berangkat ke makam, lalu dikuburkan.

Dua pendeta hadir dalam prosesi akhir di persemayaman. Mengingatkan lagi kepada jemaat dan yang melayat, Pdt. Dr. T. Hutahaean dan Pdt. M Nainggolan menggarisbawahi pesan dalam Alkitab, bahwa hidup ini adalah sebuah ziarah.

Selama di dunia, kita tinggal di kemah-kemah, yang suatu saat (harus) dibongkar. Kita akan menempati rumah yang sudah disediakan oleh Allah. Rumah abadi. Rumah damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun