"Hampir terlambat," lirihnya saat "kembali". Â
Keluarga bertangisan. Histeria, membayangkan mereka nyaris terlambat dan tersadar hanya selang beberapa menit sebelum Perina "kembali".
Perina bercerita, dia dibawa ke suatu tempat, yang membuatnya senang. Sebuah mahkota sudah siap ditaruh di kepalanya, ketika akhirnya dia "kembali". Pada saat itulah dia menemukan keluarganya sedang berdoa. Jika mahkota itu sampai ke kepalanya, kata Perina, mungkin dia "tidak kembali".
"Nama saya sekarang Junianti Indah Triana," katanya seraya menambahkan, nama itu diberikan oleh Tuhan untuknya.
***
Begitulah, Perina menjadi Triana. Ususnya tidak jadi dipotong. Dia kembali sehat. Beberapa kali terjadi keajaiban. Orang sakit yang tanpa sengaja disentuhnya menjadi sembuh.
"Mungkin kamu harus melayani Tuhan dengan talenta menyembuhkan," kata ibunya.
Suatu kali, dengan naluri keibuan Triana membawa adik bungsunya yang masih bayi dalam doa pada sebuah kebaktian akbar yang didengarnya mengadakan karunia kesembuhan. Dia pergi ke stadion Senayan, dari mana dia kemudian menaikkan doa untuk adiknya yang mengalami pembesaran di bagian kemaluan. (Hal ini mengejutkan keluarga, karena Triana jemaat setia gereja konvensional dan belum pernah mengikuti ibadah karismatik.)
Triana menopangkan tangan ke "tubuh adiknya", sewaktu hamba Tuhan dari podium (dari jauh) berdoa dan memberikan berkat kesembuhan. Sepulang ibadah, adiknya benar-benar dipulihkan. Sekarang, adiknya itu perwira tinggi di kemiliteran.
Tentang perkataan ibunya, Triana bukan tidak mendengarkan. Dia mempunyai pemikiran lain, yang menurutnya sama penting, yaitu membantu ekonomi keluarga.
Dia memutuskan menjadi selibat, meski tanpa pakaian identitas. Tidak menikah. Dia bisa menjadi ibu bagi keluarga dan banyak orang. Bukan ibu kandung atau ibu sambung, tetapi tak kalah penting.