Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Orang Paling Kaya

10 April 2023   03:01 Diperbarui: 10 April 2023   14:36 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Door at oasis. (Foto: Pixabay)

"Kebangkitan Tuhan Yesus adalah juga kebangkitanku," kata Nainggolan yang mengimbau agar kata-kata itu terpatri dalam diri jemaat. Khususnya bagi Remaja dan Naposobulung, "iman kepada Kristus harus menjadi keputusan akhir dan tidak bisa ditawar-tawar."

Mengimani bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit dan bahwa setiap orang percaya yang mati akan dibangkitkan juga bersama-sama dengan Dia, ini membuat orang beriman melihat bahwa kematian bukanlah lagi sebagai hal paling menyakitkan atau menyedihkan. Sebab, kematian identik dengan kebangkitan.

Mengenai ayat 1, 2 dan 3 (khususnya "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."), Nainggolan mengatakan, hal ini merupakan keputusan total buat semua orang percaya. Namun, katanya, bukan berarti kita mengambil jalan hidup seperti askese atau menyendiri, menjauh dari keramaian atau kehidupan sosial, melainkan selalu mengarahkan pikiran pada perkara surgawi dalam setiap berpikir, berkata-kata, bertindak. Tutur sapa dan gerak-gerik digerakkan oleh Tuhan Yesus. Bekerja di rumah, di kantor, di sekolah, sebagai isteri, suami, dan anak, mencari pasangan hidup, dan sebagainya, semua digerakkan oleh Tuhan Yesus.

"Begitu kita sadar pikiran, kata-kata, atau tindakan kita "melenceng", hentikan. Dengan begitu, kita hidup sesuai dengan teladan Tuhan Yesus," tegas Nainggolan. "Kita melakukan semua itu bukan supaya kita selamat, tetapi karena kita sudah lebih dulu diselamatkan atas dasar iman kepada Kristus."

"Kehidupan kekal buat kita sudah dijamin oleh-Nya. Keselamatan kita sudah dijamin. Kurang apa lagi?"

Mengakhiri khotbahnya, Nainggolan menegaskan, sesungguhnya kita adalah orang-orang paling kaya. Bukan karena uang yang banyak, pekerjaan yang sukses, melainkan karena kita kaya dalam iman, dengan jaminan keselamatan dan hidup yang kekal.

Lia dan anak bungsunya pulang dengan hati bergelora, merasa menjadi orang "paling kaya". Penuh sukacita. Tekad baru siap digoreskan dalam setiap lembaran baru kegiatan mereka: "memikirkan perkara-perkara di atas". Setiap kata, sikap, perilaku, tindakan, semoga sinkron dengan yang Tuhan Yesus ajarkan. Amin. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun