Dua wawancara yang dilakukan dengan narasumber yang sama namun menghasilkan sensasi perasaan yang berbeda. Khrisnan telah gagal melihat sinyal ketidaknyamanan Robert selama wawancara berlangsung. Terlebih dirinya secara sangat kasar mencoba membelokkan pembicaraan yang awalnya tentang promosi film menjadi pembicaraan pribadi. Berbeda dengan Jian, dirinya mampu mengkorelasikan promosi film yang dilakukan oleh Robert untuk membahas pula masalah personal yang dia hadapi. Jika saja Khrisnan melakukan studi lebih mendalam mengenai Iron Man/Tony Stark, sebenarnya banyak kesamaan Robert dengan tokoh yang dia perankan tersebut. Masih banyak cara lain untuk mengajaknya membicarakan pengalamannya dalam kondisi yang bijaksana. Sayangnya Khrisnan memilih cara yang memaksa dan mengabaikan kondisi lawan bicaranya. Mungkin Khrisnan perlu belajar dari Jian tentang bagaimana menciptakan suasana wawancara yang nyaman. Khrisnan juga perlu belajar lagi dalam memformulasikan pertanyaan sehingga tidak terdengar menghakimi orang lain.
Melalui tulisan ini dapat disimpulkan bahwa proses wawancara yang baik didukung oleh kepekaan pewawancara pada gestur tubuh dan ekspresi narasumber. Formulasi pertanyaan, probing, dan refleksi empati merupakan komponen yang penting untuk menciptakan kenyamanan. Kemudian yang terakhir, memaksakan narasumber untuk menjawab pertanyaan yang sangat tidak ingin mereka jawab bukan ide yang bagus.
(Video YouTube diunggah Channel4 dan The National)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H