Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Penyuluh Hukum Kanwil Kemenkum NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Trend Curhat Ke AI: Karena AI Takkan Bercerita

31 Januari 2025   20:12 Diperbarui: 31 Januari 2025   20:12 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dibuat melalui canva.com

Ya, bagaimanapun canggihnya AI, robot ini tak akan pernah bisa menyamai manusia, karena robot diciptakan oleh manusia, dimana semuanya berdasarkan program buatan, yang notabene berasal dari keterbatasan akal manusia.

Itulah sebabnya, menurut saya pribadi, tidak salah curhat ke AI dalam konteks hanya sekedar untuk didengarkan. Namun untuk percaya sepenuhnya pada penilaian dan jawaban robot, menurut saya tidaklah tepat.

Karena robot tak punya empati ketika seseorang ingin mendapatkan dukungan dalam bentuk chemistry, tidak punya emosi juga yang bisa membuat seseorang merasa benar-benar tak sendiri, atau kejujuran untuk mengakui bahwa apa yang kita katakan itu benar, tepat atau salah dan keliru.

Oleh sebab itu, meskipun AI bisa menjadi tempat curhat yang nyaman, tetap ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan seksama antara lain:

1. Tidak Memiliki Empati 

AI hanya bisa meniru respons emosional berdasarkan pola data, tetapi tidak benar-benar memahami atau merasakan emosi seperti manusia. Jadi bagi anda yang mungkin hanya ingin di dengarkan, sah-sah saja sih.

2. Jawaban Yang Terbatas

Namanya juga hasil programing manusia, pstinya jawaban dan kosakatanya terbatas pada hasil program yang di input dalam databasenya. Sehingga, Kadang AI memberikan respons yang terasa generik, kurang relevan, atau bahkan tidak nyambung dengan situasi yang dihadapi pengguna.

3. Tidak Bisa Memberikan Solusi yang Mendalam

AI bisa memberikan saran berdasarkan data yang relate, tapi tidak dengan data valid dari tiap-tiap orang. Faktanya pengolahan data diperlukan dalam memunculkan sebuah solusi. 

Hal inilah yang menyebabkan AI tidak bisa menggantikan peran psikolog atau teman dekat yang benar-benar mengenal kondisi seseorang secara personal.

4. Kurang Fleksibel dalam Memahami Konteks

AI masih kesulitan memahami konteks emosional yang kompleks atau cerita yang penuh nuansa, seperti ironi, sarkasme, atau pengalaman yang sangat personal. Wajar saja, kan robot tak punya empati, emosi dan akal juga.

5. Keamanan Data & Privasi Bisa Jadi Risiko

Jika aplikasi AI tidak memiliki perlindungan data yang kuat, ada risiko informasi pribadi bisa disalahgunakan atau disimpan tanpa izin pengguna. Faktanya, apapun yang anda ketikkan, atau suara yang anda kirimkan akan masuk ke database AI tersebut. Sehingga, apabila sistem proteksinya tidak baik, bisa saja di hack ataupun disalahgunakan oleh si pengembang maupun pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

6. Bisa Menimbulkan Ketergantungan

Beberapa orang mungkin jadi terlalu bergantung pada AI untuk curhat, sehingga mengurangi interaksi sosial dengan manusia yang sebenarnya lebih penting dalam membangun hubungan emosional yang sehat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun