Jangan terlalu cemas, begitu bisik hati saya. Di sini sudah petang, namun entah kenapa saya sedang tidak ingin menuliskan banyak hal yang sedang viral, melainkan ingin menuangkan sedikit isi kepala saya tentang harapan, ekspektasi, cita-cita yang tak jarang membuat banyak orang cemas.
Angan-angan yang senantiasa berfikir bagaimana dengan besok, bulan depan, semester depan, tahun depan dan bahkan di masa depan nanti. Tentang mau jadi apa, dan harus bagaimana, takut salah melangkah dan takut juga salah kaprah.
Penyesalan dan Kecemasan
Kecemasan ini hampir dimiliki semua orang, disamping juga sebuah rasa yang manusiawi yaitu penyesalan. Banyak orang yang cemas dengan masa depan namun banyak juga yang masih bergelut dengan penyesalan tentang kejadian masa lalu.
Lazimnya yang sering saya lihat dan dengar, rata-rata yang dicemaskan adalah hal yang sama, urusan dunia yang klasik tentang hari esok, lusa dan nanti. Beda lagi dengan yang masih menyesali apa yang telah terjadi, yang telah berlalu, tak kunjung usai meratap karena berfikir bagaimana ini harus dilenyapkan.
Bahkan muncul penyakit yang dikenal dengan syndrom anxiaty atau sindrom cemas berlebih. Realitanya antara penyesalan dan kecemasan ini selalu berjalan beriringan, menyesali yang kemarin terjadi, mencemaskan dampaknya nanti.Â
Namun banyak yang lupa bahwa faktanya, yang telah terjadi ya sudah berlalu, tak bisa di putar juga waktu yang telah lewat. Tidak sedetikpun. Sementara untuk apa yang akan terjadi nanti, semua boleh berencana, tapi tak seorang pun yang tau pasti apa yang pastinya akan terjadi.
Yang Kita Miliki Hanya Hari Ini
Yang kita miliki hanya hari ini. Iya, itulah realitanya, fakta yang sebenarnya sering kita semua abaikan. Mau bukti? Hanya hari ini yang pasti kita jalani, meski kita juga tidak tahu mungkin semenit atau 1 jam lagi kita akan mati. Siapa yang tahu kapan ajal akan memanggil sementara Malaikat Maut sudah mengikuti.
Maka ada baiknya kita mulai berfikir ulang tentang menikmati setiap moment di mana nyawa masih di kandung badan, dan di saat tubuh masih sehat. Syukuri apa yang kita miliki saat ini karena belum tentu itu akan masih tersedia besok atau nanti.
Banyak sekali orang-orang saya perhatikan di sekitar saya, saking cemasnya mencari uang untuk masa depan sampai lupa menikmati moment kebersamaan, entah dengan pasangan ataupun anak tersayang.
Belum lagi mereka yang tenggelam dalam penyesalan, merasa seakan-akan yang dimiliki sekarang tak lebih berharga dari kemarin, dan akan menjadi tetap buruk hingga esok. Sehingga mereka lupa bahwa ada ibu dan bapak, ada saudara yang masih bisa dibantu sehingga jadi manusia bermanfaat.
Ibarat ingin masak nasi tapi lupa di awasi, hingga jadi bubur yang hancur lebur. Maka seharusnya hari ini kita gunakan untuk membuat bubur tadi menjadi terasa enak, entah ditambah garam atau santan. Seperti itulah seharusnya hidup kita jalankan, akibat perbuatan kemarin masih bisa kita perbaiki hari ini.
Kuncinya, jalani saja dengan penuh syukur. Bukankah setiap manusia memang tempatnya salah dan dosa? Lalu bagaimana mungkin kita larut dalam duka dan sesal akibat perbuatan kemarin terus-terusan.
Bagi yang selalu berfikir tentang masa depan dengan berlebihan, percayalah, ada yang berjuang 10 tahun mengumpulkan kekayaan dengan susah payah, tak berani jalan-jalan, tak berani makan enak, tak berani berbagi dan pada akhirnya mati meninggalkan banyak sekali harta. Belum juga dinikmati sudah nyawa diambil pergi meninggalkan dunia ini.
Oleh sebab itu, para pembaca budiman, mari kita lebih bijak dalam menyikapi dan menikmati waktu yang kita miliki hari ini. Rumusnya simpel :
- Atas apa yang telah terjadi kemarin, lakukan perbaikan hari ini dan hari-hari berikutnya
- Atas rencana dan cita-cita kita nanti, lakukan persiapan semaksimal mungkin hari ini
- Atas waktu kita hari ini, detik ini, lakukan apa yang kita anggap penting, sisihkan juga waktu untuk menikmatinya. Atas harta kita hari ini, jangan lupa berbagi dan membuat diri juga bahagia
Karena sebenarnya, kita hanya perlu melangkah saja, segala ketentuan di akhirnya nanti sudah ditentukan Tuhan juga. Tugas kita berusaha sebaik mungkin, tak berlebihan, tak juga bermalasan, selebihnya adalah hak preogratif Tuhan. Selama hayat di kandung badan, nikmati setiap proses perjalanan dan ujian.
Selamat malam, dan semoga pembaca semua bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H