Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jangan Terlalu Cemas, Faktanya yang Kita Miliki Hanya Hari Ini

7 November 2024   19:06 Diperbarui: 7 November 2024   19:11 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumentasi pribadi

Jangan terlalu cemas, begitu bisik hati saya. Di sini sudah petang, namun entah kenapa saya sedang tidak ingin menuliskan banyak hal yang sedang viral, melainkan ingin menuangkan sedikit isi kepala saya tentang harapan, ekspektasi, cita-cita yang tak jarang membuat banyak orang cemas.

Angan-angan yang senantiasa berfikir bagaimana dengan besok, bulan depan, semester depan, tahun depan dan bahkan di masa depan nanti. Tentang mau jadi apa, dan harus bagaimana, takut salah melangkah dan takut juga salah kaprah.

Penyesalan dan Kecemasan

Kecemasan ini hampir dimiliki semua orang, disamping juga sebuah rasa yang manusiawi yaitu penyesalan. Banyak orang yang cemas dengan masa depan namun banyak juga yang masih bergelut dengan penyesalan tentang kejadian masa lalu.

Lazimnya yang sering saya lihat dan dengar, rata-rata yang dicemaskan adalah hal yang sama, urusan dunia yang klasik tentang hari esok, lusa dan nanti. Beda lagi dengan yang masih menyesali apa yang telah terjadi, yang telah berlalu, tak kunjung usai meratap karena berfikir bagaimana ini harus dilenyapkan.

Bahkan muncul penyakit yang dikenal dengan syndrom anxiaty atau sindrom cemas berlebih. Realitanya antara penyesalan dan kecemasan ini selalu berjalan beriringan, menyesali yang kemarin terjadi, mencemaskan dampaknya nanti. 

Namun banyak yang lupa bahwa faktanya, yang telah terjadi ya sudah berlalu, tak bisa di putar juga waktu yang telah lewat. Tidak sedetikpun. Sementara untuk apa yang akan terjadi nanti, semua boleh berencana, tapi tak seorang pun yang tau pasti apa yang pastinya akan terjadi.

Yang Kita Miliki Hanya Hari Ini

Yang kita miliki hanya hari ini. Iya, itulah realitanya, fakta yang sebenarnya sering kita semua abaikan. Mau bukti? Hanya hari ini yang pasti kita jalani, meski kita juga tidak tahu mungkin semenit atau 1 jam lagi kita akan mati. Siapa yang tahu kapan ajal akan memanggil sementara Malaikat Maut sudah mengikuti.

Maka ada baiknya kita mulai berfikir ulang tentang menikmati setiap moment di mana nyawa masih di kandung badan, dan di saat tubuh masih sehat. Syukuri apa yang kita miliki saat ini karena belum tentu itu akan masih tersedia besok atau nanti.

Banyak sekali orang-orang saya perhatikan di sekitar saya, saking cemasnya mencari uang untuk masa depan sampai lupa menikmati moment kebersamaan, entah dengan pasangan ataupun anak tersayang.

Belum lagi mereka yang tenggelam dalam penyesalan, merasa seakan-akan yang dimiliki sekarang tak lebih berharga dari kemarin, dan akan menjadi tetap buruk hingga esok. Sehingga mereka lupa bahwa ada ibu dan bapak, ada saudara yang masih bisa dibantu sehingga jadi manusia bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun