Leny baru saja tiba di Jakarta, tujuannya untuk ikut ujian kompetensi dari kantornya. Terbang selama 2 jam yang melelahkan, belum lagi dengan macetnya kota Jakarta di hari Senin. Melintasi jalanan kota yang penuh kendaraan berseliweran menuju ke Cinere, 1,5 jam terasa sangat lama.
Setelah tiba di kampus, ia langsung menelpon Mami, sosok ibu angkatnya yang tinggal di area kampus. Maklum saja kebanyakan pengajar di sana memang disediakan flat atau asrama khusus. Pasalnya mengandalkan datang on time dengan situasi macet ala kota besar ini pastilah akan sangat menyiksa
Tentang Mami, dia tidak punya anak, hanya seorang keponakannya yang bernama Talita, kebetulan sedang liburan menemaninya di flat pengajar hari itu. Leny yang sudah mengabari tentang kedatangannya pun langsung menuju asrama pengajar yang terletak di bagian belakang kampus.
Sampai di pintu Talita menyambut dengan hangat, maklum ini bukan pertama kalinya Leny bertemu dengannya. Tepat pukul 4 sore, selang 2 jam kemudian, Mami pulang dari mengajar dan mulailah tiga orang perempuan dari dimensi umur yang berbeda, berbagi cerita.
"Ko sudah makan, Len?" tanya Mami dengan logat Ambon yang kental, Leny mengagguk dan membongkar barang-barangnya di atas sofa. Sambil mendongak menatap Mami dan Talita, iapun berkata
"Besok pembukaan jam 8 pagi, lanjut ujian, Mam."
"Lalu?" tanya Mami lagi
"Test Mansoskul dan sejenisnya." jawab Leny sambil mulai memperhatikan seantero ruangan. Mata Leny tertumbuk pada banyaknya barang-barang yang terpajang entah digunakan atau tidak. Tangannya meraih gagang kulkas dan matanya seketika terbelalak,Â
"Mam, ini kulkas apa tempat sampah?" teriak Leny yang disambut dengan tatapan meringis Talita. Mami menoleh dan tak kalah kaget,
"Apa yang tong sampah? Itu kulkas, bodo nih" sahutnya melotot ke arah Leny.