Perempuan harus pintar dan berpendidikan! Hal yang mutlak saya akan teriakkan jika ada yang berani bilang lagi 'perempuan hanya akan berujung di dapur'. Karena Perempuan harus berilmu demi generasi bangsa selanjutnya.
Tulisan kali ini saya tuangkan, pasca perdebatan dengan seseorang yang menganggap bahwa percuma sekolah tinggi-tinggi toh di negeri ini susah dapat kerja. Hati saya langsung berkecamuk keras, masih ada ternyata orang-orang yang belum bangun dari dunia mimpinya.
Bagaimana mungkin seorang perempuan yang berperan sangat penting dalam pembentukan dan pencetakan generasi bangsa selanjutnya, justru termarginalkan dari dunia pendidikan tinggi.
Tahukah mereka, bahwa seorang ibu pintar mampu membuat seorang anak tumbuh dengan harapan dan motivasi tinggi?
Pentingnya Perempuan Berpendidikan Tinggi
Saya punya seorang anak perempuan duduk di bangku sekolah SMA, dan sebagai seorang ibu yang sangat paham fungsi berilmu luas, tentu saja saya sangat berharap anak saya mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari saya.
Bahkan kalau bisa, levelnya tidak hanya di dalam negeri, kalau bisa S2 nya nanti beasiswa ke luar negeri. Agar dia paham dunia luar itu bagaimana, agar dia juga tau bahwa kekurangan ilmu bisa mengakibatkan seseorang seperti katak dalam tempurung.
Kenapa perempuan itu harus punya pendidikan tinggi? Mungkin banyak sudah tau tapi belum banyak yang paham. Bahwa pendidikan seorang perempuan itu berimbas ke begitu banyak lini kehidupan, dan sangat bermanfaat di masa yang akan datang.
Berikut ini beberapa alasan kenapa penting seorang perempuan berpendidikan tinggi antara lain :
Kekuatan Finansial, Dengan pendidikan tinggi, perempuan memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan stabil. Ini memungkinkan mereka untuk menjadi mandiri secara finansial, mengurangi ketergantungan pada orang lain.
Peningkatan Kualitas Hidup:Â Pendidikan membuka pintu ke berbagai peluang yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya gizi, dan mampu membuat keputusan yang lebih baik untuk keluarga mereka.
Mampu Berperan dalam Masyarakat: Perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terlibat dalam komunitas dan berperan aktif dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang, termasuk politik, sosial, dan ekonomi. Ini memperkaya masyarakat dengan perspektif yang lebih luas dan inklusif.
Memberikan Teladan dan motivasi bagi Generasi Selanjutnya: Perempuan yang berpendidikan tinggi menjadi teladan bagi anak-anak dan generasi muda, menunjukkan pentingnya pendidikan dan mendorong mereka untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi.
Perlindungan Diri di Lingkungan, Pendidikan tinggi memberikan perempuan keterampilan kritis, analitis, dan pemecahan masalah yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup dan beradaptasi dengan perubahan di dunia yang cepat berkembang.Â
Kontribusi pada Pembangunan Negara, Perempuan yang berpendidikan tinggi berkontribusi pada pembangunan ekonomi, sosial, dan politik negara mereka. Mereka memainkan peran penting dalam inovasi, penelitian, dan pengembangan, yang semuanya sangat penting untuk kemajuan masyarakat.
Di atas semua yang telah dituliskan di atas, kita sebagai orang tua juga harusnya sadar bahwa seorang anak perempuan harus dibekali dengan berbagai macam ilmu pengetahuan agar wawasannya terbuka lebar. Kenapa? Agar ia tidak mudah ditipu, dibohongi, dikibuli, dimanipulasi.
Bayangkan apabila seorang anak perempuan yang begitu kita sayangi, diremehkan dan tidak bisa mengangkat wajahnya hanya karena tidak punya wawasan yang luas, tidak punya ilmu pengetahuan yang memadai untuk bertahan.
Ilmu dan Pendidikan Adalah Senjata Masal Bagi Perempuan
Bapak Ibu pembaca budiman, Ilmu dan pendidikan adalah senjata masal yang sangat ampuh bagi semua orang khususnya perempuan. Sampai saat saya tuliskan hal ini, di umur segini saya semakin sadar bahwa hanya dengan ilmu dan pendidikan tinggi saya bisa meraih cita-cita yang dari kecil saya impikan.
Saya sebelumnya pernah menuliskan bagaimana perjalanan saya belajar secara otodidak berbagai macam kompetensi, hanya karena saya tidak bisa meraihnya melalui bangku kuliah. Baca juga "Soal Kewajiban Kuliah: Bukan tentang Jenjang Pendidikan, Melainkan Manfaat Ilmunya".
Perlu saya ceritakan sedikit bagaimana ilmu pengetahuan ini menjadi senjata masal bagi saya. Dalam beberapa hal, saya seringkali membantu orang lain hanya karena keinginan belajar yang tinggi. Hal yang baru sekalipun bagi saya bukan hambatan untuk belajar.
Seringkali dengan membantu orang lain saya dapat kesempatan belajar banyak hal lain yang wajib berbayar, namun bisa saya dapatkan gratis. Tak jarang dengan membantu orang lain tanpa imbalan, saya malah dapat tiket jalan-jalan gratis. Saya pernah mendapat somasi, dan dengan ilmu yang saya pelajari saya bisa membela diri.
Saya pun pernah mendapat cibiran karena lulus SMK belum dapat kerja, namun tiba-tiba lulus tes PNS. Atau saya punya beberapa sahabat bule yang sangat mempercayai saya, dan bahkan sering nawarin jalan-jalan ke Eropa, cuma modal membantu bermodalkan ilmu.
Hey, jika ingin saya runut lagi, saya cuma lulusan SMA dan S1 hukum, namunsaya menguasai banyak hal-hal penting seperti design situs, keuangan, pajak, perijinan dan lain-lain. Semua itu membuat saya ternyata bisa bertahan dan berdiri di atas kaki saya sendiri dengan tegak.
Tidak ada kata kepala tertunduk saat kita punya bekal ilmu yang cukup. Tidak ada yang akan berani meremehkan kita sebagai perempuan ketika kita tak gampang dikalahkahkan dari sisi ilmu dan keterampilan.
Apalagi sebagai orang tua, kita tau bahwa anak perempuan sangat rentan menerima perlakuan buruk bahkan dari orang terdekatnya. Tau kenapa perempuan sering sulit berpisah dari laki-laki meskipun diperlakukan tidak baik? Salah satu faktornya karena sang perempuan sadar "ia sudah ketergantungan dan tak punya kemampuan'.
Padahal beberapa perempuan berpendidikan tinggi, tak akan mau ditindas dengan alasan cinta. Atau alasan receh seperti menikah dan punya anak. Karena pada dasarnya perempuan berpendidikan tahu bahwa membangun rumah tangga itu tak cukup dengan cinta dan ekonomi, namun ilmu dan akal yang baik.
Sudah lihat berapa banyak perempuan yang kurang pendidikan diperlakukan dalam kasus KDRT? Sudah lihat juga beberapa kasus perempuan takut melapor karena takut diceraikan, karena merasa tak akan mampu membiayai diri sendiri dan anak-anaknya.
Saya dalam tulisan ini tidak ingin bilang bahwa perceraian adalah hal yang mudah, tidak! Tapi saya ingin kita berpikir kembali bahwa apabila suatu saat dalam rumah tangga anak perempuan kita ternyata ada racun atau siksaan yang akan menghancurkannya, minimal ia sudah siap untuk kembali berdiri dan melanjutkan hidup yang layak.
Minimal si perempuan bisa menata hidupnya dengan bangga dan membuktikan pada dunia bahwa dengan ilmu yang dimilikinya ia mampu berkarya lebih dari sebelumnya. Bukan justru menjadi gila, kembali ke orang tua dan bergantung, bahkan tak mandiri. Sampai merasa rendah diri karena merasa gagal.
Faktanya, beberapa perempuan yang bercerai karena dikhianati ternyata dengan ilmu mampu bangkit dari keterpurukan dan sukses untuk dirinya sendiri. Memberi kebanggaan bagi keluarganya dan juga motivasi bagi anak-anaknya.
Ibu Rumah Tangga dan Peran Krusialnya Sebagai Pembentuk Generasi Bangsa
Masih banyak stigma yang bilang 'sekolah tinggi-tinggi cuma jadi ibu rumah tangga'. Kesannya seolah-olah profesi ibu rumah tangga adalah profesi receh yang tak bonafit. Mereka belum melek bagaimana hebatnya seorang ibu rumah tangga.
Hey, anda yang masih mikir bahwa ibu rumah tangga perannya receh dan kecil, sini mari saya paparkan sedikit bagaimana hebatnya seorang ibu rumah tangga itu. Kita mulai dari apa saja tugas ibu rumah tangga?
Tugas ibu rumah tangga itu ga cuma ngurusin anak-anak, ada juga bayi besar yang harus diperhatikan. berikut ini beberapa tugas dan komepetensi yang pasti dikuasai perempuan sebagai ibu rumah tangga :
- Istri harus bisa jadi akuntan dan ekonom yang mengatur finansial rumah tangga, supaya gaji dan pengeluaran minimal balance yak, syukur-syukur ada sisa buat liburan atau sekedar having fun;
- Harus bisa jadi marketing yang promosi berbagai edukasi life skill kepada anak-anaknya, supaya si anak jadi anak yang tertib dan disiplin, tau bagaimana mandiri dan bertanggung jawab;
- Ibu rumah tangga arus bisa jadi koki yang masak berbagai makanan kesukaan orang-orang tercintanya;
- Harus tau interior dan eksterior sekaligus jadi housekeeping yang menjaga kondisi rumah tetap nyaman, cantik dan bersih;
- Ibu rumah tangga harus menjadi madrasah pertama sedari seorang anak bayi sampai siap ke sekolah;
- Aktif sebagai psikolog kalau anak-anaknya butuh konsultasi alias curhat;
- Wajib menguasai ilmu gizi, nutrisi, kesehatan supaya anak dan suaminya ga cuma tau obat sama makanan sampah (junk food), yang ujung-ujungnya kalo tidak ngerti gizi dan nutrisi anak-anak ini nantinya bisa kena penyakit degeneratif;
- Harus bisa jadi perawat kalau ada yang sakit bahkan jadi security yang begadang malam kalau ada yang sakit;
- Jari ojek yang siap antar jemput anak-anaknya kalau sekolah atau ngaji;
Dah berapa jurusan ilmu tuh? Belum lagi apabila seorang perempuan bekerja, udahlah ekstra. Meskipun faktanya banyak penelitian menyatakan bahwa perempuan memang mahluk multitasking.
Namun yang ingin saya garis bawahi adalah, dengan banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki, justru perempuan dapat menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga lebih maksimal. Hal ini akan terlihat dari perilaku dan perkembangan anak-anaknya.
Mau contoh yang nyata? Perhatikan deh, anak-anak yang punya seorang ibu pintar dan kritis dalam berbagai hal, cenderung memiliki anak-anak yang juga kritis dan disiplin. Karena jenis perempuan berilmu itu menekankan kepada bagaimana perkembangan seorang anak itu maksimal demi masa depannya nanti.
Selalu ada ilmu baru bagi si anak setiap hari dari ibu yang berilmu, masalah sebesar apapun selalu ada solusi, situasi apapun selalu bisa diatasi, karena memang di didik dan diajari sedari dini. Oleh siapa? Oleh ibu yang paham banyak hal berdasarkan ilmu pengetahuan.
Beda lagi jika seorang perempuan ini ilmunya sedikit, mohon maaf, kebanyakan akan mikir 'yang penting pergi sekolah', yang penting makan, yang penting kenyang, kalau anak tidak mau dikasitahu langsung di judge "nakal", kalau anak menyatakan pendapat di bilang melawan, kalau anak tak dapat ranking dibilang "malas belajar dan bodoh", atau anak dikasi uang jajan 'biarkan saja makan snack yang penting sehat".
Ingin tertawa, tapi itulah fakta. Realitanya banyak sekali di mana-mana. Padahal kalau saja perempuan menyadari peran krusialnya sebagai pembentuk generasi penerus bangsa, mungkin mereka tak akan mau menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang tak berguna.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa stigma perempuan itu tak harus berpendidikan tinggi masih banyak ditemui. Namun alangkah baiknya apabila semakin banyak wadah-wadah dan kampanye bagi perempuan untuk meningkatkan keilmuannya entah melalui bangku pendidikan maupun otodidak.
Bagaimanapun, satu perempuan bisa menghasilkan dan mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Seperti Najwa Shihab pernah menyampaikan bahwaÂ
"Perempuan bukan sekadar pencetak generasi penerus bangsa, tetapi juga pendidik pertama dan utama yang membentuk karakter bangsa. Pendidikan dan pemberdayaan perempuan adalah kunci untuk membangun peradaban yang lebih baik."
Semoga sedikit goresan ini bisa bermanfaat dan menjadi motivasi bagi perempuan dimanapun untuk selalu belajar dan menambah ilmu pengetahuannya. Karena ada tugas mulia yang diberi Tuhan pada kita.
*Teruntuk putriku tercinta, pendidikan bukanlah hanya sebagai ajang perebut gelar apalagi sekedar ijazah, pendidikan adalah kunci untuk menggapai segala jenis impianmu, bukankah kamu juga ingin berkeliling dunia dan menikmati masa tua yang damai? Ilmu adalah senjata utamamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H