Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

1,5 Tahun Tanpa Nasi dan Gluten, Cuma Modal Nekat Ingin Sehat

31 Juli 2024   09:43 Diperbarui: 1 Agustus 2024   15:18 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : etnownews.com

Oh bukan cuma itu, alergi gatal dan rasa ngilu tulang saya yang kalau kecapekan atau cuaca dingin juga seperti menguap entah ke mana. Belum lagi perut saya yang tetiba kempes sendiri padahal saya ngunyah tiap jam, tiap merasa pengen makan. Padahal olahraga saya cuma lari pagi 5 menit atau gowes sore 10 menit.

Benar-benar hal yang luar biasa bagi saya yang memang benci minum obat. Apalagi berhubungan dengan jarum suntik, ampun deh. Ternyata, eksperimen ini membuat saya sadar bahwa, Allah menciptakan tubuh ini begitu sempurna. Mampu menyembuhkan diri sendiri asalkan diberi bahan bakarnya yang sesuai kebutuhan.

Ada satu lagi yang perlu saya ceritakan, bahwa setiap hari saya mengonsumsi air kelapa muda dengan madu dan sedikit perasan jeruk nipis setiap hari, termasuk suami dan anak-anak. Sorenya saya buatkan seduhan rempah dengan madu dan jeruk nipis, masing-masing minum setengah gelas sebelum tidur.

Dan hal ini, ketika anak kedua saya mengalami alergi parah hingga kulit wajah melepuh, ternyata hanya dalam 7 hari setelah menerapkan hal yang sama seperti saya, kulitnya kering dan mulus lagi. Tanpa obat-obatan sama sekali.

Body Reset hingga 1,5 Tahun, Corona pun Lewat

Akhirnya, niat yang tadinya hanya untuk eksperimen sendiri, berubah menjadi sekeluarga dan akhirnya berlanjut hingga 1,5 tahun. Banyak hal yang saya lewati saat menjalani body reset ini.

Di antaranya cemooh dari orang-orang dekat maupun teman-teman saya sendiri. Katanya 'sudah kurus ngapain diet-diet' atau 'ngapain nyiksa diri ngga makan nasi', atau bahkan 'alah, kalo sakit pasti tetap saja sakit biarpun diet'. Tapi namanya saya sudah nekat dengan cita-cita saya tadi, saya tak peduli.

Dalam pikiran saya, memangnya kalau saya atau keluarga saya sakit mereka yang akan tanggung, ngasi sumbangan, nungguin semalaman? Enggak kan, pastinya mereka cuma modal mulut yang berucap 'kasihan' tanpa solusi.

Hingga ketika saya mulai mengalihkan kecintaan saya akan olahraga kardio, ke olahraga beban mengingat umur sudah 30 tahun, dan rencana untuk menaikkan berat badan agar ideal. Kebetulan saya suka dengan berbagai konten kesehatan dari para expert, seperti Ade Rai misalnya.

Yang tak kalah membuat saya tercengang, ketika awal corona, 3 bulan pertama dan saya pun akhirnya kena. Tidak ada vaksin, tak tahu obatnya, hanya kampanye untuk menggunakan masker dan meningkatkan daya tahan tubuh yang digaungkan, tak lupa membatasi interaksi.

Saya tau saya sudah terjangkit, namun dengan alasan kasihan anak-anak saya yang masih kecil, saya pun isolasi mandiri di rumah. Selama 7 hari terbaring tanpa bisa mencium bau apa pun, lemas dan makanpun pakai sedotan. Hanya bermodalkan bantuan salah satu merek vitamin penambah daya tahan tubuh yang saya minum sekali sehari.

Dan setelah 7 hari saya sembuh, tubuh saya mampu melawan sendiri. Namun yang membuat saya merasa ajaib, sebegitu parahnya saya sakit saat itu, anak-anak saya memeluk dan mencium saya tiap hari, tapi tak ada satu pun yang sakit. Mereka berlarian tiap hari, cuma meler dikit tanpa demam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun