Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tragedi Sosial Media, Mendekatkan yang Jauh dan Menjauhkan yang Dekat

29 Juli 2024   20:26 Diperbarui: 29 Juli 2024   20:38 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi sosial media, menurut saya itu fenomena biasa yang sudah sering saya temui bahkan pernah saya alami tanpa sadar. Kemajuan teknologi yang  ternyata mampu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Tulisan ini saya dedikasikan sebenarnya untuk menyadarkan diri saya sendiri, maupun siapapun para pembaca budiman. Agar kita tetap sama-sama sadar untuk memahami batasan, kapan harus berinteraksi secara maya dan secara nyata.

Agar kita, dalam sedikit waktu yang diberikan Tuhan, mampu memanfaatkan setiap moment berharga dalam hidup kita tanpa banyak dihinggapi tragedi ini. iya, tragedi ketika teknologi mampu memangkas jarak dan waktu, namun ternyata juga menghilangkan moment berharga di depan mata.

Fenomena Candu Sosial Media (Sosmed)

Saya menyebutnya fenomena candu sosial media (sosmed). Karena faktanya kecanduan terhadap interaksi di media sosial hampir meringkus setiap orang. Tak pandang tua atau muda, tak pandang anak atau remaja, kantoran atau rumahan, kota atau desa, semuanya teringkus dalam satu ruang maya.

Ruang interaksi dunia maya yang disebut dengan sosmed. Dan ini dihasilkan oleh kemajuan teknologi yang tadinya bertujuan untuk memangkas jarak antara ruang dan waktu.

Membuat jarak seakan tak berarti ketika kita rindu dengan seseorang atau ingin berkomunikasi tentang berbagai hal. Membuat waktu terasa begitu mudah dilewati dan dinikmati dengan modal dalam genggaman saja.

Fenomena candu sosmed bahkan membuat pemerintah di sejumlah negara maju mulai menerapkan kebijakan setelah banyak sekali dampak negatif yang nyatanya mulai jelas muncul di permukaan dan membahayakan.

Dampak Negatif Sosial Media

Rasanya tidak adil jika saya hanya menyebutkan dampak negatifnya tanpa menuliskan apa dampak positifnya. Namun memang saya tidak ingin menuliskannya, karena saya rasa semua orang tahu apa dampak positifnya bagi diri masing-masing.

Kenapa saya ingin tuliskan dampak negatifnya? Karena ternyata banyak sekali yang tidak sadar bahwa dampak negatifnya sudah menjalari diri dan kesehariannya.

Bahkan mampu merubah psikologi seseorang secara tiba-tiba, atau perlahan tapi pasti, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial . Nah, berikut beberapa dampak negatif dari kecanduan sosial media diantaranya :

  • Gangguan Kesehatan Mental dimana Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, terutama jika individu sering membandingkan diri mereka dengan orang lain;

  • Potensi mengalami cyberbullying karena banyak sekali pengguna media sosial bukanlah orang-orang yang bijak dalam berkomentar

  • Gangguan Stres dimana tekanan untuk selalu aktif dan mengikuti perkembangan terbaru di media sosial dapat menyebabkan stres yang berlebihan.

  • Penurunan Kualitas Tidur yang disebabkan kecanduan penggunaan media sosial sampai lupa waktu, seperti sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur dan menyebabkan insomnia, karena paparan cahaya biru dari layar gadget dapat mengganggu produksi melatonin atau hormon yang mengatur tidur.

  • Gangguan Konsentrasi, kecanduan media sosial dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk fokus dan konsentrasi, yang berdampak negatif pada produktivitas kerja atau belajar.

  • Masalah Fisik yang mencakup masalah Postur dan Nyeri Otot. Dimana penggunaan gadget dalam waktu yang lama dapat menyebabkan masalah postur, nyeri leher, dan punggung.

  • Gangguan fungsi Mata yang disebabkan Menatap layar gadget dalam waktu lama sehingga menyebabkan kelelahan mata dan masalah penglihatan lainnya.

  • Gangguan Hubungan Sosial, kecanduan interaksi di media Sosial atau interaksi medsos yang berlebihan dapat menyebabkan isolasi sosial di kehidupan nyata bahkan dapat menimbulkan konflik Hubungan akibat  Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial.

  • Berkurangnya waktu berkualitas dengan keluarga dan teman di kehidupan nyata, yang dapat menyebabkan konflik dan gangguan dalam hubungan.

  • Penurunan Prestasi Akademik dan Produktivitas Kerja, kecanduan media sosial dapat mengalihkan perhatian dari tugas-tugas penting dan tujuan utama sehingga menyebabkan penurunan prestasi akademik dan produktivitas kerja.

  • Gangguan pada Perkembangan Anak dan Remaja, dimana Anak-anak dan remaja yang terlalu banyak menggunakan media sosial mungkin mengalami gangguan dalam perkembangan sosial dan emosional mereka.

  • Resiko termakan hoax atau isu, hal ini karena Kecanduan media sosial dapat membuat individu lebih rentan terhadap berita palsu dan misinformasi, yang dapat mempengaruhi pandangan dan keputusan mereka secara negatif.

Ketika Medsos Mendekatkan yang jauh dan Menjauhkan yang dekat

Dari semua dampak negatif di atas, ada satu hal yang sangat ingin saya tekankan di sini. Sebagai pengingat diri saya lagi dan semua pembaca budiman. 

Saya paham bahwa kita pasti merasa 'ah tidak juga, saya biasa saja' namun kadang kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbelenggu bahkan masuk dalam lubang hitam kecanduan medsos ini.

Contoh kecil yang banyak saya temui misalnya, ketika acara keluarga dan semua berkumpul, namun semua sibuk dengan hp masing-masing. Ada yang video call dengan sanak keluarga yang justru tidak di tempat, namun lupa berinteraksi bahagia dengan yang hadir di tempat.

Atau ketika sedang kumpul keluarga di rumah, dan justru orang tua pegang hp, sibuk interaksi di sosmed tapi lupa ada anak yang harus diajak bercengkrama di depan mata.

Atau lebih senang menelpon orang tua baik itu telpon biasa maupun videocall, ketimbang berkunjung padahal hanya 10 menit dari rumah. Pun dengan interaksi bersama tetangga sekitar, yang mulai terasa asing hari ini.

Saya bahkan kadang tertawa melihat emak-emak berdaster atau ibu-ibu rumahan yang tiap hari posting aktifitasnya, entah nyuci, entah jalan bareng anak, entah belanja, ataupun sedang berdandan. Saya tersenyum dan bertanya-tanya, bagaimana moment itu bisa dinikmatinya?

Bisakah moment bersama si kecil dinikmati? Atau saat kumpul dengan keluarga diresapi dan disyukuri? Apakah bisa benar-benar dinikmati ketika jari-jemari sibuk pegang handphone dengan pikiran "caption apa ya yang pas", atau memikirkan foto mana yang harus di upload?

Atau ketika anak-anak yang masih baru SD, SMP atau SMA diberi gadget, kemudian tanpa kontrol yang baik dibiarkan menjelajah medsos dengan sebebasnya.

Maka tak heran ada anak yang tak percaya orang tua, karena tak ada kedekatan emosional di sana. Lebih percaya teman dunia maya daripada orang tua di dunia nyata.

Atau ada orang tua yang punya banyak tuntutan kepada anaknya di dunia nyata, hanya karena sering bergentayangan di dunia maya, menonton drama-drama khayalan yang tak seperti realita.

Belum lagi dengan bapak-bapak atau emak-emak yang suka nonton drama korea, yang kadang tak sadar membandingkan suami atau istrinya dengan bintang filmnya. Tanpa sadar pasangan mulai terlihat tak cantik atau tak ganteng lagi.

Ah terlalu banyak kalau saya harus tuliskan semua. Intinya adalah bahwa kalimat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat ini akan berakhir pada satu kesimpulan, yaitu rusaknya ikatan emosional atau bounding kita dengan orang-orang nyata di dekat kita.

Ikatan emosional inilah yang membuat kita pada akhirnya merindukan interaksi jarak jauh, dan tidak lagi peduli dan peka terhadap interaksi nyata di sekitar kita. Ironis memang, tapi itulah fakta.

Bijak Ber media sosial

Oleh sebab itu, mari kita sama-sama jadi pribadi yang lebih cerdas, agar bijak dalam ber media sosial. Karena faktanya, tak ada waktu yang bisa diulang kembali. 

Anak-anak yang masih kecil dan butuh perhatian kita, akan tumbuh menjadi remaja dan dewasa tanpa kita sadari, jika kita terus tenggelam dalam dunia media sosial tanpa batasan.

Pasangan yang tadinya harmonis dan penuh kehangatan, bisa jadi hambar karena sudah tak ingat kapan terakhir kali bicara tentang romansa dan indahnya cinta dalam rumah tangga.

Tak akan pernah ada penyesalan di depan, semua penyesalan akan hadir di belakang. Saat waktu tak akan pernah bisa diputar ulang. Semua kesempatan kadang juga tak datang berulang.

Maka dari itu, mulailah bijak dengan membatasi diri dalam interaksi media sosial. Karena tak semua orang perlu tahu apa yang kita lakukan, tak semua orang layak dikenal bahkan diajak curhat massal.

Bijaklah, hargai semua orang yang di dekat kita, hargai waktu bersama orang-orang tercinta kita. Media sosial hanyalah dunia maya yang seharusnya hanya sebagai sedikit hiburan yang membawa manfaat, dan bukan petaka.

Semoga sedikit tulisan ini bermanfaat, salam bijak berinteraksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun