Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tragedi Sosial Media, Mendekatkan yang Jauh dan Menjauhkan yang Dekat

29 Juli 2024   20:26 Diperbarui: 29 Juli 2024   20:38 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang tua dan anak sibuk dengan medsos, sumber: dokumen milik canva.com

Resiko termakan hoax atau isu, hal ini karena Kecanduan media sosial dapat membuat individu lebih rentan terhadap berita palsu dan misinformasi, yang dapat mempengaruhi pandangan dan keputusan mereka secara negatif.

Ketika Medsos Mendekatkan yang jauh dan Menjauhkan yang dekat

Dari semua dampak negatif di atas, ada satu hal yang sangat ingin saya tekankan di sini. Sebagai pengingat diri saya lagi dan semua pembaca budiman. 

Saya paham bahwa kita pasti merasa 'ah tidak juga, saya biasa saja' namun kadang kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbelenggu bahkan masuk dalam lubang hitam kecanduan medsos ini.

Contoh kecil yang banyak saya temui misalnya, ketika acara keluarga dan semua berkumpul, namun semua sibuk dengan hp masing-masing. Ada yang video call dengan sanak keluarga yang justru tidak di tempat, namun lupa berinteraksi bahagia dengan yang hadir di tempat.

Atau ketika sedang kumpul keluarga di rumah, dan justru orang tua pegang hp, sibuk interaksi di sosmed tapi lupa ada anak yang harus diajak bercengkrama di depan mata.

Atau lebih senang menelpon orang tua baik itu telpon biasa maupun videocall, ketimbang berkunjung padahal hanya 10 menit dari rumah. Pun dengan interaksi bersama tetangga sekitar, yang mulai terasa asing hari ini.

Saya bahkan kadang tertawa melihat emak-emak berdaster atau ibu-ibu rumahan yang tiap hari posting aktifitasnya, entah nyuci, entah jalan bareng anak, entah belanja, ataupun sedang berdandan. Saya tersenyum dan bertanya-tanya, bagaimana moment itu bisa dinikmatinya?

Bisakah moment bersama si kecil dinikmati? Atau saat kumpul dengan keluarga diresapi dan disyukuri? Apakah bisa benar-benar dinikmati ketika jari-jemari sibuk pegang handphone dengan pikiran "caption apa ya yang pas", atau memikirkan foto mana yang harus di upload?

Atau ketika anak-anak yang masih baru SD, SMP atau SMA diberi gadget, kemudian tanpa kontrol yang baik dibiarkan menjelajah medsos dengan sebebasnya.

Maka tak heran ada anak yang tak percaya orang tua, karena tak ada kedekatan emosional di sana. Lebih percaya teman dunia maya daripada orang tua di dunia nyata.

Atau ada orang tua yang punya banyak tuntutan kepada anaknya di dunia nyata, hanya karena sering bergentayangan di dunia maya, menonton drama-drama khayalan yang tak seperti realita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun