Bicara soal pendidikan non-formal hari ini, maka saya pribadi akan mengajukan pertanyaan dasarnya dulu bagi seluruh manusia, khususnya gen Z hari ini. Bisa nambah peluang cari cuan atau nafkah ga? Bisa buat buka usaha sendiri ga? Bisa bikin kita ga perlu susah ngelamar kerja ga?
Jadi mari kita sedikit menakar worth it atau tidaknya pendidikan non-formal hari ini bagi keberlangsungan hidup calon-calon generasi penerus bangsa ini. Khususnya rakyat jelata yang secara ekonomi harus putar otak dalam mencari nafkah nantinya.
Pendidikan Non-Formal itu Apa?
Bagi saya Pendidikan nonformal adalah jenis pendidikan yang bisa di peroleh di luar sistem pendidikan formal yang biasanya dilakukan baik di sekolah-sekolah negeri, swasta maupun universitas.Â
Pendidikan nonformal ini biasanya mencakup berbagai kegiatan pembelajaran yang tidak mengikuti kurikulum yang formal atau lebih fleksibel, baik dari segi waktu, tempat, dan metode pengajaran.
Model pembelajarannya pun biasanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu atau kelompok tertentu yang tidak dapat terpenuhi melalui sistem pendidikan formal. Seringnya berfokus pada pembelajaran praktis dan aplikatif yang bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau dunia kerja.Â
Jenis Pendidikan Non-Formal
Adapun contoh-contoh jenis pendidikan non-formal antara lain sebagai berikut :
- Kursus dan Pelatihan Seperti kursus bahasa, keterampilan komputer, atau pelatihan keterampilan lainnya dan profesional tertentu.
- Program Keaksaraan, seperti Program untuk meningkatkan kemampuan baca tulis bagi orang dewasa yang tidak sempat mengenyam pendidikan formal.
- Kegiatan Keagamaan seperti Pengajaran yang dilakukan di tempat ibadah contohnya pengajian, kelas tafsir, atau sekolah Minggu.
- Pelatihan Vokasional atau vokasi yaitu Program yang ditujukan untuk memberikan keterampilan tertentu yang langsung dapat diterapkan dalam dunia kerja (praktek)
- Kegiatan Komunitas Seperti kelompok belajar, kelompok diskusi, atau program pemberdayaan masyarakat.
- Homeschooling: Pendidikan yang dilakukan di rumah dengan kurikulum yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Pendidikan Non-Formal, Membuka Peluang Cari Cuan
Faktanya, meskipun ada pendidikan formal, namun nyatanya masyarakat dari berbagai golongan dan level finansial tetap saja melirik tambahan pendidikan dalam bentuk non-formal.
Entah itu bagi anak-anak mereka ataupun untuk diri sendiri. Kenapa? Karena secara fakta, pendidikan non-formal ini pada realitanya menjadi salah satu penunjang penting dalam hal mencari cuan atau mencari nafkah ke depannya.
Kok bisa? Iya bisa, karena dalam pendidikan formal saat ini, kebanyakan memang yang diajarkan adalah dari sisi teoritis. Kalaupun ada lembaga pendidikan formal yang mengajarkan materi implementatif, atau melalui praktek kerja lapangan (PKL) misalnya, itu hanya sedikit sekali jam pelajarannya.
Contoh saja saya, pada saat duduk di bangku SMK Negeri dulu, diajarkan berbagai materi dan teori vokasi atau keterampilan. Namun saat turun PKL di lapangan, masih ada beberapa teori atau materi yang membutuhkan pelatihan tambahan agar bisa diterapkan dengan baik.
Atau ketika pada akhirnya ketika saat saya mulai bekerja, ilmu terkait arsiparis dan kode klasifikasi arsip bisa sangat berguna bagi saya. Ilmu sekretaris tentang scheduling jadwal pimpinan maupun teori komunikasi bisa saya terapkan dengan baik. Atau praktek mengetik 10 jari buta yang tak kalah berguna, dan sampai detik ini masih saya gunakan.
Tapi tidak dengan mereka yang sekolah di SMU/SMA pun dengan yang kuliah khususnya beberapa jurusan ilmu yang memang masih belum bisa langsung praktek implementatifnya. Bahkan mereka yang mungkin putus sekolah atau tidak sampai SMA.
Maka pilihan pendidikan non-formal yang dapat menjadi penambah nilai tawar terhadap dunia kerja, seakan menjadi keharusan. Hal ini karena memang pendidikan non-formal ini sudah dilengkapi sertifikat sebagai bukti dari lulusnya seseorang saat menjalani ujian kompetensi dari lembaga bersangkutan.
Di samping itu, mereka yang mengikuti pendidikan non-formal khususnya vokasi, lebih punya peluang besar untuk menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Pun mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.
Pasalnya, pembelajaran di lembaga non-formal ini notabene memang berorientasi pada skill atau kemampuan dan keterampilan dalam bekerja di lapangan.
Jadi menurut saya, kalo ditanya worth it atau tidak untuk jaman sekarang ini, saya cenderung menjawab worth it. Khususnya bagi mereka dengan kemampuan ekonomi rendah, dimana pendidikan menjadi hal yang mahal. Apalagi hingga ke jenjang universitas.
Dimana pilihan cepat mendapat kerja untuk menghasilkan cuan akan jadi prioritas utama. Namun akan lebih baik lagi jika kedua bentuk pendidikan ini berjalan seirama.
*Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua guruku di SMKN 2 Mataram, atas ilmu keterampilan yang pernah diajarkan. Meskipun kadang menyebalkan karena praktek di ruang yang sumpek dan membuat jari kelingking saya sedikit bengkok (latihan mengetik 10 jari buta).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H