Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Petugas Lapas Terjerat, Bukti Integritas di Balik Jeruji Itu Berat

23 Juli 2024   10:50 Diperbarui: 23 Juli 2024   12:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petugas Lapas kembali terjerat. Kasus pungli di Lapas Cebongan sedang hangat-hangatnya, apalagi kalau bukan soal pungli dalam tubuh pemasyarakatan. Institusi di bawah Kemenkumham, khususnya Divisi Pemasyarakatan.

Namun dari kasus itu kita setidak nya tau bahwa menjaga integritas di balik jeruji itu berat. Padahal kejadian pungli bukan hanya di institusi Kemenkumham, tapi di hampir semua institusi pemerintahan juga terjadi, bahkan di BUMN dan swasta, pun di tengah masyarakat.

Meskipun berat, bukan berarti jadi alasan bahwa integritas seorang ASN umumnya, terlebih petugas pemasyarakatan jadi harus tergerus atau hilang. Seperti Kata Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham NTB pagi ini, Herman Sawiran saat saya wawancarai

"Semua orang punya integritas kok, tapi tak semuanya bisa menjaga integritas apalagi mempertahankannya, terlebih saat bertugas di dalam Lapas Rutan", tuturnya mengawali bincang kami pagi ini.

Petugas Lapas Terjerat, Kasus pungli Lapas Cebongan

Lagi-lagi petugas lapas terjerat, tak jauh-jauh dari kasus pungli yang kali ini viral terjadi di Lapas Cebongan Sleman. Bahkan yang kena kasus kali ini adalah pejabat strukturalnya yang notabene adalah seorang KKPLP (Kepala Pengamanan Lapas).

Herman Sawiran dengan gamblang menuturkan pendapatnya terkait kasus ini. Dalam persfektifnya yang duduk sebagai Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham NTB, yang notabene selaku pembina di wilayah bagi jajaran pemasyarakatan, dirinya sangat prihatin.

Pasalnya, ini bukan pertama kalinya kejadian seperti ini terjadi dan akhirnya viral. Menurutnya hal inilah yang membuat integritas seorang petugas jadi penting untuk dijaga dan dipertahankan.

Meskipun hampir di semua lini kehidupan, kasus lemahnya integritas yang berujung pungli ini tetap ada, namun bukan berarti hal ini menjadi lumrah dan patut dianggap biasa. Budaya pungli adalah musuh bersama.

Apalagi jika mengingat hubungan interaksi dalam keseharian seorang petugas Lapas, yang notabene harus berhadapan langsung dengan mereka pada narapidana ini. Yang jelas-jelas punya masalah dengan hukum dan lingkungan sosialnya, tentunya akan membuat ujian tersendiri bagi petugas dalam mempertahankan level integritasnya.

Faktor Penyebab Turunnya Integritas Petugas di Lapas

Menurut Herman, Faktor penyebab turunnya integritas petugas di Lapas ini juga bermacam-macam dan bisa berasal dari faktor internal dan eksternal juga.

Adapun sejumlah faktor penyebab dimaksud menurutnya antara lain :

  • Lemahnya mental seseorang dalam menghadapi tuntutan di lingkungan kerja, dimana setiap hari harus berhadapan dengan para narapidana dengan mental yang masih harus dibina. Terlebih kasus narkoba misalnya. Iya, napi kasus narkoba selalu punya banyak cara untuk menggoda petugas dengan uang.
  • Adanya tuntutan ekonomi dari keluarga, dimana sejumlah besar terjadinya kasus pungli justru karena kebutuhan hidup lebih besar dari penghasilan yang di dapatkan. Atau kurang baiknya manajemen keuangan rumah tangga.
  • Pengaruh gaya hidup Hedon, dimana seringnya kondisi mental petugas kerap menginginkan sebuah pengakuan akan gaya hidupnya. Namun tak disertai dengan kemampuan finansialnya yang hanya dari gaji PNS.
  • Kebiasaan berhutang sehingga Terlilit hutang piutang, yang akhirnya menimbulkan pola perilaku yang salah. Salah satunya jalan pintas bayar utang melalui celah pungli.
  • Kebiasaan Judi baik itu judi online maupun jenis judi lainnya
  • Kurangnya iman atau rasa takut pada Tuhan, sehingga merasa tidak ada yang mengawasi dan mencatat perbuatannya selama bertugas.

Sumber : Humas Kanwil Kemenkumham NTB, Monev Kadiv Pemasyarakatan Kumham NTB ke LPP Mataram
Sumber : Humas Kanwil Kemenkumham NTB, Monev Kadiv Pemasyarakatan Kumham NTB ke LPP Mataram

Bahkan menurutnya, secara logika mereka para narapidana adalah orang  yang punya keinginan dan kemauan, bahkan orang-orang yang berkuasa dengan duit, sehingga Ketika integritas petugas melemah, maka bisa jadi justru petugas menjadi budak mereka. Bahkan terbawa arus jika tak kuat iman.

Hal ini membuat mental seorang petugas lapas dalam menjaga integritasnya seakan mendapat ujian secara terus menerus. Faktanya petugas pas berhadapan dengan para pelaku kriminal baik level rendah, sedang maupun tinggi dalam kesehariannya. Logikanya, bukan hanya petugas pemasyarakatan yang akan melakukan pengamatan terhadap perilaku narapidana.

Malah justru sebaliknya, para pelaku tindak pidana ini juga punya waktu dan kesempatan yang sama dalam menganalisa pola perilaku dan karekter petugas. Sehingga kesempatan dalam menggoda dan menguji integritas petugas juga terbuka luas. Belum lagi para kriminal kasus pengedar narkoba, yang notabene berkuasa dengan uangnya.

Godaan dan ujian akan semakin berat. Selain itu, masih lemahnya pengawasan dari unit di atasnya juga tak jarang menjadi salah satu faktor penyebab. Fungsi pengawasan di wilayah harus dioptimalkan jika sudah bicara kasus narkoba, atau yang punya jajaran dengan Lapas narkotika di dalamnya.

Upaya Pencegahan dan Antisipasi

Menyikapi berbagai faktor yang menyebabkan masalah lemahnya integritas ini, Herman Sawiran pun memberikan gambaran sejumlah upaya pencegahan dan antisipasi yang biasanya dilakukan.

Sebagai seorang Kepala Divisi Pemasyarakatan, menurutnya fungsi pengawasan dan pembinaan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di UPT Pemasyarakatan penting untuk dilaksanakan secara berkala.

Berikut ini sejumlah upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengantisipasi kejadian pungli di lapangan, antara lain :

  • Divisi Pemasyarakatan atau kantor wilayah selaku pembina dan pengawas di wilayah harus secara ruti  melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap pelaksanaan tusi di Unit Pelaksana Teknis jajarannya.
  • Melakukan monitoring dan pengawasan secara menyeluruh dan berkala, baik di level kalapas/karutan, pejabat struktural, pegawai atau petugas hingga ke WBP atau napi itu sendiri;
  • Pastikan dalalm setiap melakukan pengawasan dan evaluasi, pastikan bahwa petugas melaksanakan tugas pembinaan sesuai SOP; lakukan juga pengecekan terhadap sarana dan prasarana;
  • Laksanakan tugas berdasarkan slogan "3+1 menuju pemasyarakatan maju" yang menuntut kita untuk kembali kepada implementasi pelaksanaan tusi pemasyarakatan yang sebenarnya.

3+1 Menuju Pemasyarakatan maju

Adapun 3+1 menuju pemasyarakatan maju yang dimaksud adalah singkatan dari :

  • Deteksi dini dalam hal antisipasi gangguan keamanan dan ketertiban di dalam Lapas/Rutan
  • Sinergitas dengan aparat penegak hukum di wilayah masing-masing dalam rangka antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
  • Lakukan pemberantasan peredaran narkoba secara maksimal
  • +1 yaitu back to basic yang berarti kembali kepada aturan yang ada (Khususnya pemasyarakatan), jadikan Aturan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pemasyarakatan. 

Selain itu, peran serta atasan dan kepedulian dari pimpinan juga menjadi salah satu upaya penting terkait deteksi dini kejadian pungli, yang dapat terlihat dari perubahan perilaku petugas. Menurut Herman, ketika terjadi indikasi perubahan perilaku petugas, seharusnya atasan peka dan respon.

"Ketika misalnya petugas kita berubah perilaku, sering datang telat, atau mulai agak ogah-ogahan, itu kita minimal sebagai atasan harus tanya atau panggil. Kita cari tahu ada permasalahan apa, kendalanya di mana. Hal-hal kecil seperti ini akan membuat kita lebih cepat mengambil langkah antisipatif sebelum kasus kejadian". jelasnya singkat.

Pesan Menteri Hukum dan HAM

Pesan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly terkait integritas ini, hampir selalu digaungkan di setiap kesempatan dan kegiatan. Seperti satu kalimat tegas yang disampaikan ketika Yasonna mewisuda para taruna Poltekim dan Poltekip 2020 silam.

"Terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan Saudara bertemu dengan permasalahan yang penyelesaiannya tidak diajarkan pada saat menempuh pendidikan. Dalam posisi itu, Saya berharap saudara tetap teguh memegang integritas serta loyalitas dalam mengabdi kepada jajaran, bangsa dan negara," ucapnya.

Atau sedikit kalimat tajam yang dilontarkan, meskipun menohok namun memang benar adanya. Begini kira-kira bunyinya yang saya kutip dari sebuah media online lain

"Kalau tidak ada integritas, kita tidak perlu lagi persoalkan soal kecerdasan dan energi. Seseorang yang memiliki kecerdasan dan energi tapi tidak memiliki integritas itu daya rusaknya tinggi. Jadi, integritas itu menjadi modal yang sangat kuat sebagai prinsip moral dan prinsip kita beretika dalam kehidupan kita sehari-hari," ungkapnya.

Oleh sebab itu, integritas pegawai atau petugas ini ternyata memang menjadi harga mati  dalam menjaga marwah diri dan institusi. Pasalnya, pepatah 'Karena nila setitik rusak susu sebelanga' ternyata masih eksis berlaku hingga saat ini. Artinya, hanya karena seorang petugas yanglemah integritasnya, menyebabkan rusaknya nama petugas lain secara keseluruhan.

Terlebih nama baik institusi dimana yang bersangkutan mencari nafkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun