Akhirnya sambil menahan kesal saya sampaikan juga apa yang di kepala saya saat itu. Bu, bisa tidak kalau untuk take away itu yang dipakai ayam yang agak sedikit besar, meskipun harganya sedikit mahal? Kan tidak semua orang suka bawa dan ngasi untuk koleganya ayam sekecil ini. Kita mau bawa ke Jakarta malu loh.
Namun ibu itu cuma bilang, nanti coba kita sampaikan kepada bos, terima kasih masukannya mbak. Dan saya pergi dengan perasaan campur aduk antara kesal, tapi ingin tertawa. Ingin memaki tapi pada akhirnya diam juga.
Untuk Para Penjual Ayam Taliwang
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan usia ayam yang dipakai. Pun dengan ukurannya. Tapi bisakah para penjual ayam bakar taliwang ini kira-kira juga? Apakah enak dipandang mata plating ayam mirip seperti kodok panggang begitu?
Saya juga tidak ingin protes berlebihan, mengingat bahwa mungkin memang iya konsumen yang lain suka dengan ayam mini-mini begini. Namun banyak juga review di internet yang komplain sama dengan saya.
Faktanya beberapa kali makan di rumah makan taliwang yang sudah ternama, ayam taliwangnya ukuran sedang semua. Tak ada yang sebesar telapak tangan anak saya yang berumur 7 tahun seperti kejadian malam ini.
Saya pribadi berharap sebagai orang Lombok asli dan juga penikmat ayam taliwang. Agar ada perbaikan kualitas dari ayam ini khususnya di ukurannya. Karena memang tidak enak di lihat mau di bawa untuk orang-orang yang kita sayangi misalnya, atau untuk kolega di luar daerah dengan ukuran sekecil itu.
Seperti tidak ada etika baiknya menurut saya. Ketemu sekali kapan, yang dibawa ayam ukuran mini yang sebesar telapak anak kelas 1 SD ini. Mungkin tulisan kali ini lebih ke curhatan hati atau mungkin komplain yang belum selesai.
Namun niat saya baik kok, logikanya, saya sebagai orang asli Lombok saja bisa komplain apalagi dari luar daerah yang cuma melihat fotonya di internet, dan membayangkan ayam bakarnya sesuai ekpektasi. Padahal ketika sampai kaget juga saking mininya.
*Ditulis 15 menit setelah sampai rumah dan menyaksikan anak saya tertawa terbahak-bahak melihat isi dalam besek. Katanya "kodok panggang ma".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H