dia bangun tembok yang begitu tinggi,Â
bukan karena sebuah kesombongan diri,
tapi bentuk perlindungan jika ada yang ingin menggoreskan luka lagi.Â
Seakan tak ada filter di sana, semua di pandang sama
"Kalian berbahaya dan tak bisa dipercaya".
Semua berbisik Tak ada yang sulit baginya. Sadis!Â
Tak ada yang tau bagaimana dia berjuang untuk melawan diri sendiri,Â
menghadapi luka dan trauma,Â
Tangis baginya hanyalah obat sementara, sebelum akhirnya bangkit lagi dan berusahaÂ
Kembali berdiri dan tertawa di hadapan dunia
Menyatukan serpihan-serpihan diri yang masih tersisa.Â