Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ternyata Sepi Itu Indah

25 April 2024   10:58 Diperbarui: 25 April 2024   11:01 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berkenalan dengan Sepi

Tak jarang aku rasakan terlalu banyak emosi

Emosi yang tak layak untuk dipendam bahkan keberadaannya berbahaya

Kurasa sepi adalah teman terbaik saat ini

Berteman dengan buku-buku mati, 

berteman dengan ruangan bahkan berteman dengan kesendirian seakan hal yang sangat mahal. 

Mereka bilang aku kesepian, tapi yang kurasakan sebaliknya 

ketika sepi ini terusik aku jadi marah dan ingin meledak

Aku suka ketenangan ini, 

dimana tak seorangpun memperhatikan keberadaanku, 

tak menyebutkan namaku, 

tak terlalu memperdulikan aku. 

Bagiku sepi tak menyakitiku, tak menghianatiku dan

tak pernah menusukku dari belakang

Entah mereka yang bodoh atau aku yang baru mengenal sepi. 

Aku tak suka mereka terlalu peduli, 

aku tak suka mereka membicarakan kenapa aku bersikap begini 

aku tak ingin terlalu banyak berinteraksi, 

aku bahkan kadang tak ingin menyapa siapapun lagi, 

Bagiku sendiri adalah hal yang mahal saat ini

Mungkin karena serpihan-serpihan yang pernah hancur itu belum selesai ku tata kembali. 

Aku takut menyakiti siapapun yang ada di dekatku, terasing adalah hal yang baik. 

Bahkan ternyata dalam sepiku aku bisa belajar banyak hal baru 

di luar sana tanpa dilema. 

Bisa mulai merencanakan sesuatu di luar sana tanpa perlu merasa terganggu 

Sepi mengajarkanku bahwa peduli itu bukan tentang seberapa dekatnya kita dengan seseorang,

teman, keluarga, anak dan manusia lain. 

Sepi juga mengajariku,

bahwa setiap insan pada akhirnya akan menjalani hidupnya sendiri, 

lahir sendiri, mati pun sendiri. 

Dan Aku ada di level tak takut siapapun pergi.

Aku akhirnya mengerti esensi dari sebuah kesendirian, 

bahwa aku siap untuk setiap kehilangan. 

Bukankah aku selalu punya Allah untuk tempatku pulang?

Aku aman

*Kutulis saat sepi membuatku bangkit kembali dengan segudang motivasi. Lepas Dari sudut yang hingar bingar tanpa makna, mendekati Tuhan yang selalu ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun