Oh iya, satu lagi. Anak laki-laki itu memang manja pada ibunya bahkan sangat romantis. Itu fakta!
Selain itu dia cenderung tidak suka berbagi kasih sayang ibunya secara nyata bahkan kepada saudara-saudaranya. Baginya ibu hanyalah miliknya.
Terkadang sering saya amati ketika saya kesal dan diam tak menyapa, justru dia langsung mewek alias menangis sedih bahkan histeris.
Bukti yang lain, Setiap kali sedang masak, sebelum tidur, bangun tidur bahkan saat nonton pun terkadang dia akan memeluk atau mencium pipi saya sebagai ibunya sambil berbisik "saaayang mama". Sedari kecil saudara-saudara perempuannya dilarang mendekati saya ketika sedang menemani dia.
Namun semua perlakuan manis anak laki-laki saya ini tidak terbentuk dalam sebulan dua bulan.
Pasalnya sedari dia lahir saya sudah belajar juga bahwa perlakuan yang kita berikan akan kembali dalam bentuk yang sama dari si anak. Atau dalam agama Islam diajarkan barang siapa berlaku penuh kasih sayang kepada anak, maka begitulah anak akan memperlakukan orang tuanya.
Oleh sebab itu sedari lahir anak laki-laki saya ini memang hampir tak pernah saya bentak, tak pernah saya marahi apalagi di caci dengan kata-kata kasar.
Hal ini sudah saya terapkan sedari anak pertama bahkan, tidak boleh ada "bahasa hutan dalam rumah". Artinya komunikasi yang baik memang tidak bisa kita bangun dari bahasa atau sikap yang negatif.
Sebagai seorang ibu ada baiknya kita belajar memperlakukan mereka sesuai kondisi psikologinya masing-masing.
Menjadi ibu ternyata membuat saya sadar, bahwa orang tua harus terus belajar dalam mendidik dan membimbing anak. Harus paham banyak hal tentang emosi, perlakuan, karakter dan pola asuh yang pas.
Melelahkan memang, tapi kita harus ingat, bahwa semua tingkah menyebalkan dan hingar bingar mereka saat ini akan berlalu dan terhenti ketika mereka mulai tumbuh remaja dan dewasa. Rumah akan sepi.