Sedih sekali rasanya mendengar ada berita tentang seorang guru yang tega mengusir peserta didiknya. Peserta didik tersebut hendak mengikuti ujian.
Alasan pengusiran diketahui karena siswi itu tidak mengikuti pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran luring karena tidak memiliki telepon genggam dan seragam sekolah.
Hal pengusiran terungkap ketika siswi tersebut ditemukan oleh seseorang yang sedang melihatnya menangis di pinggir jalan.
Peristiwa seperti itu saya yakin masih banyak terjadi di sekeliling kita. Percaya atau tidak percaya, telepon genggam sudah menjadi barang yang tidak aneh lagi, dan dipastikan semua siswa sudah mampu memiliki barang tersebut.
Terlebih diperkuat oleh pernyataan dari Menteri Komunikasi dan Informatika yang menyebutkan bahwa jumlah pemilik smartphone di Indonesia berjumlah 345,3 juta per tahun 2021. Sedangkan total jumlah penduduk mencapai 271,35 juta jiwa. Ini berarti jumlah telepon genggam lebih banyak dari pada jumlah penduduk.
Namun nyatanya, keadaan di lapangan selalu berbeda. Contohnya pelajar di Kalimantan di atas.
Kejadian pelajar tidak memiliki telepon genggam sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran jarak jauh, seharusnya sudah dapat terdeteksi dari awal, karena kasus serupa juga terjadi di tempat saya bekerja. Bedanya, kalau di tempat saya, hal pertama yang dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran jarak jauh adalah mendata untuk memastikan apakah semua peserta didik memiliki telepon genggam sebagai media pembelajaran nanti atau tidak.
Hasil di lapangan ternyata terdapat 7 orang peserta didik yang tidak memiliki telepon genggam dan memang karena keadaan orang tuanya yang belum mampu untuk membelikannya telepon genggam.
Seperti yang kita ketahui, setiap kepala keluarga dipusingkan dengan pembelajaran jarak jauh kemarin karena mengharuskan semua anak-anaknya memiliki telepon genggam dan laptop. Tidak bisa dibayangkan bagi mereka yang memiliki lebih dari dua anak.
Sekolah saya dengan sigap mengadakan penggalangan dana secara suka rela untuk membantu peserta didik yang kurang beruntung. Di lapangan, Alhamdulillah semua persoalan teratasi.