Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris menjadikan sektor pertanian berperan strategis dalam menyediakan bahan baku pangan nasional yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi penduduknya. Apabila dikelola dengan baik, maka kekayaan akan hasil bumi yang melimpah mulai dari rempah-rempah, sayur-sayuran dan buah-buahan tentunya menjadi salah satu penopang kesejahteraan masyarakat dan menjadi penggerak roda perekonomian bangsa. Mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting untuk mencapai swasembada pangan secara berkelanjutan.
Namun ironisnya, potensi tersebut tidak diiringi dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Badan Pusat Statistik melansir, pekerja di sektor pertanian per Agustus 2018 tercatat 35,7 juta orang atau 28,79% dari jumlah penduduk yang bekerja (124,01 juta jiwa). Sementara di tahun 2017, jumlah pekerja sektor pertanian di angka 35,9 juta orang atau 29,68% dari jumlah penduduk yang bekerja (121,02 juta orang).
Berarti, angka ini mengalami penurunan sebesar 0,89%. Badan Pusat Statistik juga mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka per Agustus 2018 berada di angka 5,34%. Meskipun kondisinya lebih baik dibandingkan tahun lalu sebesar 5,5% namun tingkat pengangguran di desa jutru mengalami peningkatan, yakni berada di angka 4,04% atau naik dari posisi yang sama tahun lalu sebesar 4,01%.
Penyebab dari penyusutan pekerja di sektor pertanian ini ialah selama ini mereka ingin mencari penghidupan yang lebih layak sehingga memutuskan untuk berhenti bertani. Tak jarang pula yang pergi merantau ke kota meskipun tidak semua bisa terserap di dunia kerja, sehingga justru menambah beban pengangguran di kota. Selama ini profesi petani masih dipandang sebelah mata karena sistem pertanian di beberapa daerah masih bersifat tradisional sehingga berdampak pada tingginya biaya yang dikeluarkan dan hasil pertanian yang tidak optimal yang pada akhirnya banyak petani yang kehidupan ekonominya masih di bawah rata-rata.
Generasi muda merupakan pemegang kunci utama untuk menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, permasalahan regenerasi petani yang lambat karena kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian inilah yang harus menjadi prioritas utama untuk segera diselesaikan agar ketahanan pangan nasional bisa terpenuhi.
Mindset bahwa menjadi petani bukanlah profesi yang menjanjikan harus mulai dikikis. Pendapat bahwa menjadi petani itu cenderung miskin dan hidup susah harus mulai dipatahkan. Lalu, bagaimanakah cara mengubah mindset dan meningkatkan minat generasi muda agar tertarik menekuni usaha di bidang pertanian?
"Pengenalan  Modernisasi Pertanian sebagai Upaya Mempercepat Regenerasi Petani Modern"
Modernisasi pertanian merupakan proses perubahan corak kehidupan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern terutama berkaitan dengan teknologi dan organisasi pertanian. Sedangkan petani modern bisa diartikan sebagai petani yang menggunakan teknologi modern dari pengolahan lahan sampai dengan proses hasil pertaniannya.
Upaya pemerintah untuk menggalakkan sistem pertanian modern terus dilakukan dalam rangka menghadapai era revolusi industri 4.0, dimana di era tersebut teknologi digital dan internet makin berkembang dan teknologi manusia tergantikan oleh tenaga mesin. Modernisasi ini mulai dari pengolahan lahan, pemilihan bibit, sistem penanaman, proses pemupukan sampai dengan proses panen. Jika digambarkan dalam sebuah tabel, maka perbandingan antara sistem pertanian tradisional dengan sistem pertanian modern bisa terlihat sebagai berikut:
Seperti yang dilansir LINE Job, salah satu penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia ialah dari sisi Sumber Daya Manusia yang kurang inovatif. Sebagian besar petani di Indonesia berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70% petani hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi baru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.
Upaya yang bisa dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut diantaranya :
- Pengenalan Sistem Pertanian Modern di Institusi Pendidikan
- Memaksimalkan Penyuluhan Pertanian Modern dan Peragaan Mesin Pertanian kepada Masyarakat sampai ke Pelosok Wilayah
- Pemanfaatan Koperasi Unit Desa / Koperasi Serba Usaha untuk Membantu Petani dalam Kepemilikan Mesin Pertanian
- Proses Pendampingan Petani dan Monitoring secara Continue
Pengenalan Sistem Pertanian Modern di Institusi Pendidikan
SMK Pertanian maupun Perguruan Tinggi jurusan pertanian menjadi wadah yang tepat untuk melahirkan petani-petani modern yang berpendidikan. Apabila materi "modernisasi pertanian" dijadikan sebagai kurikulum wajib di institusi pendidikan, maka akan lebih banyak generasi muda yang tertarik terjun dalam bidang pertanian. Berarti, tidak menutup kemungkinan akan makin banyak inovasi-inovasi baru yang mereka ciptakan sehingga bisa menjawab ancaman yang selama ini masih menjadi penghambat keberlangsungan kemajuan pertanian di Indonesia.
Di sisi lain, dukungan pemerintah (khususnya Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) Â juga sangat diperlukan agar institusi pendidikan dibidang pertanian ini makin berkembang sehingga banyak masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan di bidang pertanian. Dukungan ini bisa berupa bantuan alat-alat pertanian sebagai alat peraga di sekolah/kampus, kesempatan magang, kunjungan industri maupun kesempatan untuk studi banding ke negara-negara yang pertaniannya maju, misalnya Jepang.
Memaksimalkan Penyuluhan Pertanian Modern dan Peragaan Mesin Pertanian kepada Masyarakat sampai ke Pelosok Wilayah
Petani merupakan pemegang kunci keberhasilan modernisasi pertanian ini. Namun faktor usia, tingkat pendidikan dan kondisi masyarakat pedesaan yang majemuk menjadikan modernisasi ini tidak mudah diterima oleh semua petani. Oleh karena itu, perlu pendekatan emosional kepada masyarakan pada saat akan melakukan pengenalan dan peragaan (demo) cara penggunaan mesin-mesin alat pertanian yang memang belum maksimal. Disini peran para pamong masyarakat sangat penting untuk bisa merangkul warganya agar bersedia beralih mengubah sedikit demi sedikit sistem pertanian yang selama ini dilakukan. Pemeraataan peminjaman alat mesin pertanian dari pemerintah sampai ke semua lapisan daerah sangat membantu masyarakat untuk bermigrasi ke sistem pertanian modern ini.
Selain itu, dampak dari konversi lahan pertanian ke industri/perumahan menjadikan banyak lahan kosong di wilayah pelosok, sedangkan lahan di kota makin sempit. Oleh karena itu, pengenalan pentingnya modernisasi pertanian kepada kelompok-kelompok tani ini perlu diratakan ke seluruh pelosok Indonesia, sehingga wilayah yang selama ini belum terjamah dunia teknologi, ikut merasakan dampak dari adanya modernisasi pertanian ini.
Pemanfaatan Koperasi Unit Desa / Koperasi Serba Usaha untuk Membantu Petani dalam Kepemilikan Mesin Pertanian
Dengan makin meningkatnya produktivitas hasil pertanian dengan bantuan alsintan dari pemerintah yang berbanding lurus dengan pendapatan petani, tentunya tidak menutup kemungkinan banyak petani yang akan memiliki sendiri alat tersebut, baik untuk dipakai sendiri maupun disewakan.
Apabila faktor dana menjadi kendalanya, maka Koperasi Unit Desa/Koperasi Serba Usaha yang selama ini masih berkembang di masyarakat bisa menjadi solusinya. Pemerintah bisa bekerja sama dengan KUD/KSU tersebut untuk pengadaan mesin pertanian ini dan masyarakat yang menjadi anggotanya bisa membeli secara kredit. Â Hal ini sekaligus upaya untuk menghidupkan kembali KUD/KSU yang selama ini cenderung lesu.
Proses Pendampingan dan Monitoring secara Continue
Berbagai macam mesin pertanian high technology sudah diciptakan. Pemerintah juga sudah berupaya mensosialisasikan adanya modernisasi pertanuan ini. Namun hal ini tidak akan ada artinya tanpa proses evaluasi dan monitoring secara continue dari pemerintah. Oleh karena itu, proses pendampingan masyarakat petani dan monitoring selama periode waktu tertentu sangat penting untuk menjamin jalannya pemanfaatan teknologi pertanian ini.
Dengan makin banyaknya generasi muda yang memilih untuk petani modern, maka generasi petani yang berkualitas tidak akan terputus. Selain itu, proses monitoring monitoring harga juga penting dilakukan, agar petani di Indonesia tidak dirugikan dengan adanya bahan pangan dari luar negeri yang bebas diperdagangkan di Indonesia.
"Modernisasi Pertanian : Tantangan & Peluang untuk Regenerasi Petani Indonesia"
Tidak semua petani di Indonesia mempunyai lahan, dimana terdapat profesi "buruh tani" yang tenaganya hanya dibutuhkan pada saat pemilik lahan membutuhkan tenaganya pada waktu-waktu tertentu. Di satu sisi, modernisasi ini merupakan peluang para petani pemilik lahan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Namun di sisi lain, ada ribuan buruh tani yang dirugikan karena kebutuhan untuk menggunakan tenaga mereka menjadi berkurang, apalagi di era revolusi industri 4.0 yang benar-benar meminimalkan tenaga manusia. Inilah tantangan yang harus dihadapi bersama agar baik para petani pemilik lahan maupun buruh tani bisa tetap produktif. Lalu, bagaimanakan solusi yang bisa dilakukan untuk menekan angka pengangguran untuk para buruh tani?
Sistem kerja sama bisa menjadi salah satu solusi. Tidak semua pemilik lahan mempunyai modal. Padahal mereka memerlukan biaya yang tidak sedikit mulai dari pembelian bibit, pengelolaan tanaman bahkan pembelian mesin pertanian. Oleh karena itu, pemilik lahan ini bisa memberdayakan buruh tani untuk mengolah tanahnya dengan sistem bagi hasil. Apalagi untuk petani yang sudah tidak mampu  mengolah lahannya karena faktor usia dan kesehatan, tentunya hal ini menjadi keuntungan besar bagi buruh tani karena penghasilan yang mereka terima tentu saja lebih banyak daripada menjadi buruh tani. Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat kaum buruh tani tersebut bisa membeli lahan sendiri, yang tentunya akan lebih membuka lapangan kerja baru dan makin banyak petani modern di Indonesia.
Bentuk kerjasama yang lain ialah dengan sistem pemberdayaan kaum buruh tani untuk mengerjakan lahan pekerjaan lain. Dengan modernisasi pertanian, proses pengolahan menjadi lebih singkat. Otomatis, banyak waktu senggang yang dimiliki petani untuk melakukan hal-hal lain, misalnya dengan sistem pertanian terpadu, yakni memberdayakan sebagian lahannya untuk tambak lele, tambak ikan, atau bisa jadi untuk kawasan agrowisata. Hal ini tentu saja, membuka kesempatan kerja baru bagi para buruh tani untuk tetap diberdayakan.Â
Dari wacana di atas, bisa disimpulkan bahwa regenerasi petani dan modernisasi pertanian merupakan dua aspek yang tidak bisa dipisahkan. Upaya pembenahan sistem pertanian ini diharapkan menjadi solusi alternatif untuk mempercepat regenerasi petani di Indonesia sebagai ujung tombak menuju terwujudnya sistem pertanian yang maju. Dengan menerapkan modernisasi pertanian, maka regenerasi petani modern bisa lebih terjaga karena akan lebih banyak generasi muda yang tertarik menggeluti bidang pertanian sehingga harapan Indonesia sebagai negara swasembada pangan bisa terwujud dan ketahanan pangan nasional bisa tercapai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI