Seperti yang sudah direncanakan, Jumat sore Mukidi akan berangkat ke luar kota. Â Rencananya bersama teman-teman di kantor mau ke Dieng. Â Persiapan sudah dilakukan dari pagi. Pakaian yang akan dibawa dan perlengkapan pribadi lainnya. Â Sudah 3 kali Mukidi memeriksa barang-barangnya takut ada yang tertinggal. Â Sepertinya semua sudah dibawa dan dipacking rapi di koper. Â Mutmut kucing kesayangan juga sudah dititipkan di pet shop. Â Sambil menunggu mobil yang menjemput, Mukidi membersihkan rumah yang masih berantakan.Â
Selesai Shalat Ashar, mobil yang menjemput sudah datang. Â Perasaan gembira menyelimuti hati Mukidi karena bisa refresing sejenak melupakan pekerjaan. Sebelum berangkat memastikan listrik dan peralatan elektronik lainnya sudah mati. Â Kompor juga sudah dilepas selangnya dari tabung gas. Rumah dalam keadaan kosong karena Ibunya sedang menginap di rumah saudara dan baru akan pulang esok hari. Â
Mukidi bisa meninggalkan rumah dengan keadaan tenang. Â Tidak banyak perlengkapan yang dibawa karena hanya 3 hari liburnya.Â
Mukidi duduk di samping sopir, kebetulan di bagian belakang sudah penuh. Â Sopir menyapa Mukidi dengan ramah.Â
"Assalamualaikum Pak, akhirnya bisa berangkat juga,"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, iya Pak.. alhamdulillah bisa ikut jenengan," jawab Mukidi
"Sendirian saja ya Pak, tidak mengajak keluarga?' Â tanya supir kembali
"Iya Pak, keluarga kebetulan sudah punya acara masing-masing,"Jawab Mukidi
Mobilpun melaju dengan tenang, kebetulan sopir juga sudah berpengalaman.  Sehingga penumpung semua merasa nyaman.  Perjalanan lancar melewati tol Cikampek lanjut Cipali keluar di Pejagan Brebes.  Meski ada sedikit kemacetan tetapi tidak sampai berjam-jam.  Biasanya Jumat sore macet karena banyak yang menuju luar kota, alhamdulillah keberangkatan kali ini diberi  kelancaran.  Penumpang menikmati suasana sepanjang jalan.  Keluar tol Pejagan  karena supir sudah lelah, maka berhenti sebentar di rumah makan.  Kebetulan juga waktunya untuk makan malam.  Menu yang dipilih adalah sate dan sop kambing.  Untuk sate di sini tidak ada tetelan,  isinya semua daging.  Tekstur dagingnya empuk, rasanya nikmat sekali ditambah kuah sop kambing yang menghangatkan badan.  Semua penumpang makan dengan lahap termasuk Mukidi.  Setelah makan ada yang istirahat dan melaksanakan Shalat.Â
Setelah dirasa cukup istirahat dan sopir juga sudah kembali tenaganya, maka perjalanan dilanjutkan kembali. Rute yang paling aman adalah Purwokerto Wonosobo dan sampailah di Dieng. Â Biasanya arus kendaraan cukup ramai pada malam hari, karena orang mengejar sebelum Subuh sudah sampai Dieng. Â Para pengunjung ingin melihat matahari terbit di puncak Dieng. Â
Pukul 03.00 pagi, rombongan akhirnya sampai penginapan. Â Setelah istirahat sebentar, bersiap-siap menuju Bukit Sikunir. Â Saat Mukidi membuka tas selempangnya, baru sadar gawai tidak ada. Â Memang sepanjang perjalanan, dia tidak membuka-buka tas. Â Bahkan saat istirahat di rumah makan juga tas tidak dibuka. Â Pikiran Mukidi untuk menghemat baterei maka tidak main gawai. Â Ternyata sekarang gawainya tidak ada, Mukidi panik. Â Didalam tasnya hanya ada senter. Â Akhirnya dengan meminjam gawai temannya, Mukidi menghubungi keluarga di rumah. Â Ternyata telpon belum direspon. Mungkin di rumah masih pada tidur.Â
Lama Mukidi menelpon, tetapi tidak diangkat juga. Â Sementara temannya juga mau bersiap-siap untuk naik ke atas, menyambut mentari terbit. Â Mau tidak mau Mukidi juga mempersiapkan perlengkapan untuk naik ke Bukit Sikunir. Hawa sangat dingin, maka harus memakai jaket . Â Sepanjang perjalanan Mukidi mengingat-ingat saat meninggalkan rumah. Â Dia baru ingat jika gawainya sedang di cash. Â Di sebelah gawai ada senter. Â Brarti Mukidi salah mengambil, bukan gawai yang diambil tetapi senter.
Mukidi kembali meminjam gawai temannya untuk menghubungi nomornya sendiri. Â Ternyata yang mengangkat Ibunya. Â Mukidi lega mendengarnya, gawainya aman. Â Tetapi Mukidi malu karena sifat ceroboh dan pelupanya tidak hilang-hilang. Â Bukan gawai yang diambil melainkan senter. Â Â
"Jangan sedih Bro, senter juga bisa berguna," kata Jono teman satu divisiÂ
"Ayo senyum, jalan gelap bisa terang karena senter," kata Alex temannya yang lain.Â
"Hahahahahahhahahhahahahhah Mukidi Mukidi," ledek Irma gebetan Mukidi
Tidak bisa dibayangkan raut wajah Mukidi.  Malu mendengar  teman-temannya mentertawakan.  Tetapi mau bilang apa, memang begitu kenyataannya.  Akhirnya selama 3 hari itu Mukidi membawa senternya kemana-mana sebagai tanda gara-gara kelupaan, tidak bisa mendokumentasikan sendiri wisatanya ke Dieng dengan leluasa.  Untung di sana ada tukang foto,jadi Mukidi menyewa jasa tukang foto. Meskipun harus membayar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H