Mereka juga sangat sabar, memastikan tidak ada yang tertinggal dan terus memberi saya semangat untuk menyelesaikan perjalanan hingga akhir.
Di sela-sela aktivitas tersebut, saya menyadari betapa besar rasa toleransi yang dimiliki oleh para santri.
Mereka menghormati saya, memberikan ruang bagi keyakinan saya tanpa menanyakan atau menghakimi. Misalnya, saat kami makan bersama, saya dapat berdoa dengan membuat tanda salib tanpa merasa dilihat sebagai seseorang yang berbeda.
Pagi hari, saya juga dapat mengikuti mereka menyaksikan pengajian, yang membuat saya menghargai ritual mereka dengan lebih dalam.Â
Dari pengalaman di pesantren, saya belajar bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima perbedaan, tetapi juga merayakan kesamaan.
Para santri/santriwati mengajarkan kepada saya arti kebersamaan dan keterbukaan hati.
Toleransi ternyata bukan hanya tentang menghargai keberagaman, melainkan tentang melihat manusia sebagai sesama---dengan cita-cita, harapan, dan nilai yang bisa saling memperkaya satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H