Mohon tunggu...
Ernestus Revan YA
Ernestus Revan YA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa Kelas 10 - SMA Kanisius Jakarta

Seseorang yang ingin dapat diandalkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Toleransi, Mutiara Tersembunyi di Balik Setiap Senyum

12 November 2024   16:56 Diperbarui: 13 November 2024   21:33 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau menegaskan bahwa senyuman itu adalah tanda kedamaian dan kerukunan, dan menyerukan agar masyarakat Indonesia terus mempertahankan dan memperjuangkan sikap toleransi ini di tengah keberagaman.

"Dengan dibimbing oleh sabda Tuhan, saya mendorong Anda semua untuk menaburkan kasih, dengan penuh keyakinan menempuh jalan dialog, terus memperlihatkan kebaikan budi dan hati dengan senyum khas yang membedakan Anda untuk menjadi pembangun persatuan dan perdamaian. Dengan demikian, Anda akan menyebarkan aroma harapan di sekeliling Anda." - Paus Fransiskus, Homili di GBK, 2024 (1).

Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi momen penting bagi dialog antaragama dan memperkuat harapan akan terciptanya perdamaian yang lebih mendalam. Dalam sosok nya, Paus membawa semangat persatuan dan mengingatkan betapa berharganya perdamaian yang dibangun di atas toleransi. 

Kehadirannya di Indonesia bukan hanya menginspirasi masyarakat Katolik, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia untuk terus mengupayakan kehidupan bersama yang harmonis, menjadikan negara ini sebagai contoh nyata toleransi bagi dunia.

Kolese Kanisius, sebagai institusi pendidikan Jesuit, menekankan pentingnya sikap toleransi antarumat beragama.

Prinsip ini terlihat dalam berbagai kegiatan yang mencerminkan penghormatan terhadap perbedaan keyakinan. Misalnya, saat siswa Katolik melaksanakan misa setiap Jumat, siswa Muslim diberikan kesempatan untuk melaksanakan Sholat Jumat. 

Selain itu, terdapat beragam kegiatan eksternal yang mendukung semangat toleransi, seperti acara buka puasa bersama dengan sekolah Al-Izhar, kunjungan ke vihara, ucapan selamat hari raya melalui media sosial, serta kegiatan ekskursi ke pondok pesantren.

Kegiatan ekskursi siswa kelas 12 ke pondok pesantren merupakan pengalaman yang kaya akan nilai dan makna, khususnya dalam hal memperkuat sikap toleransi antar agama. 

Selama tiga hari, para siswa Kolese Kanisius terjun langsung dan tinggal bersama para santri/santriwati di berbagai pesantren di seluruh pulau Jawa. Di sana, kami menjalani rutinitas hidup seorang santri, berbaur, dan berdinamika bersama. 

Di pondok pesantren Al-Ittifaq, Bandung, saya belajar bahwa para santri/santriwati tidak jauh berbeda dari saya---kami dapat berbincang tentang hal-hal sehari-hari, seperti musik, sekolah, rutinitas, dan masa depan.

Dialog sederhana ini membuka mata saya terhadap realitas bahwa kepercayaan agama bukanlah penghalang bagi hubungan yang harmonis, bahkan di tengah keberagaman keyakinan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun