Pada tanggal 11 mei 2018  aku berangkat dari NTT menujuh ke Jogjayakarta  menggunakan pesawat terbang. Tujuan aku ke Jogyakarta adalah  untuk melanjutkan studi  di perguruan tinggi. Aku tiba di Jogyakarta dengan menempuh perjalanan selama 2 jam.Â
Aku mengabari kakak sepupuku untuk menjemputku di bandara internasional Adisubjipto. Â Setelah beberapa menit menunggu akhirnya kakak sepupuku datang bersama dengan teman-temannya untuk menjemputku.Â
Teman-temannya tersebut tak lain adalah kawan sekampungku juga  di NTT yang sudah cukup lama berada di Jogja yang sedang menempuh pendidikan juga.Â
Kakak sepupuku bernama Gena, ia menempuh semester akhir di Universitas Kristen Yogyakarta dengan  jurusan Teknik Informatika begitu juga dengan teman-teman kampungku yang  lain ,mereka semua sedang menempuh pendidikan di universitas yang sama dengan kakak sepupuku tetapi dengan jurusan yang berbeda-beda.Â
Pada waktu itu aku tinggal bersama dengan kakak sepupuku di suatu kost khusus cewek. Selain itu, kami juga sekomplek dengan teman-teman sekampung dari NTT namun ada juga dari daerah lain.
Langkah awal menujuh wisata di Purwomartani Kalasan
Tiga hari berada di Jogja, Â kakak sepupuku dan teman-teman sekampungku mengajak aku untuk berkujung ke suatu tempat wisata yang berada di wilayah Kalasan karena kami tinggal di wilayah Kalasan, tepatnya di Desa Porwomartani . Pada waktu itu, kami berangkat dengan menggunakan kendaraan motor.
Perasaan aku didalam perjalanan begitu senang, dan juga penasaran mengenai tempat wisata yang akan ditujuh. Dalam perjalanan kakak sepupuku berkata " nanti kalau sampai disana kamu harus mencium sebuah batu". Aku merasa heran dengan perkataan kakak sepupuku dan aku balik bertanya "kenapa batunya harus dicium?', lalu kakak sepupuku menjawab " itu adalah bagian dari syarat karena setiap pendatang baru harus mencium batu tersebut".Â
Namun disini, aku merasa aneh dan bingunh dengan apa yang dikatakan oleh kakak sepupuku karena di daerah kami tidak syarat harus mencium batu. Kakak sepupuku melihat aku dari spion motor dia tahu aku sedang kebingunan karena memikir perkataannya  lalu dia tertawa kecil dan berkata "kamu ini polos sekali ya, dibilang begitu saja sudah percaya aku hanya bercanda katanya".Â
Mendengar perktaan kakak sepupuku aku sedikit cemberut dan langsung  sedikit mengelitik pingang kakak sepupuku sampai dia minta ampun karena sedang mengendarai motor. Aku berkata" jiks saja kakak sedang tidak mengendarai motor kupastikan sudah tidak kuberi ampun" dan kakak sepupu hanya menjawab tertawa kecil "hahhhhhhhhhhh" katanya.
Makna Sebuah Karcis
Perjalanan yang kami tempuh tidak terlalu lama, karena tempat wisata yang kami kunjungi tidak terlalu jauh dari kost kami. Bisa dikatakan hanya menempuh 10 menit perjalanan. Ketika hendak memasuki kawasan wisata yang kami kunjungi terlebih dahulu kami harus memarkirkan motor.Â
Namun ketika motor masuk area parkir seseorang datang menghampiri kakak sepupuku dan begitu juga teman-temanku yang lainnya. Orang tersebut  memberikan sepotong kertas kepada setiap  pengendarai motor termasuk kakak sepupuku. Aku tidak tahu apa maksud orang tersebut memberikan kertas itu  karena ,penasaran  akupun bertanya "kak ini apa?( sembari menunjuk kertas itu} .Â
Sepupuku pun menjawab "ini adalah karcis yang berfungsi  sebagai alat yang menandakan waktu atau durasi selama memarkirkan kendaraan sehingga bisa dugunakan untuk menghitung tarif parkir yang dikenakan atau kongkritnya kita membayar orang tersebut agar menjaga motor kita dari penjahat".  Mendengar penjelasan kakak sepupuku  pun mengangukkan kepala tanda mengerti.
Sore hari  membawa kesejukan di Candi Sambisari
Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman yang lokasinya bedekatan dengan Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sari. Setelah selesai memarkirkan motor menujuh  masuk ke dalam area wisata tersebut, dari kejauahan kakak sepupuku dan kawan sekampungku menunjukkan tangan ke suatu arah  dan berkata 'inilah tempat wisata dimakusudkan". Aku pun melihat arah tangan sepupuku dan kawan-kawanku, disana aku melihat sebuah tulisan yang bertuliskan "Candi Sambisari".Â
Yah,Candi Sambisari adalah nama dari tempat wisata itu, karena kami bicara sembari berjalan maka semakin dekat pula tempat yang kami tujuh. Kupandangi tempat tersebut dengan begitu kagum.Â
Bagiku tempat tersebut sangatlah indah dan menarik karena dikelilingi oleh taman-taman yang berwarna hijau dan ditengah-tengahnya terdapat sebuah bangunan yang begitu klasik menurutku. Taman-taman hijau membuat angin terasa begitu sejuk apalagi pada sore hari karena pada saat itu kami ke tempat tersebut pada sore hari.Â
Setelah memandangi candi tersebut kakak sepupuku dan kawan sekampungku mengajak aku untuk masuk kedalam bangunan tersebut. Aku pun mengkuti mereka sembari melihat kiri kananku. Ketika begitu dekat dengan candi tersebut aku sangat senang, dan aku  melihat gambar patung yang menyerupai manusia menempel di dinding candi itu. Bagiku itu sangatlah unik karena melihat hal seperti hanyalah imajinasiku saja atau bisa dikatakan hanya melihat hal seperti itu lewat televisi berlaga kolosal saja.
Namun pada hari itu, melihat bangunan seperti itu bukan lagi imajinasiku saja melainkan sebuah  kenyataan yang kualami dan sedang kunikmati keindahannya pada saat itu . Aku pun  berkata dalam hati " luar biasa ciptaan mu Tuhan".Â
Tetapi ketika hendak mau menyentuh patung tersebut kawan-kawan sekampungku dan kakak sepupuku berkata " jangan sentuh apapun disini karena tempat ini keramat, dan siapapun yang menyentuh benda benda yang ada di sekitar sini dia akan mendapatkan malapetaka". Mendengar perkataan mereka nyaliku pun menciut dan aku tak berani menyentuh apapun.Â
Aku berjalan mengelilingi bagian candi itu dengan sangat hati-hati agar tidak menyentuh benda yang ada di sekitar. Kawan sekampung dan kakak sepupuku memperhatikan aku ketika berjalan dengan hati-hati. Karena sudah tidak tahan tawa mereka semua serentak menertawakanku "hhahahhhh " tawa mereka. Aku heran melihat mereka semua tertawa , dan mereka tidak hentinya tertawa melihatku dan mereka saling berpandangan lalu tertawa lagi.Â
Melihat tingkah mereka seperti itu sudah ku tebak bahwa mereka sedang mengerjaiku lagi.  Aku pun berkata kepada mereka "pantasan ketika ada orang yang  melihatku  seperti ada yang aneh dalam diriku " . Lalu mereka menjawab itu karena kamu jalannya terlalu hati-hati, mereka berpikir bahwa kamu itu rematik', "huuuuuu kalian memang senior kurang ajar ya" jawabku lagi.  Dan benar mereka memang mengerjaiku.
Setelah mengetahui mereka mengerjaiku lagi, aku pun tidak akan percaya lagi kalau mereka berkata yang serupa. Aku sudah tidak memperdulikan mereka lagi, melainkan aku menikmati  pemandangan di setiap candi tersebut. Aku mengeluarkan handphone agar kakak sepupuku memoretku tepat di dekat samping patung yang memyerupai manusia. Â
Namun, nyali ku menciut karena sebagai pendatang baru tentu saja aku merasa malu. Melihat tingkah ku yang malu-malu kakak sepupuku berkata "kamu jangan bersikap seperti itu tetapi bersikap biasa saja,melainkan nanti mereka pikir kamu terlalu kampungan". Akhirnya akupun berusaha untuk menghilangkan rasa malu sembari  tersenyum kecil melihat kamera hp.
Keunikan Candi SambisariÂ
Setelah selesai memotret kami pun berkeliling lagi, dan kalian tahu,ternyata begitu banyak patung  yang menyerupai manusia, dan uniknya candi ini bercorak Hindu  yang konon ceritanya Candi Sambisari pertama kali ditemukan saat seorang petani sedang mengola tanah ladang milik Karyowinangu. Saat mengola tanah tiba-tiba cangkul petani tersebut terbentur pada batu-batu berukir yang ternyata merupakan bekas rerntuhan candi.Â
Pada masa itu karena belum mengetahui  adanya peraturan yang tercantum dalam undang-undang kepurbakalaan, petani tersebut mengangkuti dan membawa pulang beberap jumlah batu candi tersebut ke rumahnya. Akan tetapi batu-batu tersebut pada akhirnya dikembalikan untuk diteliti karena berita penemuan terdengar oleh kantor Lembaga Purbakala dan Peninggalan Sejarah Nasional  di Prambanan.Â
Setelah ditinjau dan diteliti ke tempat penemuan tersebut didapat kepastian bahwa penemuan tersebut merupakan candi yang masih terbenam didalam tanah. Maka, diputuskan untuk segera melakukan penggalian atau eskavasi secepatnya . Pada saat itu, waktu yang diperlukan untuk merampung proses eskavasi hingga rekontruksi bangunan adalah 3 windu.
Sesuai dengan nama desa tempat ini ditemukan, candi ini pun diberi nama Candi Sambisari yan sejarah pendirinya belum diketahui karena belum ada bukti kongkret. Namun, jika dilihat dari arsitektur bangunannya, candi ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 812-838 M yang semasa dengan Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan Candi Sojiwan.Â
Sepintas Candi Sambisari tampak seperti sebuah kastil di tengah taman. Karena sekeliling candi ini dihiasi rerumputan hijau yang tertata rapi bagaikan taman di halaman kerajaan dengan candi di tengah sebagai pusatnya.Â
Pada sisi luar candi terdapat relung-relung yang diatasnya terdapat hiasan kepala kala. Relung-relung tersebut masing-masing ditempati Dewi Durga (Utara), Ganesha(Timur), Agastya (Selatan). Â Sedangkan pada kanan dan kiri pintu masuk dibilik candi terdapat dua relung untuk dewa-dewa penjaga yaitu Mahakala dan Nadhiswara. Â
Di dalam bilik utama candi induk terdapat lingga dan yoni yang cukup besar yang kebeberadaannya lingga dan yoni ini menegaskan bahwa candi ini dipakai sebagai pemujaan Dewa Syiwa. Keluar dari bangunan candi utama, di sisi barat kamu akan dapat melihat ketiga candi pendamping  yang diperkirakan ketiga candi pendamping ini sengaja dibangun tanpa atap karena pada saat penggalian tidak ditemukan batu-batu yang menjadi bagian atapnya.Â
Selain bangunan utama candi dan areal tamannya, di kawasan Candi Sambisari ini juga terdapat museum mini yang berisikan informasi mengenai sejarah penemuan hingga eskavasi candi tersebut. Didalam museum terdapat beberapa batuan, arca, juga foto-foto yang menggambarkan kondisi sebelum candi ditemukan yang sebelumnya berupa areal persawahan. Jadi tidak mengeherankan banya wisatawan yang  berkunjung je Candi Sambisari karena candi ini memiliki daya tarik yang unik.Â
Oleh karena itu, karena sudah puas mengelilingi  candi dan memotret beberapa foto akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke kost karena sudah mulai gelap. Aku berfoto pada bagian yang kuanggap unik saja dan lucucnya aku tidak memotret foto bersama dengan teman dan kakak sepupuku. Namun meskipun begitu mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut karena  mereka sering bermain cari angin sore di candi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H