Seorang perempuan berkulit kuning, bertubuh mungil dan berkaca mata minus menyeret kopor berwarna merah. Tas kulit berwarna krem dan satu tas lainnya berisi kamera tercangklong di bahunya. Dia memakai rok lilit batik motif hitam abstrak dengan dasar putih, yang panjangnya hingga menyentuh mata kaki, serta blus casual lengan panjang berwarna putih. Ia berjalan dengan sepatu kanvas putihnya seakan sedang dikejar hantu di pelataran Terminal 1, Bandara Soekarno-Hatta.
Jakarta yang macet, hampir membuatnya gagal terbang. Waktu boarding tidak lama lagi. Tak terbayangkan jika ia memakai sepatu high heels dalam kondisi terburu-buru dan dikejar waktu, barangkali ia akan terjatuh berulang kali.
Ribuan orang di bandara seperti anai-anai yang bergerak kian kemari. Ratusan orang yang berpapasan hanya sekedar perjumpaan wajah – tak sedikit pun terikat emosi. Jiwa mereka seakan tak berasa – semua sibuk dengan pikiran dan tujuannya sendiri. Rupanya, semakin tinggi teknologi, manusia makin sibuk bergerak kian ke mari. Orang-orang yang duduk diam di kursi-kursi ruang tunggu tak kalah sibuk dengan gadget yang mengambil alih hubungan, dan mengeyahkan kehadiran orang di sekitarnya. Betapa sibuknya dunia.
Ia memperlihatkan print out e-ticket kepada petugas.
“Ayunda Adriana?”
“Ya, saya..” jawabnya terburu-buru.
“Kartu identitasnya,” tukas petugas.
Calon penumpang itu merogoh dompet warna hitam, lalu mengeluarkan KTP-nya dan diberikan kepada petugas.
Perempuan pegawai sebuah maskapai penerbangan mencocokan nama pada kartu identitas dengan tiket. Petugas itu memakai contact lens berwarna biru. Tato alis hitam legam memalsukan dari garis alis yang sebenarnya – garis yang sebenarnya terlalu tegas untuknya. Kelopak matanya dilapisi eyeliner hitam dan bulu mata yang dipaksa lentik. Bibir disapu lipstik merah muda. Bibirnya agak tebal, namun dilukis garis bayangan dan dasar lipstik warna kulit supaya terlihat lebih tipis. Nampak ia sejenis perempuan yang suka memperkosa wajahnya sendiri dengan yang berbau imitasi, dan tidak cukup percaya diri dengan wajah aslinya. Dadanya membusung sexy seperti buah pepaya (apakah ia memakai silikon di payudara?). Berapa lama waktu yang dipakai untuk merias wajah seperti itu? Seperti apakah wajahnya jika tanpa topeng sama sekali? Barangkali pucat seperti mayat? Setelah selesai, petugas itu ia menghadiahi senyuman dan kalimat standar di mana semua calon penumpang mendapat kloningannya. Kemudian, pikiran calon penumpang itu pun berhenti menari-nari, sesaat petugas tersebut memberinya boarding pass.
“Langsung naik ke pesawat, Mbak..”
Calon penumpang itu berhenti menilai penampilan perempuan di hadapannya. Ia kembali berlari-lari dengan sangat terburu-buru.