Tak ada bawaan berarti yang dibawanya. Kebanyakan barang hanya memberatkan beban perjalanan. Kopor besar yang tak seimbang dengan ukuran tubuh harus berpisah dengannya untuk memasuki bagasi pesawat. Malam ini, ia akan terbang pertama kalinya ke Nusa Tenggara Timur.
Dan calon penumpang yang hampir saja merasa kehabisan nafas dalam langkah yang terburu-buru itu adalah aku.
(Bersambung....)
--------
Catatan :
Tulisan ini saya persiapkan sejak tahun 2011, sejak pertama kali menjejak di bumi Nusa Tenggara Timur. Semula, saya tidak tahu, bagaimana cara menyampaikan apa yang bergejolak di dalam pikiran dan perasaan saya tentang NTT. Saya ingin berbagi kepada banyak orang, tentang keindahan, perih dan juga harapan – sampai akhirnya menemukan jalan pembebasannya melalui novel, “Gerimis di El Tari”. Anggaplah novel ini sebagai cara saya merayakan perbedaan dan merayakan Indonesia.
Foto : Dokumen Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H