Mohon tunggu...
Erna Nawir bt M. Nawir
Erna Nawir bt M. Nawir Mohon Tunggu... Dosen - seorang praktisi dan pemerhati pembelajaran pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa kedua

Simply.... seorang instruktur/guru/dosen pembelajaran Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Aplikasi Tata Bahasa Pedagogis: Dari Kacamata Filsafat Bahasa bagi Pembelajaran Bahasa Asing dan Bahasa Kedua

17 Maret 2021   06:00 Diperbarui: 17 Maret 2021   06:14 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pendahuluan

Akan selalu ada keterkaitan yang saling mengikat dan menguntungkan antara tata bahasa pedagogis dan pemerolehan bahasa sebagai bahasa asing dan atau bahasa kedua. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan konsep dari tata bahasa pedagogis itu sendiri sebagai salah satu elemen yang terdapat dalam ranah linguistic yang merupakan tata bahasa dimana peruntukannya ditujukan semata-mata untuk pembelajar bahasa yang dapat dilihat dari sisi teoritisnya dan praktisnya (Jufrizal, 2014). 

Berbagai macam studi telah dilakukan berkaitan dengan aplikasi tata bahasa pedagogis ini, misalnya dalam proses pembelajaran yang dilihat dari sisi persepsi pengajar dan pembelajar bahasa mengenai tentang pembelajaran tata bahasa, cara pandang dari pengajar bahasa dalam memahami konsep tata bahasa dalam Bahasa Inggris, kesadaran pengajar dan pembelajar bahasa akan pentingnya tata bahasa dalam Bahasa Inggris, latar belakang pengetahuan yang dimiliki pengajar dan pembelajara bahasa tentang tata bahasa dalam bahasa asng dan atau bahasa kedua tersebut, dan masih banyak sisi lainnya yang masih dapat ditelusuri mengenai sisi praktis dari aplikasi tata bahasa pedagogis ini.

Satu studi dilakukan oleh Zaki & Usmani, (2015) melalui metode data pengumpulan data yang bersifat longitudinal yang bertujuan untuk mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan dalam perkembangan bahasa dari subjek-subjek  yang ditelitinya, motivasi yang rendah dan ketertarikan yang kurang dari pembelajar bahasa nya, adanya sikap yang negative dari para pengajar dan pembelajar bahasa dalam penelitiannya sehingga terefleksikan pada ketidakmampuan mereka dalam memahami tata bahasa dalam Bahasa Inggris yang pada akhirnya terlihat pada kegagalan mereka dalam pencapain tujuan dari pembelajaran tersebut. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor yang menyebabkan kondisi yang ditemukan dikarenakan adanya cara pandang pengajar dan pembelajar bahasa tersebut bahwa tata  bahasa dalam Bahasa Inggris dianggap tidaklah terlalu penting atau dapat juga dikatakan bahwa rendahnya kesadaran mereka akan kepentingan tata bahasa, lalu adanya juga ketidakjelasan akan ruang lingkup yang terdapat dalam pembelajarana tata bahasa tersebut, kemudian adanya juga kesenjangan antara pengetahuan mengenai tata bahasa yang dimiliki antara pengajar bahasa dan pembelajar bahasanya.

Kemudian studi lain juga dilakukan oleh Almazloum (2018) yang berusaha menemukan hal-hal yang membangun cara pandang pembelajar bahasa yang dijadikan sebagai subjek penelitiannya mengenai tata bahasa pedagogis pada salah satu progam studi di satu pendidikan tinggi di California. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pandang mereka dibangun atas dasar kepercayaan yang timbul dari mereka sendiri yang bersumber dari pemahaman mereka akan pentingnya tata bahasa tersebut dan kemampuan pengajar bahasa yang mampu mengajarkan tata bahasa tersebut kepada pembelajar bahasanya dalam proses pembelajaran yang mereka lakukan. 

Kemudian dalam penelitian Yousuf dkk (2019) yang menemukan bahwa salah satu factor dominan yang mempengaruhi keyakinan pengajar bahasa dalam mengajarkan tata bahasa kepada pembelajar bahasanya adalah dikarenakan adanya pengaruh yang cukup signifikan yang berasal dari pengalaman yang diperoleh oleh pengajar bahasa tersebut pada saat mereka mendapatkan pengajaran tata bahasa pada saat mereka masih dalam proses belajar sebagai pembelajar bahasa. 

Kemudian pengajaran  mengenai tata bahasa ini di fokuskan denga kaitannya dengan salah satu keahlian berbahasa yang harus dimiliki oleh pemnelajar bahasa yaitu misalnya dalam keahlian menulis seperti penelitian yang dilakukan oleh Effendi, dkk (2017) dan Omar (2019) dimana ditemukannya ternyata rendahnya keahlian menulis mereka yang rendah yang terlihat dari kemampuan menulis mereka disebabkan karena satu factor dominan yaitu penguasaan tata bahasa mereka yang rendah yang diakibatkan dari ketidakefektikan pembelajaran yang mereka dapatkan dari guru atau pengajar mereka yang dilihat dari strategi mengajar yang kurang sesuai dengan mereka dan ketidakcukupan ketersediaan waktu yang disediakan untuk mereka dalam belajar Bahasa Inggris.

Dari berbagai studi yang telah dilakukan, penelitian-penelitian diatas menunjukkan  bahwa kurangnya adanya sentuhan pada sisi hakikat dari pembelajaran tata bahasa pedagogis itu sendiri sehingga masalah masih banyak ditemukan pada dimensi praktisnya terutama dari aspek pencapaian pembelajaran yang berakibat baik dari sisi pengajar bahasa maupun dari si pembelajar bahasa. 

Untuk mempelajari hakikat dari bahasa itu sendiri, (substansi dan sruktur bahasa) sebagai objek material, filsafat bahasa mencoba untuk menjelaskan hakikat dari bahasa itu sendiri (Nugroho, 2018). Dalam pembelajaran tata bahasa pedagogis, pemahaman akan hakikat pengajaran pembelajaran tata bahasa tersebut akan aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologisnya baik bari pengajar bahasa maupun pembelajar akan memberikan refleksi pembelajaran yang akan lebih teroragnisir dan terarah dengan tujuan pembelajaran yang akan lebih kompehensif. Karena tidak dipungkiri bahwa, tata bahasa pedagogis sebagai salah satu elemen dari linguistic memiliki relevansi yang kuat dengan filsafat dalam perkembangannya sebagai satu ranah kajian ilmu (Nugroho, 2018).

Tinjauan Teori Terkait

Filsafat Bahasa

Terdapat tiga pokok kajian yang dibahas dalam kajian ilmu filsafat yang juga dijadikan sebagai tiga prinsip dasar berpikir, yaitu ontologis, epistomologis dan aksiologis (Suriasumantri, 2005; Amin, 2019). Ontologis adalah telaahan mengenai apa dan sampai dimana yang hendak dicapai suatu ilmu yang dimana didalamnya meliputi suatu fenomena yang bisa diukur, yang datanya bisa diolah, dapat dinterpretasi, dapat diverifikasi, dan dapat ditarik kesimpulan. 

Lalu kajian espistomologi yang meliputi aspek normative yang membahas tentang kesahihan cara memperoleh pengetahuan secara ilmiah, disamping aspek procedural, metode dan tehnik dalam memperoleh data empiris. Lalu aksiologis yaitu tentang bagaimana implementasi atau pengamalan dari pengetahuan yang diperoleh dari proses yang dilihat dari perspektif ontologis dan epistomologis.

Filsafat bahasa dalam pengertiannya membahas bahasa sebagai objek material bahasa atau dengan kata lain membahas tentang tata bahasa itu sendiri (Davis, 1976). Pembahasan yang dikaji dalam ruang lingkup filsafat bahasa adalah masalah-maasalah yang berhubungan dengan hal-hal seperti dibawah berikut ini (Oktarizka dkk, 2015):

Tugas utama dari filsafat bahasa adalah adanya kegiatan analisa kosep-konsep yang berkaitan dengan bahasa dengan kecenderungan pada konsep-konsep semantic. Filsafat bahasa tidak hanya membahas mengenai filsafat analitik akan tetapi juga mengeksplorasi penggunaan dan fungsi bahasa dalam hubungannya dengan penggunaan bagi tindakan manusia. Filsafat bahasa berhubungan dengan teori-teori dan berbagai dimensi makna, sehingga berkaitan sangat erat dengan linguistik yaitu bidang semantic.

Maka, berdasarkan ruang lingkup yang ada dalam kajian filsafat bahasa, yang difokuskan adalah penekanan pada pembelajaran tentang makna. Dimana konsep semantic atau makna ini dalam pembelajaran bahasa.adalah satu bagian penting dalam pemahaman makna bahasa. Setelah Chomsky memasukkan kajian semantic dalam kajian tata bahasa, kepentingan kajian komponen semantic sebagai bagian kajian linguistic telah memiliki kedudukan yang sejajar denan bidang-bidang lain. Kajian semantic bahkan dapat dikatakan sangat sentral karena ilmu ini mengkaji tentang makna yang diekspresikan melalui kata-kata, frasa dan kalimat (Can, 1993 dalam Pulungan, 2005)

Tata Bahasa Pedagogis

Menurut Leech (dalam Odlin, 1994) bahwa tata bahasa pedagogis adalah tata bahasa yang dibuat untuk kepentingan pembelajar, sehingga rumusan pada kaidah-kaidah yang dibuat dan pelaksanaannya dapat merefleksikan kemampuan peserta didik. Lalu menurut Bygate et al (1995:33) tata bahasa pedagogis adalah tentang mengajarkan suatu bahasa bukan tentang bahasa itu sendiri. 

Kemudian, Driven (yang dikuti oleh Chalker dalam Bygate, 1994) juga menjelaskan bahwa tata bahasa pedagogis adalah satu istilah yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan dan menyajikan kompleksitas yang terdapat pada kaidah-kaidah penggunaan bahasa asing dimana fokusnya di orientasikan pada pembelajar atau pengajar dengan tujuan akhir yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan melalui proses pembimbingan pada proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa tersebut.

Dari ketiga definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tata bahasa pedagogis adalah kajian linguistic dengan segala kerumitan aturan bahasanya yang memiliki tujuan untuk mempelajari satu bahasa untuk keperluan pedagogis seperti pengajaran bahasa, merancang dan membangun silabus atau bahkan persiapan materi atau bahan pengajaran. Jadi, tata bahasa pedagogis merupakan salah satu elemen pelengkap dari suatu pengajaran bahasa yang tujuan akhirnya adalah pemerolehan bahasa itu sendiri secara maksimal.

Menurut Greenbaum (1987) dalam Bygate (1994:33) terdapat empat jenis tata bahasa, yaitu:

  • Tata bahasa referensial
  • Tata bahasa pedagogis
  • Tata bahasa belajar mandiri
  • Tata bahasa teoritis

Dari keempat buku tata bahasa yang disebutkan oleh Greenbaum, satu hal yang membedakan tata bahasa pedagogis dengan tata bahasa yang lain adalah buku tata bahasa yang tidak mengajarkan tentang tata bahasa dalam suatu bahasa saja, akan tetapi juga untuk mengaplikasikan bahasa tersebut ke dalam sebuah satu model yang memperlihatkan bagaimana cara menggambarkan satu bahasa yang tertuang didalam satu buku  course book yang khusus yang dijadikan sebagai salah satu materi pembelajaran dalam proses pembelajaran pemerolehan bahasa untuk para pembelajar bahasa.

Untuk lebih jelasnya, misalnya, dapat kita lihat dari pemahaman tata bahasa pedagogis yang dapat ditinjau dari lima aspek yang ditawarkan oleh Natividad. Kelima aspek tersebut adalah:

1. Tujuan penyusunan

Yaitu untuk menciptakan alat bantu belajar berbahasa agar proses penguasaan bahasa target menjadi lebih mudah.

2. Isi dan Format Pengembangannya

Konten yang dibuat serta pengembangannya diatur sedemikian rupa atau diorganisasikan menurut prinsip--prinsip tata bahasa.

3. Dasar Pemberian

Dalam proses belajar yang dijalankan, diolah dan disajikan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

4. Gaya penyajian

Penyajian materi tata bahasa pendidikan berhubungan dengan pertanyaan atau tujuan pembelajaran

5. Ruang Lingkup Variabel

Variable pemakainya sangat kompleks dan bervariasi baik dalam kualitas maupun kuantitasnya sehingga ruang lingkup pemakaian tata bahasa pendidikan menunjukkan pada segmen yang sangat beragam juga.

Jadi, dapat dilihat tata bahasa pedagogis memiliki karateristik tersendiri dengan hubungannya dengan pengajaran tata bahasa karena terdapat orientasi yang difokuskan pada penguasaan satu bahasa yang dilakukan melalui proses pendekatan yang bersifat pedagogis berikut dengan segala kompleksitas unsur dan prosesnya yang dimana peruntukkannya hanya untuk si pembelajar.

Secara umum, tujuan pengajaran bahasa adalah agar pembelajar bahasa bisa menggunakan bahasa tersebut, baik dalam keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Jadi segala kegiatan belajar dikelas diarahkan oleh pengajar bahasa dalam bentuk kegiatan berbahasa yang dituangkan di dalam suatu rancangan komunikatif. 

Dalam penggunaan bahasa, unsur bahasa akan selalu menjadi tautan yang akan selalu mengiringi tiap tuturan pembelajar bahasa tersebut mulai dari unsur bahasa yang terkecil yaitu bunyi hingga dalam bentuk suatu wacana. Jadi, dalam kegiatan berbahasa terkandung kegiatan komunikasi yang membutuhkan pengetahuan dan pemahaman kebahasaan agar komunikasi berjalan lancar. Agar pembelajaran bahasa dapt berjalan dengan lancar, setiap pengajar bahasa dengan pengetahuan tata bahasa yang dimilikinya baik secara teoritis dan deskriptif, perlu melakukan analisis terhadap setiap unsur kebahasaan yang digunakan pada tiap kompetensi yang diinginkan dicapai pada si pembelajar bahasa. Unsur kebahasaan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa inilah termasuk jenis tata bahasa pedagogis.  Disinilah letak peran mengapa tata bahasa pedagogis diperlukan dalam suatu pembelajaran bahasa.

 Filsafat Bahasa dalam Tata Bahasa Pedagogis

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya diatas bahwa tata bahasa pedagogis adalah tata bahasa yang dikembangkan untuk kepentingan pembelajar bahasa yang berhubungan dengan metode pembelajaran apabila dihubungkan dengan teori-teori pemerolehan bahasa asing baik sebagai bahasa asing dan atau bahasa kedua (Newby, 2015). 

Secara filosofis, berdasarkan dari pembahasan hakikat bahasa bahwa pembelajaran bahasa lebih ditekankan pada unsur semantic, jadi denga kata lain dapat dikatakan bahwa dalam mengajarkan tata bahasa pada pemebelajar bahasa, penekanan pada makna yang terletak pada kata, frasa maupun dalam satu kalimat lebih difokuskan dan disinilah letak keterhubungan antara filsafat dengan tata bahasa pedagogis. Terdapat tiga teori atau model pembelajaran yang berbeda mengenai Konsep semantik khususnya dalam pembelajaran bahasa (Zainuddin, 2007). Ketiga konsep semantic dalam pembelajaran tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1) Model Komponen Makna (Linguistic Feature), 2)Model Semantik Primitif (Semantic Primitive), 3) Model Hubungan Semantik (Relational Models.

Kebutuhan Tata Bahasa Pedagogis bagi Pembelajaran Bahasa ke 2 dan atau Bahasa Asing

Secara umum, tujuan pengajaran bahasa adalah agar pembelajar bahasa bisa menggunakan bahasa tersebut, baik dalam keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Jadi segala kegiatan belajar dikelas diarahkan oleh pengajar bahasa dalam bentuk kegiatan berbahasa yang dituangkan di dalam suatu ancangan komunikatif.. Dalam penggunaan bahasa, unsur bahasa akan selalu menjadi tautan yang akan selalu mengiringi tiap tuturan pembelajar bahasa tersebut mulai dari unsur bahasa yang terkecil yaitu bunyi hingga dalam bentuk suatu wacana.

Jadi, dalam kegiatan berbahasa terkandung kegiatan komunikasi yang membutuhkan pengetahuan dan pemahaman kebahasaan agar komunikasi berjalan lancar. Agar pembelajaran bahasa dapat berjalan dengan lancar, setiap pengajar bahasa dengan pengetahuan tata bahasa yang dimilikinya baik secara teoritis dan deskriptif, perlu melakukan analisis terhadap setiap unsur kebahasaan yang digunakan pada tiap kompetensi yang diinginkan dicapai pada si pembelajar bahasa. Unsur kebahasaan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa inilah termasuk jenis tata bahasa pedagogis.  Disinilah letak peran mengapa tata bahasa pedagogis diperlukan dalam suatu pembelajaran bahasa termasuk pembelajaran bahasa asing atau dan kedua.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Brown (2001) yang menekankan bahwa jika telah berhubungan dengan bahasa itu sendiri dan si pembelajar bagaimana dalam usaha mereka mempelajari system linguistic yang begitu rumit, maka sebuah program yang terencana dengan baik dan bahan-bahan pengajaran yang berfokus pada tata bahasa akan sangat dibutuhkan dalam pembelajaran bahasa asing. 

Seperti yang juga ditekankan oleh Jufrizal (2014) bahwa pengajaran bahasa asing tidak bisa lepas dari pembelajaran tata bahasa dari bahasa itu sendiri. Oleh karena itu dalam hubungannya kegiatan berbahasa, kompetensi berkomunikasi yang merupakan salah satu kontribusi yang diberikan dari pengajaran tata bahasa pedagogis ini kepada pembelajar bahasa merupakan salah kompetensi yang mutlak dimiliki. Jadi dengan kata lain, pembelajaran tata bahasa pedagogis dibutuhkan agar kesadaran akan kompetensi berkomunikasi dan kompetensi linguuistik sebagai salah dua dari empat kompetensi yang harus dicapai dalam pendekatan pengajaran berbasis komunikasi agar dapat menjadi lebih dikembangkan.

Tantangan dalam Penyusunan dan Pengembangan Tata Bahasa Pedagogis di Indonesia

Tantangan terbesar dalam menyusun dan mengembangkan tata bahasa pedagogis adalah adanya keberagaman masalah yang bersumber dari unsur tata bahasa itu sendiri yang dimiliki oleh pembelajar bahasa dalam setiap aspek keahlian yang harus mereka kuasai dalam hal ini yaitu keahlian berbicara, keahlian menulis, keahlian menyimak, dan keahlian membaca. 

Berbagai unsur dari tata bahasa yang terdapat dalam Bahasa Inggris menuntut seorang pengajar bahasa untuk dapat mengenali kesulitan-kesulitan yang ditemukan dari pembelajar bahasanya dalam proses pembelajaran yang dijalankannya.  Dengan kemampuan untuk mengidentifikasi tersebut, seorang pengajar bahasa akan mampu menemukan suatu metode pengajaran yang tepat sesuai dengan pendekatan pengajaran yang komunikatif sehingga penyusunan bahan ajar tata bahasa yang akan diberikan kepada pembelajar bahasa akan lebih signifikan dan terfokus sehingga pengembangan akan pembelajaran tata bahasa pedagogis inipun akan lebih bermakna dan akan selalu bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan pembelajar. 

Satu hal yang perlu ditekankan disini sesuai tujuan dari penulisan artikel ini adalah sesuai dengan akar pemahaman suatu bahasa, sesuai dalam konteks pengajaran bahasa, maka aspek semantic dalam tiap proses baik mulai dari penyusunan hingga pengembangan tata bahasa pedagogis dapat lebih ditonjolkan agar pemahaman yang diharapkan akan dapat lebih ditimbulkan oleh pembelajar dan pada akhirnya tujuan pengajaran bahasa asing khususnya dalam hal ini Bahasa Inggris lebih dapat mudah tercapai sesuai yang diharapkan, dan dimana tentunya hal ini masih perlu dipertegas melalui studi-studi lain yang bisa dilakukan oleh pelaku bahasa, terutama pengajar bahasa.

Simpulan/Saran

Pembelajaran dalam tata bahasa pedagogis merupakan salah satu pendekatan pengejaran yang modern dalam pengajaran bahasa, baik Bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan atau bahasa kedua.  Pembelajaran tata bahasa yang diperuntukkan untuk kepentingan pembelajar bahasa ini menjadi satu pendekatan yang dapat membantu baik dari sisi pengajar bahasa dan pembelajar bahasa dalam mencapai kompetensi berbahasa sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 

Begitu masih banyaknya masalah yang ditemukan dalam praktisnya dikarenakan bisa dijadikan karena kurangnya kesadaran akan kedua pihak (pengajar dan pembelajar) bahasa akan pentingnya pembelajaran tata bahasa ini, bahkan dapat juga karena kurangnya pondasi pemahaman akan hakikat pembelajaran itu sendiri. 

Berakar dari konsep filsafat pengajaran bahasa itu sendiri, disarankan  agar dalam proses pembelajaran bahasa, semua unsur yang dilibatkan dalam proses tersebut, salah satu konsep yang juga sebagai salah satu cabang dari ilmu bahasa itu sendiri, yaitu semantic agar dapat juga lebih ditonjolkan  seiring dengan pembelajaran tata bahasa. Hal ini memerlukan satu cara berpikir lebih kreatif dan kritis dari pengajar  bahasa untuk mampu mengkombinasikan kedua unsur ini (semantic dan tata bahasa) ke dalam proses pembelajarannya. Hal ini juga menjadi salah satu altenatif yang bisa dilakukan dan dijadikan satu kemungkinan penelitian lain yang bisa dilakukan untuk menjelaskan keterkaitan kedua aspek ini secara lebih akurat dan ilmiah.  

 Referensi

Almazloum, M. (2018). Pedagogical Grammar: Learners' Beliefs do Matter. International Journal of Language and Linguistics, 5 (3), 41-53, DOI: 10.30845/ijill.v5n3p4.

Amin, M. B. (2019). Landasan Epistomologi Ilmu. Diakses tanggal 14 Desember 2020 melalui

Brown, H. D. (2001). Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy (2nd ed.). New york: Addison Wesley Longman Inc.

Bygate et al. (1994). Grammar and the Language Teacher. New York: Prentice Hall.

Davis, S. (1976). Philosophy of the Language. USA: Bob Merril Company Inc.

Effendi et al.  (2017). A Study on Grammar Teaching at An English Education Department in an EFL Context. International Journal on Studies in English Language and Literature, 5 (1), 42-46. DOI: 10.20431/2347-3134.

Hatch&Brown. (1995). Vocabulary Semantics and Language Education. USA: Cambridge University Press

Jufrizal. (2014). Tense and Aspect of English in Pedagogical Grammar: How Essential are they for EFL Learners in Indonesia. Proceedings of ISELT FBS UNP, 2:1-10.

Pulungan. A. H. (2005). Dimensi kajian Semantik dan Pragmatik.No. 58 Th. XXXII 2005. ISSN 0852: 0852-8515. Periode July-September.

Newby, D. (2015). The Role of Theory in Pedagogical Grammar: A Cognitive + Communicative Approach. Eurasian Journal of Applied Linguistics (EJAL), 1 (2):13-34.

Nugroho. R. A. (2018). Peranan Filsafat Bahasa dalam Perkembangan Linguistik. JALABAHASA, 14 (2):10-20.

Odlin, T. (1994). Perspective on Pedagogical  Grammar. Cambridge: Cambridge University Press.

Oktarizka dkk. (2015). Mengkaji Hakikat dan Filosofi Bahasa. Diakses dari http://repository.unja.ac.id/6453/1/ pada tanggal 20 Desember 2020.

Omar, Y. Z. (2019). Teaching Pedagogical Grammar in Context to Enrich English Language Learners Academic Writing. International Journal of Linguistics, Literature & Translation (IJLLT), 2 (3), 213-225.

Suriasumantri, J. (2005). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Yusof et al. (2019). A Teacher's Pedagogical Belief in Teaching Grammar: A Case Study. International Journal of Academic Research in Business & Social Sciences, 9 (13), 158-165.

Zainuddin. (2007). Konsep Semantic dalam Pengajaran Bahasa. Diakses dari http://jurnal.unimed.ac.id , e-ISSN 2442-7954, pada tanggal 20 desember 2020.

Zaki&Usmani. (2015). Studying the Need and Impact of Pedagogical Grammar Input during An In-Service ELT Teacher Education Programme. Journal of Social Sciences & Interdisplinary Research, 4 (2), 1-8.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun