Terdapat tiga pokok kajian yang dibahas dalam kajian ilmu filsafat yang juga dijadikan sebagai tiga prinsip dasar berpikir, yaitu ontologis, epistomologis dan aksiologis (Suriasumantri, 2005; Amin, 2019). Ontologis adalah telaahan mengenai apa dan sampai dimana yang hendak dicapai suatu ilmu yang dimana didalamnya meliputi suatu fenomena yang bisa diukur, yang datanya bisa diolah, dapat dinterpretasi, dapat diverifikasi, dan dapat ditarik kesimpulan.Â
Lalu kajian espistomologi yang meliputi aspek normative yang membahas tentang kesahihan cara memperoleh pengetahuan secara ilmiah, disamping aspek procedural, metode dan tehnik dalam memperoleh data empiris. Lalu aksiologis yaitu tentang bagaimana implementasi atau pengamalan dari pengetahuan yang diperoleh dari proses yang dilihat dari perspektif ontologis dan epistomologis.
Filsafat bahasa dalam pengertiannya membahas bahasa sebagai objek material bahasa atau dengan kata lain membahas tentang tata bahasa itu sendiri (Davis, 1976). Pembahasan yang dikaji dalam ruang lingkup filsafat bahasa adalah masalah-maasalah yang berhubungan dengan hal-hal seperti dibawah berikut ini (Oktarizka dkk, 2015):
Tugas utama dari filsafat bahasa adalah adanya kegiatan analisa kosep-konsep yang berkaitan dengan bahasa dengan kecenderungan pada konsep-konsep semantic. Filsafat bahasa tidak hanya membahas mengenai filsafat analitik akan tetapi juga mengeksplorasi penggunaan dan fungsi bahasa dalam hubungannya dengan penggunaan bagi tindakan manusia. Filsafat bahasa berhubungan dengan teori-teori dan berbagai dimensi makna, sehingga berkaitan sangat erat dengan linguistik yaitu bidang semantic.
Maka, berdasarkan ruang lingkup yang ada dalam kajian filsafat bahasa, yang difokuskan adalah penekanan pada pembelajaran tentang makna. Dimana konsep semantic atau makna ini dalam pembelajaran bahasa.adalah satu bagian penting dalam pemahaman makna bahasa. Setelah Chomsky memasukkan kajian semantic dalam kajian tata bahasa, kepentingan kajian komponen semantic sebagai bagian kajian linguistic telah memiliki kedudukan yang sejajar denan bidang-bidang lain. Kajian semantic bahkan dapat dikatakan sangat sentral karena ilmu ini mengkaji tentang makna yang diekspresikan melalui kata-kata, frasa dan kalimat (Can, 1993 dalam Pulungan, 2005)
Tata Bahasa Pedagogis
Menurut Leech (dalam Odlin, 1994) bahwa tata bahasa pedagogis adalah tata bahasa yang dibuat untuk kepentingan pembelajar, sehingga rumusan pada kaidah-kaidah yang dibuat dan pelaksanaannya dapat merefleksikan kemampuan peserta didik. Lalu menurut Bygate et al (1995:33) tata bahasa pedagogis adalah tentang mengajarkan suatu bahasa bukan tentang bahasa itu sendiri.Â
Kemudian, Driven (yang dikuti oleh Chalker dalam Bygate, 1994) juga menjelaskan bahwa tata bahasa pedagogis adalah satu istilah yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan dan menyajikan kompleksitas yang terdapat pada kaidah-kaidah penggunaan bahasa asing dimana fokusnya di orientasikan pada pembelajar atau pengajar dengan tujuan akhir yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan melalui proses pembimbingan pada proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa tersebut.
Dari ketiga definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tata bahasa pedagogis adalah kajian linguistic dengan segala kerumitan aturan bahasanya yang memiliki tujuan untuk mempelajari satu bahasa untuk keperluan pedagogis seperti pengajaran bahasa, merancang dan membangun silabus atau bahkan persiapan materi atau bahan pengajaran. Jadi, tata bahasa pedagogis merupakan salah satu elemen pelengkap dari suatu pengajaran bahasa yang tujuan akhirnya adalah pemerolehan bahasa itu sendiri secara maksimal.
Menurut Greenbaum (1987) dalam Bygate (1994:33) terdapat empat jenis tata bahasa, yaitu:
- Tata bahasa referensial
- Tata bahasa pedagogis
- Tata bahasa belajar mandiri
- Tata bahasa teoritis