Meski kegelisahan di atas, berwajah terik yang membuat gerah sebab saya yakin bukan hanya saya yang merasakan kegelisahan ini. Namun mungkin sebagian yang lain memilih membebaskan diri dari kepedulian, dari pentingnya menyuarakan kepentingan, dari pentingnya melakukan kontrol terhadap pembangunan.
Kegelisahan di atas mungkin pada akhirnya akan terbuang jauh ke lautan ketidakpedulian bersama kegelisahan-kegelisahan masyarakat Bone lainnya. Tetapi apa salahnya tatkala penghujung tahun menjadi waktu yang tepat untuk memulai berbenah. Maka seperti yang saya janjikan tadi, hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah secercah asa untuk kabupaten Bone.
Secercah Asa
Berada di penghujung tahun 2015, sepatutnya menjadi momen untuk melihat secara keseluruhan kondisi daerah, kondisi desa, kondisi mereka yang terpinggirkan pada tahun ini dari yang kemarin, apa yang telah mereka rasakan? Kesejahteraan atau kesengsaraan. Peningkatan ekonomi atau kematian ekonomi? Sudah berapa rumah tidak layak huni disulap menjadi rumah layak huni?
Bagaimanapun terbuai dengan kondisi kota kekinian memang memantik perhatian yang tidah habis-habisnya. Bahwa masih ada secercah asa yang tidak pernah padam oleh kegelimangan. Saya yakin semangat 2016 bisa jadi pintu masuk pembangunan untuk mereka yang belum tersentuh pembangunan, untuk tempat wisata yang akan ramai pengunjung, untuk PKL yang jantung perekonomiannya kembali berdetak, yang taman kota bisa disulap menjadi taman baca sehingga bisa memantik minat baca masyarakat.
Di mana taman-taman ini akan menjadi pesaing handal bagi tempat hiburan. Mengubah masyarakat menjadi konsumer bahan bacaan. Tidak dengan terbuai hiburan yang memang hanyalah hiburan, menyenangkan hati hanya sesaat. Dengan menyulap masyarakat menjadi konsumer bahan bacaan, maka ada berapa anak Bone yang bisa menjadi penulis, menjadi pengamat, melupakan sejenak gadgetnya karena hari-harinya diisi dengan membaca buku.
Secercah asa yang penting di penghujung tahun 2015 ini, adalah budaya membaca harus hidup di setiap sudut kota. Dengan apa? Hadirkan taman-taman baca. Selimuti sudut kota dengan buku-buku, dengan kegiatan membaca. Secara pribadi, di tengah gelimang kota yang kini berada di atas menara gading, itulah bentuk pembangunan yang amat sangat agung.
 Tulisan ini telah terbit di Harian Tribun Bone (Refleksi Penghujung Tahun 2015)