Mohon tunggu...
ermi nurcholimah
ermi nurcholimah Mohon Tunggu... -

keep smile ✌

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkembangan Gender

15 April 2016   04:32 Diperbarui: 15 April 2016   04:49 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gender merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa awal anak-anak. Istilah gender dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap yang diasosiasikan dengan laki-laki atau perempuan. Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gendetr (Shepherd-Look, 1982). 

Pertama, anak mengembangkan kepercayaan identitas gender, yaitu rasa laki-laki atau perempuan. Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.

Ketiga aspek gender tersebut berperan terhadap pengetahuan umum anak tentang peran gender yang diharapkan masyarakat. Pengetahuan ini sering disebut sebagai peran jenis kelamin atau stereotip gender. Kesadaran tentang stereotip ini telah dimiliki oleh anak-anak prasekolah. Ia sering membicarakan dan bahkan bertindak menurut cara-cara yang mencerminkan stereotip peran gender tersebut. Stereotip peran gender merujuk pada karakteristik psikologi atau perilaku yang secara tipikal diasosiasikan dengan laki-laki atau perempuan (Matsumoto, 2000). Anak-anak memperlajari stereotip peran gender ini melalui berbagai cara dan pola-pola yang dapat diramalkan. 

Tren Perkembangan Gender Selama Masa Awal Anak-Anak

Pada umumnya anak usia 2 tahun sudah dapat menerapkan label laki-laki atau perempuan secara tepat atas dirinya sendiri dan orang lain. Meskipun demikian, pada usia ini anak belum memahami ketetapan gender (gender constancy). Konsepnya tentang gender lebih didasarkan pada ciri-ciri fisik, seperti pakaian, model rambut, atau jenis permainan. Pada umumnya anak-anak baru mencapai ketetapan gender pada usia 7 hingga 9 tahun. (Seifert & Hoffnung, 1994).

Ketika konsep mereka tentang ketetapan gender terbentuk dengan jelas, anak-anak kemudian akan termotifasi untuk menjadi seorang laki-laki atau perempuan yang sejati. Karena itu, ia akan meniru model-model perilaku dari jenis kelamin yang sama (Santrock, 1995). Berikut ini akan dijelaskan dua tren penting dari perkembangan gender pada  masa awal kank-kanak, yaitu:

Permainan dan Aktivitas

Perkembangan gender pada masa awal anak-anak dapat dilihan dari permainan dan aktivitas yang dilakukannya. Anak-anak usia 2-3 tahun, terlah mempelajari stereotipgender konvesional yang dihubungkan dengan berbagai aktivitas dan objek-objek umum (Ruble & Ruble, 1980). Mereka menghubungkan gender dengan mainan, seperti permainan mobil-mobilan adalah untuk anak laki-laki dan boneka untuk anak perempuan. 

Pada saat yang sama, mereka belajar mengasosiasikan jenis pakaian (rok untuk perempuan dan celana panjang untuk laki-laki), peralatan-peralatan umum (gergaji untuk laki-laki dan pengocok telur untuk perempuan), dan permainan-permainan umum (permainan kelereng utuk laki-laki dan permainan memasak/boneka untun perempuan).

Pada awal usia sekolah, mereka mulai menghubungkan keluarga dan pekerjaan tertentu dengan gender, sekalipun keluarga mereka tidak memperlihatkan pembagian tersebut. Mereka percaya bahwa perempuan tinggal di rumah untuk mengasuh anak dan mengurus rumah tangga,sedangkan laki-laki pergi keluar unruk bekerja. Karena itu, tidak heran anak sering mengasosiasikan perawat adalah perempuan dan pilot adalah laki-laki.

Di dalam berbagai situasi, anak-anak yang muda belia memperkuat stereotit gender dengan memilih mainan dan aktivitas yang dihubungkan dengan jenis kelamin mereka (Maccoby & Jacklin, 1974). Dalam kenyataannya, banyak anak yang benar-benar tidak mau bermain dengan permainan yang secara tegas mereka asosiasikan dengan gender lain. 

Terutama anak laki-laki, menunjukkan sesuatu kecenderungan untuk tidak mengakui sesuatu apapun yang berhubungan dengan perempuan dalam hidupnya, seperti menolak permainan boneka sebab itu adalah perempuan anak perempuan. Tetapi, anak perempuan kelihatan sedikit ekstrem dalam menghindari permainan anak laki-laki dan lebih mungkin untuk bermain-main dengan truk dan balok ketimbang anak laki-laki yang bermain-main dengan dandanan pakian.

Semoga bermanfaat..... : )

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun