Mungkin karena dia lapar setelah berenang. Begitu toh!
Kemudian, menunggu telpon si bungsu sampai saya menulis catatan ini belum kunjung muncul. Kasian bunda nih! Bunda sudah wanti-wanti. Biasanya kalau begini musyrifahnya sibuk ataukah si bungsu tidak sampai target hafalannya sehingga hukumannya nggak bisa nelpon ke orang tua. Kami bisa paham tentang kondisi itu, suka atau tidak harus  menerima konsekuensi tersebut demi pendisiplinan anak-anak.
Tak terduga sebelumnya. Kemarin dia sempat mengirim fotonya bersama teman-temannya memakai HP ustadznya. Dia sudah tahu kalau dirinya nggak bisa nelpon, maka dia mengirim foto beserta list pesanannya lewat HP ustadznya.
Meski hanya gambar yang dikirim, cukuplah menjadi pengobat rindu. Bunda cukup mengucapkan syukurlah. Barakallah fiikum shaleh-shalehaku.Â
Rajin belajar dan selalu semangat menambah hafalan Al-Quran, kelak menjadi orang yang sukses dunia-akhirat! Mengucapkan kalimat terakhir itu, jari-jemari saya tertahan sejenak di atas tuts-tuts HP lantaran dada ini begitu adem dan layaknya semburat cahaya datang darinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H