Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jebakan Semangat Blokir

22 Juni 2024   17:48 Diperbarui: 6 Juli 2024   13:57 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Meskipun agak kacau di luar, seseorang tetap berselancar ria di salah satu platform media sosial sejak lebih sepuluh tahun yang lalu. Ada hal yang berselang-seling, ketika seseorang begitu senang bergabung di medsos, akhirnya tersenggol oleh keadaan terkekang.

Dalam bahasa gaul, komuk, "kondisi muka" lagi gokil, "lucu banget" tiba-tiba lo ame gue lagi galau karena medsos kesayangan terancam diblokir.

Belum sebulan lamanya, jagat maya ribut soal Kementerian Komunikasi dan Informatika bakal blokir medsos X. Tanpa jeda panjang, para nitizen pun ramai-ramai protes dan sindir Kemkominfo.

Bayangkan, sampai pekan ketiga Juni, sudah lebih 100 ribu postingan dengan tagar #tolakblokirx. Rupanya, protes itu berlanjut ke petisi. Sebanyak lebih 23 ribu orang berbondong-bondong menandatangani petisi.

Pantas muncul firasat aneh. Saya mendadak kepo. 

Ketika saya memandangi berita seputar Kemkominfo berencana untuk blokir medsos X, saya pun masygul lantaran di medsos itulah saya banyak mencomot berita, tulisan, dan hal-hal yang update menarik lainnya.

Cuma gertak-gertak sambel, sok-sokan, dan receh-recehan masalah bikin pejabat negara gercep. Giliran masalah yang nyata dan krusial malah jadi ribet. Nitizen heboh lagi. 

Padahal, jika ingin mengaca, sebenarnya situs-situs dan konten-konten panas kaum seleb alias artis itu bukan barang baru. Sudah jadi modus klasik yang heboh di era kekinian.

Medsos tenar makin ngebut melambung jauh. Ia sudah bukan medsos dadakan, laris jadi sumber berita, yang gampang banget diakses. Jari-jemari yang lincah dan mata nyaris tak berkedip di depan layar medsos. Posting-postingan, kutipan-kutipan, dan komentar-komentaran. 

Lalu, tiba-tiba langit berubah warna. Dari cuitan di X tergerus.

Minat protes melonjak tajam menjadi laris manis, karena medsos X diancam akan diblokir Kemkominfo di tengah derasnya perang narasi yang memang tidak kenal ampun. Jika X jadi diblokir, mungkin bisnis netizen pun mendadak kempes. 

Tetapi, gila X terlanjur repot ditalak. Ruang informasi lainnya berujung tertolak. 

Saking cinta matinya pada medsos X, ada orang biar digebukin tidak beranjak dari tempatnya. Pokoknya, X jangan diblokir.

Ancaman ditangkis, pakar pun berpendapat. Saya setuju. Coba renungkan! X akan diblokir. Kenapa FB, IG, Telegram hingga WA sekalian diblokir.

Anda mau ngapain hanya karena konten pornografi menggoda di medsos? Menurut pakar, mohon Kemkominfo hindari pukul rata konten medsos. Tidak semua medsos X punya konten pornografi. Iya kan?

Saya saja baru tahu, jika di X itu ada konten pornografi. Saya sangka di medsos tertentu punya konten panas. Percaya atau tidak? Terserah Anda. Sesungguhnya, saya tidak kaget soal konten pornografi di medsos. 

Namun demikian, saya bergabung dengan medsos X sudah satu tahun. Ajaibnya, tidak pernah terlintas sedikit pun di benak saya soal konten pornografi di X. Karena terlanjur heboh, saya mencoba membuka konten pornografi. 

Sekadar cari tahu, apakah yang diributkan masalah perbokepan alias pornografi itu lebih ngeseks dari yang seksual di jagat maya.

Jika muramnya masa depan gara-gara kecanduan judi onlen. Bagaimana dengan doyan berat pornografi? Betapa dongkolnya nitezen.

Di benak mereka, jika medsos X diblokir oleh Kemkominfo, maka dunia tanpa jagat maya bagai hidup di zaman purba. Persis, kita hidup di zaman prasejarah. Main sok-sokan anti pornografi. Ehem. 

Padahal sebagian dari mereka yang "di atas" penggemar film bokep. Maaf bos-bos! Kita akui saja. Kita tidak ingin munafik. 

Alaah. Nggak usah pura-pura. Blokir judi online saja belum tuntas. Sebentar, pecandu judol tetap dibeking oleh oknum aparat.

Coba, jika berani tutup punya Elon Musk. Jika X masih bandel, lantas cabe-cabean belum sepi justeru banyak ayam-ayam kampus. 

Memang kita akui. Jika kita mau cerita bahwa urusan perbokepan sebagai akhir dari tabu. Apa itu moral di depan pornografi?

***

Apa yang ingin saya katakan adalah pornografi sebagai tanda akhir dari tabu. Sudah bukan rahasia umum. Anak-anak sudah menikmati pornografi. Itulah buktinya. 

Bahwa menonton dan membicarakan pornografi secara bebas dengan segala kontennya menandakan sudah tidak ada lagi yang sakral. Menerima atau menolak, seks dengan pornografi dianggap tidak lagi dalam ruang suci. Ampun seribu ampun!

Bagi kawan-kawan yang tidak sok-sokan, tips tambahan, yang membuat jantung kita berdebar. Apa itu? 

Bagaimana jika kita mendekatkan bola mata ke dalam organ seks? Sekali-sekali intip konten pornografi tanpa sepengatahuan Kemkominfo, sang wasit handal. Sekali terpikat, seketika terbayang.

Lantas, melihat lebih baik. Singkat kata, itu urusan Kemkominfo. Sebagai wasit, Kemkominfo berhak beri kartu merah ke konten pornografi dan judi online. Selebihnya, nitizen juga berhak untuk menikmati medsos X.

Camkan baik-baik kawan! Pornografi punya alasan untuk berada pada sisinya sendiri. 

Ia menjadi bagian dari ampas sebagai obyek nyata. Dari ilusi gila wujud nyata.

Apa gerangan di kepala para pembuat kebijakan? Saya kira, Kemkominfo tidak cukup membahas masalah moral dan undang-undang pornografi yang ditabrak oleh sindikat film biru. 

Kita sadar, apa yang terlibat adalah sebuah pesta pora realisme metafisika berupa lebih seks dari yang seksual. Sebuah pesta pora produksi.

Apanya yang kita ragukan kawan? Wacana blokir konten pornografi atau protes atas blokir X? Film-film biru tertentu tidak lebih dari efek-efek gambar-suara yang berpengaruh mendalam dari close up persetubuhan.

Coba kita abaikan dulu cerita blokir. Saya tidak perlu tarik nafas dalam-dalam. Anda juga tidak perlu merem melek.

Perhatikan dulu kalimat ini. Dalam jagat maya, pornografi menampilkan "adik kecil kita." Dia tahu bagaimana melakukan sesuatu tanpa perintah dari salah satu lawan jenis. Dia bereaksi tanpa aba-aba sang aktor untuk mencapai kenikmatan seksual puncak.

Agar tidak repot menelan beberapa kalimat sakti, mungkin sedikit agak berat mencerna apa maksud dari wejangan dari Mbah "jelmaan" langit. Nyatanya, pornografi tidak menopeng dan menyelubung apa pun. Pornografi adalah nyata. Hasrat seksual dalam pornografi tidak untuk dikekang, melainkan disalurkan secara sah. 

Paham atau belum sampai di sini?

Kemudian, agar saya tidak solo karir orgasme kalimat demi kalimat. Saya tambahkan lagi kalimat yang lain. Begini kalimatnya "Apa yang Anda inginkan bos? Anda ingin memblokirku? Jika demikian, ubahlah diri Anda lebih dahulu!" "Katakanlah, ya aku bos ingin memblokirmu. Sekarang, blokir dan sensorlah diri Anda sendiri."

Dari aturan bos, "bawalah aku dari bebas korupsi. Bagaimana setuju? 

Selanjutnya, bawalah aku ke mimpi yang indah dan tidur nyenyak."

Jadi, sekilas ada benang merah, di sini. Misalkan, gemerlap birahi dalam pornografi. Ia bangkit bukan pertama kali dari tubuh sintal nan seksi. Ia muncul dari otak mesum atau kepala wig-wig dan fantasi birahi. Ah, bisa saja!

Alhasil. Saya mengintip kembali ke X. Hore! Medsos batal diblokir oleh Kemkominfo. 

Sederet atau lebih cuitan tentang batalnya blokir atas X. Selamat bro! Tunggu dulu, ya. Ini bukan kemenangan bola Indonesia atas Brazil.

Berkat protes terhadap wacana Kemkominfo untuk blokir X membuat para nitizen bisa sumringah. Alih-alih seluruh utang saya dan Anda mohon dilunasi hari ini atau esok, ya! 

Cara untuk mensyukuri nikmat membaca berita, tulisan, dan hal-hal penting lainnya melalui bagi-bagi sedekah. Satu diantaranya, sedekah senyum pepsodent di medsos X. 

Lagi pula, kita merasa bangga karena banyak hal yang dipahami lewat X. Sssttt. Ingat bukan film free XXX!

Makanya, Kemkominfo usahakan jauhi terburu-buru ambil keputusan. Jangan-jangan hasrat menggebu untuk blokir tidak lebih kencang daripada membayangkan konten pornografi saat protes jadi buyar. Saya percaya, mereka lebih tahu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun