Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Artificial Intelligence Ungguli Tukang Foto

31 Mei 2024   20:05 Diperbarui: 11 Juni 2024   05:08 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketimbang cengar-cengir dan nyinyir, lebih baik kita turut berduka cita. Mendoakan keluarga yang selamat setelah orang tua atau anak-anak Palestina dibantai oleh Israel itu juga luar biasa akan terijabah tembus ke langit. Yang enteng itu bingung sendiri. Tidak tahu apa yang ingin dilakukan.

Wajar saja ada kawan yang berbeda lincahnya dengan kawan lainnya saat mencari foto korban warga Palestina yang terbunuh. Mungkin pula kepala lebih berat ke isu dan masalah yang terjadi di dalam negeri. Artinya, dia sedang mempertahankan dua bentuk keperpihakan terkait penderitaan orang banyak. Kalau kita berbicara orang miskin, di Palestina juga tertimpa kemiskinan. Gara-gara foto yang terpampang di medsos justeru akan kita tahu banyak hal. 

Oh, warga Palestina yang tewas, berapa yang kurang makanan, kurang gizi, krisis air, krisis listrik hingga terhalang komunikasi dengan warga dunia lainnya. Semuanya akan tergambar lewat foto dan berita di medsos.

Lalu, bagaimana foto anak-anak Palestina dipenggal dan dibakar hidup-hidup sampai kepada kita? Pertanyaan itu bisa berkembang, dari sorotan mana kita pilih.

Setelah robot Artificial Intelligence (AI) bernama Sophia menjadi warga negara Arab Saudi dan robot AI yang menggantikan pendeta di Inggris. Yang lainnya bakal digantikan perannya oleh robot, seperti biksu, ulama, dan rabi. 

Apa yang dilakukan oleh AI di Palestina?

Sekali lagi. Di media onlen memberitakan tentang keterlibatan AI di antara kamp tenda untuk warga Palestina yang mengungsi. Pantaslah, kenapa di layar medsos sekelas X bertaburan kalimat: "All Eyes on Rafah" (Semua Mata Tertuju ke Rafah). 

Setiap saya bergeser ke akun lain, muncul lagi slogan yang sama. Sekian hari saya lihat tanpa jeda dengan kalimat yang seragam di medsos.

Selagi sarapan hingga santap malam sembari intip All Eyes on Rafah di medsos itulah kesempatan yang tidak terlewatkan. Cuma bedanya, anak-anak muda Palestina yang meninggal akibat serangan pasukan Israel tidak main tubruk seperti ini. 

"Viralkan aku, ya!" "Lihatlah aku, gagah kan, cantik kan!" 

Seandainya celoteh itu difoto oleh AI seakan menampar para pengagum posmodernisme. Jelas tidaklah. Masak kita tega parah memplesetkan kata-kata dan gambar video warga Palestina yang mati. Sungguh, ampun, tidak demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun