Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hasrat dan Nafsu: Akhir Nalar

12 Maret 2024   10:03 Diperbarui: 5 Maret 2025   08:13 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi (DOK.PRI)

Sementara, nafsu membuat penderitaan melipatgandakan kekuatan dirinya. Tubuh diritualisasi dengan hasrat dan nafsu untuk menunda penderitaan.

Hasrat dan nafsu yang terlibat dalam kebebasan tidak lebih dari ilusi. Nah, dari sini, manusia tidak bebas akibat nafsu memerangi nafsu yang lain.

Citra, selera, dan indera menyatu sebatas pengetahuan yang didasari oleh kekuatan persepsi indera atau intuisi. Kecuali hasrat dan nafsu. 

Contoh, sebuah patung lilin dari tokoh fiktif atau nyata, sesungguhnya hal yang nyata juga muncul dalam imajinasi dan teknologi sebagai suatu jeritan dalam dunia seni. Ia bisa dijelaskan melalui lisan dan tulisan sekalian. Daripada sebuah gambar hidup yang terperosok dalam kesadaran palsu ala Nietzsche, mending tubuh ditampilkan kekuatannya demi hasrat yang bergelora dan nafsu yang menggoda.

Tanpa melalui kontemplasi metodis ala Descartes, pikiran tidak akan pernah berakhir pada sesuatu yang pasti dan jelas. Betapapun kita mulai dan sedang berpikir, tidak lebih sebagai hasrat untuk pengetahuan. 

Tubuh aktual itu ada sebagaimana tubuh virtual yang nyata. Tidak ada titik akhir, kecuali perpaduan hasrat, nafsu, dan tubuh.

Pengobaran dan pergerakan. Semakin kuat hasrat dan nafsu, maka semakin muncul titik kerawanan dari tubuh. Nyatanya, tubuh yang dieksploitasi. Hasrat yang bangkit dan nafsu yang mencair juga melalui tubuh.  

Nafsu bisa mengurangi kualitas bisikan atas obyek yang disenangi. Hasrat atau nafsu yang memboncengi dinamika dan pergerakan kehidupan.

Ketika hasrat dan nafsu meluap-luap akan semakin diketahui titik celahnya. Dalam tipologi binatang rasional, dimana hasrat dan nafsu hanyalah sebuah garis demarkasi antara hal-hal yang kompleks dan sederhana. 

Tubuh berhubungan dengan penciuman dan penglihatan, buram dan tajam, bersamaan teks dan suara musik yang sebenarnya. Pada dasarnya, indera sangat peka juga melalui tubuh. 

Nalar hadir bukan untuk menjinakkan nafsu. Gejolak nafsu yang membungkan rangsangan saraf otak, mengalir dan menyelinap kedalam peradaran darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun