”Ketika bayangan paling panjang, kelak senyum merekah tampak jelas dari kedalaman tatapan ayah, ibu, dan anak miskin ekstrem menjadi momen muncul pertama kali di hari ini.” Rumah tangga miskin ekstrem tanpa tatapan kosong.
Pada kenyataannya, bantuan sosial dan program bantuan lainnya itu sesuatu yang kosong karena tidak mampu mengangkat bayangan paling panjang dari kemiskinan. Segepok uang dan asap dapur mengepul berlaku sehari atau lebih. Tetapi, program bantuan tidak mengeluarkan diri mereka dari akar permasalahan.
Mereka ingin ”menggali kedalaman tatapan” masa depan yang belum tentu pasti. Tinggallah bayangan kemiskinan ekstrem yang membiarkan waktu rumah tangga miskin ekstrem tidak terbuang percuma dan ketidakhadiran akses kehidupan yang menyenangkan.
Kemiskinan ekstrem menandakan kenampakan peristiwa melalui pertanyaan. Suatu rentetan pertanyaan yang tiada henti dari kertas kuisioner. Rumah tangga miskin ekstrem menghadapi kemunculan tanpa memohon belas kasihan.
Mata mereka tidak selalu untuk mengucurkan air mata. Mereka tidak pernah bermimpi dan mengadu kepada orang lain agar mereka menjadi percontohan kemiskinan ekstrem.
Semua itu, bisa jadi tampak dari episode-episode kehidupan. Sebuah penaklukan atas bayangan paling panjang, yang tunduk pada kekuatan mereka sendiri.
Kadangkala kita baru paham tentang permasalahan akibat keingintahuan. Begitu banyak permasalahan kemiskinan ekstrem yang muncul dari keingintahuan.
Kecuali orang memang ogah dan tidak anggap kemiskinan ekstrem atau kemiskinan itu sendiri sebagai permasalahan. Selama kita hidup, kita tidak luput dari permasalahan.
Setelah bangun tidur, bergerak, keluar dari rumah, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, di situlah akan muncul permasalahan. Kita sadar, hanya orang gila syarafnya dan orang tidur yang jauh dari permasalahan kehidupan.
Salah satu cara memantau yang diarahkan pada permasalahan yang berbeda. Penulisan kehidupan kepala keluarga miskin ekstrem dengan anggota keluarganya disesuaikan dengan yang tampak dari tubuhnya. Bukan hanya bentuk fisik tubuh rumah tangga miskin ekstrem, tetapi juga rumah, jamban keluarga, dan sejenisnya merupakan ’tubuh’.
Tulisan sebelum arsip berupa kendala dan permasalahan dalam potret kemiskinan ekstrem. Dari sini, kendala dan permasalahan mencakup capaian kinerja program dan kondisi umum keluarga/rumah tangga miskin ekstrem.
Namun, kendala dan permasalahan mesti dibuktikan secara terbuka. Ini bagian dari Bab IV Kendala dan Permasalahan. Marilah kita menyimak kendala dan permasalahan kemiskinan ekstrem, sebagai berikut:
Kendala dan Permasalahan Kinerja Program
Terdapat 6 (enam) kendala dan permasalahan utama mengenai kinerja program dialami oleh keluarga/rumah tangga miskin ekstrem berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, meliputi:
Pertama, Belum optimalnya pendataan, verifikasi, dan validasi data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).
Kendala dan permasalahan terletak pada rumah tangga yang sebenarnya berada dalam kriteria kemiskinan ekstrem justeru tidak muncul namanya dalam data Desil 1 (Satu) kemiskinan ekstrem (exclusion error). Bukti-bukti itu ada di depan mata. Beberapa warga yang menempati rumah yang tidak layak huni dan gubuk reok atau semacam “gubuk derita,” malah ditampik dari kriteria kemiskinan ekstrem.
Kendala dan permasalahan terletak pada kurangnya koordinasi dan sinergisitas antara Tim Verifikasi dan Validasi data kemiskinan ekstrem dan pemangku kepentingan terkait, sehingga apa yang terjadi pada rumah tangga yang tidak miskin ekstrem (tidak layak) dimasukkan dalam data KK miskin ekstrem (inclusion error). Bukti-bukti menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki kendaraan roda empat dan roda dua hingga memiliki rumah batu dimasukkan kedalam data KK miskin ekstrem.
Munculnya penilaian subyektif dari Tim dan kader pendamping karena memilih keluarga dan hubungan kekerabatan lainnya kedalam proses pendataan kemiskinan ekstrem.
Kedua, Masih rendahnya kualitas manajemen pelayanan bantuan sosial terhadap rumah tangga miskin ekstrem.
Rentetan kendala dan permasalahan: ‘Masih rendahnya kualitas manajemen pelayanan bantuan sosial terhadap rumah tangga miskin ekstrem’, meliputi:
Kendala dan permasalahan yang dihadapi KK miskin ekstrem, Nasrun di Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu adalah belum sama sekali menerima program bantuan pemerintah.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Yuding Sangkala di Kelurahan Sidenre, Kecamatan Binamu, diantaranya belum menerima program bantuan PKH.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Jello di Desa Kareloe, Kecamatan Bontoramba adalah belum menerima sama sekali program bantuan pemerintah.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Sitti di Desa Bulujaya, Kecamatan Bangkala Barat adalah belum menerima sama sekali program bantuan pemerintah terutama bantuan sosial (Bansos).
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh J. Dg Tammu sebagai KK miskin ekstrem di Desa Bulujaya, Kecamatan Bangkala Barat adalah belum menerima sama sekali program bantuan pemerintah terutama bantuan sosial (Bansos).
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Kuta Bin Makko sebagai KK miskin ekstrem di Desa Bulujaya, Kecamatan Bangkala Barat adalah belum menerima sama sekali program bantuan pemerintah terutama bantuan sosial (Bansos), Bedah Rumah, dan listrik.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Megawati Lestari sebagai KK miskin ekstrem di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Binamu adalah belum menerima sama sekali program bantuan pemerintah terutama bantuan sosial (Bansos) dan Bedah Rumah.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Saruddin sebagai KK miskin ekstrem di Desa Paitana, Kecamatan Turatea adalah belum menerima sama sekali program bantuan pemerintah terutama bantuan sosial (Bansos).
Ketiga, Kurangnya akses rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan Bedah Rumah.
Rentetan kendala dan permasalahan: ‘Kurangnya akses rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan Bedah Rumah’, meliputi:
Sebagian rumah yang ditempati oleh KK miskin ekstrem adalah milik orang tua dan orang lain. Sebagian besar tanah yang ditempati rumah KK miskin ekstrem adalah milik orang lain.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Suparman Mone di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, diantaranya untuk sementara masih menumpang di rumah mertuanya. Kendala dan permasalahan yang dihadapi, yaitu rumah dan tanah yang ditempati oleh Nasrun di Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu) adalah milik orang tua (di bawah kolong rumah).
Keempat, Lemahnya usaha kecil dan kemandirian usaha ekonomi yang ditandai dengan kurangnya akses rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan modal usaha produktif.
Rentetan kendala dan permasalahan: ‘Kurangnya akses rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan modal usaha produktif’, meliputi:
Akses KK miskin ekstrem terhadap pelayanan usaha kecil dan mikro yang sangat rendah mencerminkan sisi kelemahan terhadap aspek pemberdayaan ekonomi produktif.
Sebagian kecil KK miskin ekstrem membutuhkan program bantuan modal usaha, dibandingkan kecenderungan dan daya tarik yang besar pada jenis program bantuan yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan hidup pokok sehari-hari.
KK miskin ekstrem lebih memilih pada jenis pekerjaan/mata pencaharian sebagai petani, buruh bangunan, nelayan (rumput laut) persen, dan penambak/buruh lepas pembibitan/pembantu budi daya rumput. Sehingga KK miskin yang hanya bekerja di sektor pertanian yang memiliki nilai tukar yang rendah menjadi kendala dan permasalahan untuk meningkatkan pendapatannya.
Permasalahan tersebut digambarkan saat buruh tani mendapat hasil setelah usaha pertanian melalui upah dari petani pemilik Rp 400.000 per bulan. Tetapi, buruh tani mengeluarkan biaya untuk kebutuhan hidup 7 anggota keluarga sekitar Rp 850.000. Berarti hasil pertanian yang dibayarkan pada KK miskin ekstrem melalui upah masih minus untuk biaya kebutuhan hidup satu keluarga.
Kelima, Lemahnya peningkatan dan pengembangan kapasitas rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan lapangan kerja produktif.
Kendala dan permasalahan: ’Lemahnya peningkatan dan pengembangan kapasitas rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan lapangan kerja produktif’, meliputi:
Dilihat dari jenis pekerjaan/mata pencaharian KK miskin ekstrem seperti buruh tani, buruh bangunan, dan pembantu budi daya rumput laut sudah jelas tidak menghasilkan pendapatan yang optimal. Pada dasarnya, pilihan KK miskin ekstrem terhadap jenis pekerjaan sektor pertanian hingga jenis pekerjaan serabutan (lepas) dalam kondisi terpaksa karena mereka tidak dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
KK miskin ekstrem tidak dilatih untuk mengasah dan meningkatkan kualitas keterampilan kerja yang produktif. Dalam istilah, KK miskin ekstrem tidak diberikan pancing, malah ikan diberikan pada mereka.
Keenam, Rendahnya akses rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan PIP-KIP dan PIS-KIS.
Kendala dan permasalahan: ‘Rendahnya akses rumah tangga miskin ekstrem terhadap pelayanan PIP-KIP dan PIS-KIS, meliputi:
Meskipun indikator kinerja Angka Partispasi Murid (APM) telah mencapai 100 persen, bukan berarti tidak ada kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan program bantuan pemerintah.
Bagi murid yang tergolong tidak mampu bahkan murid dari rumah tangga miskin ekstrem memiliki kencenderungan gagap persyaratan administratif. Kriteria penerima PIP adalah murid yang memiliki KIP. Jika murid yang berasal dari latar belakang rumah tangga miskin (ekstrem) akan menimbulkan permasalahan tersendiri. Sudah tentu siswa dari keluarga miskin (ekstrem) tidak mendapat penyaluran bantuan uang tunai saat tidak memiliki KIP. Pemerintah atau satuan pendidikan terkait bisa memfasilitasi KIP kepada murid dari latar belakang miskin (ekstrem).
Kendala dan permasalahan akan ditemukan pada murid atau orang tua miskin ekstrem yang harus mendaftar KIP/KIS secara online. Murid dari latar belakang keluarga miskin (ekstrem) belum sepenuhnya dapat difasilitasi untuk mengetahui langkah-langkah pendaftaran KIP/KIS. Murid dari latar belakang keluarga miskin (ekstrem) dituntut melek teknologi digital karena mereka akan mengunjungi website resmi PIP. Mereka harus masukkan data NISN dan NIK KTP. Lengkapi kode captcha yang ditampilkan. Pilih “cek penerima PIP” untuk mendapatkan informasi status.
Keterlambatan penyaluran PIP/KIP dan PIS/KIS secara fisik ke murid miskin ekstrem akan berdampak pada pakaian seragam, alat tulis, dan kebutuhan sekolah lainnya.
Pemerintah Daerah belum optimal untuk mengalokasikan dana pendidikan sesuai amanah Undang-Undang sebesar 20 persen dari total APBD. PIP/KIP merupakan bagian utama sumber dana untuk mendukung Program Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, PIP/KIP di jenjang Pendidikan Menengah dan PIP/KIP Kuliah di perguruan tinggi.
Kapasitas pelayanan PIP/KIP dan PIS/KIS belum memadai dibandingkan dengan besarnya jumlah keluarga miskin (ekstrem). Salah satu alasan ketidakseimbangan input dan proses/kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi keluarga miskin, yakni belum optimalnya pemutakhiran data KK miskin ekstrem.
Rendahnya pemanfaatan pelayanan PIP/KIP dan PIS/KIS antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai proses dan manfaat pembuatan serta kepemilikan KIP dan KIS.
Kendala dan Permasalahan Umum Rumah Tangga Miskin Ekstrem
Terdapat 3 (tiga) kendala dan permasalahan utama dari kondisi keluarga/rumah tangga miskin ekstrem berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, meliputi:
Pertama, Masih banyaknya rumah tidak layak huni.
Rendahnya akses KK miskin ekstrem terhadap pelayanan program rumah layak huni sebesar 32,86 persen. Permasalahan rumah tidak layak huni meliputi rumah panggung dan rumah non panggung (rumah bawah). Rumah KK miskin ekstrem dengan jenis atap, lantai, dan dinding yang menandakan tidak layah huni.
Kedua, Rendahnya tingkat elektrifikasi.
Akses KK miskin ekstrem terhadap pelayanan jaringan listrik masih rendah. Permasalahan rendahnya akses KK miskin ekstrem terhadap elektrifikasi yang dimaksud adalah memiliki penerangan listrik yang menyambung sebesar 23,57 persen.
Ketiga, Masih rendahnya akses sanitasi dasar jamban keluarga.
Permasalahan yang dihadapi oleh rumah tangga miskin ekstrem adalah rendahnya akses terhadap sanitasi dasar jamban keluarga karena status kepemilikan jamban keluarga yang hanya menumpang di tempat lain. Akses KK miskin ekstrem terhadap sanitasi dasar jamban keluarga sebesar 23,57 persen.
Rangkaian peristiwa di balik permasalahan banyaknya rumah tidak layak huni, rendahnya tingkat elektrifikasi, dan rendahnya akses sanitasi dasar jamban keluarga, misalnya bukanlah menyangkut keputusan dan penafsiran, melainkan kosa kata kemiskinan ekstrem yang tertulis. Analisis diakui tidak lebih dari suatu terapi dan bahan diskusi ekonomi, resep politik hingga model pendidikan kaum miskin.
Kita melihat, permasalahan kemiskinan ekstrem yang kompleks adalah permasalahan ’hak’. Sejak ”si Capa’ dan si Makkaratang ada di sana,” keduanya tidak sedih, begitu pula mereka yang tidak menerima program bantuan.
Mengapa mereka bersusah payah untuk memamerkan citra kemiskinan ekstremnya? Sekali citra itu muncul, apa yang kita pantau menjadi kebenaran. Mengapa mereka membiarkan dirinya tenggelam dalam kemiskinan yang menurut mereka merupakan hal biasa? Mengapa mereka harus melingkar-lingkar dalam setan kemiskinan yang tidak berujung pangkal? Mengapa mereka larut dalam mimpi buruk. Di situlah permasalahannya. Tidak yang harus disembunyikan dari mereka dan dari aparat penyelenggara negara.
Suatu hari nanti, mereka lepas dari hari gelap menuju hari cerah ceria. Bagi rumah tangga miskin ekstrem, hari ini dan besok pagi tidak akan gelap lagi. Waktu adalah milik mereka. Rumah reok bukan rumah, tetapi membuat mereka tetap bertahan hidup dan menjalani hidup secara wajar.
Permasalahan yang mesti kita jawab dengan permasalahan ditandai penggiringan pada perburuan rente
di balik program kemiskinan ekstrem. Kita mesti berpikir pada cara mempermasalahkan orang-orang yang tidak menganggap permasalahan kemiskinan ekstrem. Ini bentuk permasalahan lain. Setiap orang miskin ekstrem punya ide, imajinasi, dan gambaran agar keluar dari belenggu kemiskinan. Kita berharap, tulisan tentang kemiskinan ekstrem di bumi ini tidak mandeg menjadi arsip belaka.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H