Di situlah menariknya karena kepada yang mereka dilirik oleh PDI-P justeru bukan tiga besar yang tertinggi elektabilitasnya. PDI-P memiliki pertimbangan dalam memilih Mahfud MD sebagai bacawapres Ganjar Pranowo. Salah satu pertimbangan tersebut, diantaranya, Mahfud MD memiliki faktor sosiologis. Seorang bakal calon wakil presiden mesti jelas basis suara dukungan di suatu wilayah. Mahfud MD adalah kader Nahdiyin. Dia dianggap memiliki ceruk suara di Jawa Timur, Madura, dan Yogyakarta. Setelah diumumkan berpasangan dengan Ganjar Pranowo dikabarkan begitu welcome dengan masyarakat pemilih Bali.
Umumnya, aspek sosial yang dinilai oleh pemilih. Jika Mahfud MD diidentifikasi pada latar belakang keagamaan dan keterbukaan antaretnis, golongan, dan penghargaan atas kebinekaan atau perbedaan termasuk terdepan. Sikap inklusifitasnya terhadap warga lain dinilai mantul, mantap betul.
Mahfud MD sebagai seorang tokoh dengan tingkat elektabilitas yang rendah, tetapi memiliki basis pemilih yang sama dengan bacawapres mungkin tidak akan dianggap biasa-biasa untuk menambal kekurangan suara. Karena itu, Mahfud MD yang ramai diperbincangkan memiliki basis pemilih yang berbeda dengan Ganjar Pranowo memiliki peluang yang lebih besar.
Faktor lainnya, yaitu faktor kualitas personal dari Mahfud MD menjadi pertimbangan. Dia dikenal memiliki integritas yang sudah teruji di lapangan. Dia cerdas, mumpuni sebagai profesor dalam disiplin hukum. Sangat memahami politik dan pemerintahan. Dia memiliki sepak terjang yang kadangkala mengundang kontroversi. Singkat kata, Mahfud MD sudah memiliki segudang pengalaman di lembaga yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
Mahfud MD tidak hanya sebagai tokoh populer, dia juga dikenal bersih dari korupsi, misalnya. Cocoknya berpasangan dengan Ganjar Pranowo yang berpenampilan apa adanya. Keduanya bergaul dan tidak tersandung masalah penyelewengan jabatan atau sejenisnya. Patutlah kiranya Mahfud MD mengakui Ganjar Pranowo sebagai sosok yang merakyat dan berani mengambil tindakan demi kepentingan umum.
Penampilannya sederhana dan pandai bergaul di berbagai kalangan. Di medsos, dia kerap nge-twett. Jangan heran, banyak ucapan selamat kepada Mahfud MD setelah dinyatakan sejodoh dengan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon wakil presiden dan bakal calon presiden mendatang.
Secara khusus, sikap Mahfud MD yang menuai kontroversial. Sebutlah diantaranya, berseterunya Mahfud MD dengan sejumlah anggota Komisi III DPR menyangkut transaksi mencurigakan senilai 349 triliun rupiah sebagai dugaan tindak pidana pencucian uang. Soal LGBT sebagai kodrat manusia. Alasan Mahfud MD karena LGBT tidak termuat dalam KUHP baru hingga dia dicap sebagai "juru bicara" KPK terkait kasus eks Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo bersama dua orang anak buahnya, Kasdi Subagyono dan Muhammad Hatta di Kementerian Pertanian.
Nah, misteri "M" tinggalkan misteri. Kita sekarang berada di satu titik, dimana tidak seorang pun yang menjalankan kuasa dengan pandangan sempit dan bermental kerupuk di hadapan zaman yang telah berubah.
Pandangan mereka adalah pandangan hampa dari sifat serakah. Mereka didambakan sebagai titik langkah yang ringan dan terukur.
Marilah kita perhatikan masa depan negeri kita, yang suatu hari masalah tidak pernah habis! Kita yakin masalah yang kompleks pasti lenyap di suatu hari. Duet Ganjar-Mahfud tidak selalu memandang dirinya sebagai pemimpin. Mereka tahu jika kuasa negara bukan untuk dimiliki, melainkan sebagai amanah.
Ganjar-Mahfud sudah menjadi calon pasangan “pengantin” Pilpres 2024. Sebentar hajatan bakal tiba bersama pasangan lainnya, yaitu hajatan lima tahunan pesta demokrasi yang damai, riang gembira, dan penuh hikmat. Ada nilai, dimana permainan politik PDI-P yang elegan. Ia bukan bagai “Banteng yang luka,” melainkan “Banteng yang bersalawat” menyambut kehadiran pasangan pengantin Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Sekali lagi, pasangan pengantin tersebut oleh segenap pendukungnya sebagai pilihan yang tepat. Siapa pun yang terpilih, maka itulah yang terbaik bagi negeri kita. Jayalah Indonesia kita!