Sama sekali tidak ada kaitannya penggusuran Wakirah secara paksa dengan rencana pembangunan kawasan bisnis. Seribu sayang. Wakirah dipandang sebelah mata, kecuali sebagai wong cilik. Jenis manusia yang diperlakukan bukan manusia.
Wakirah mewakili tragedi. Klop, penderitaan dan kegembiraan menjadi guru kehidupan.Â
Bentuk penderitaan Wakirah laksana penderitaan tidak berujung pangkal. Para ‘penolong tragis’ mendatanginya nyaris dari semua arah. Penyedia dapur nirlaba, pemerhati sosial, awak media hingga dinas sosial turut empati pada Wakirah.
Mengenai kekaguman pada tragedi. Ketika Wakirah merasa perlu menyapa ahli retorika, sosiologi, ekonom, agamawan, sastrawan, dan penyair. Secara khusus, kisah tragis Wakirah menyahut para pembesar dan negarawan. Dari atas, suara tragis Wakirah memantul kembali dengan tangan hampa. Kekuatan khayalan atas tragedi. Kisah tragis yang tidak terlupakan. Di ujung lorong gelap di balik tragedi Wakirah, masih ada secercah harapan. Meski begitu pahit, menanti Mukirah sehat kembali. Belas kasih untuk Mukirah!