Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memikatnya Adegan, Menjeritnya Layar

24 Agustus 2023   13:33 Diperbarui: 3 Januari 2024   09:46 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bacapres Prabowo, Ganjar, dan Anies (Sumber gambar: detik.com)

Sejauh tatapan  yang diketahui sebagai resapan, pantulan dan pancaran cahaya, tatkala figur geometris keluar dari mimpi sebagai palu unik yang jatuh di tangan filsuf. Tubuh digelincirkan dalam bayangan yang mengerikan. Ia menggambarkan suatu kepatuhan dan perputaraan dengan porosnya. 

Ketika komedian politik diharapkan membantu untuk melenturkan syaraf-syaraf menuju mesin mimpi yang fantastis dan ironis. Ia salah satu sisi manusia: naskah khotbah dalam tidur semalam.

Tetapi, adegan meninggikan jangkauan tatapan saat timbul tenggelamnya ’fantasmagoria’, aliran khayalan yang nyata paling mutakhir menutupi celah-celah kepolosan warganet dan orang-orang di ruang publik sama sekali tidak menyamarkan identitas dan kemiripan obyek. Kecuali sesuatu hal yang telah ditolak. Ketika kita menatap langit sebagai anugerah besar mengakhiri khayalan demi tatapan, maka sisi kegelapan ke luar dari lingkaran matahari. 

Gedung ikonik, Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab dihiasi dengan warna bendera merah putih, tempat dimana obyek tatapan dipertajam oleh hasrat, mimpi, dan fantasi dilepaskan secara terkendali. Bendera merah putih itu dilepaskan melalui layar LED (Light Emitting Diode). Figur geometris menjurus pada garis dan titik yang searah dengan mata dan kaki saat sang penatap bendera merah putih. Garis dan titik yang jelas mengubah samaran atau lingkaran penuh gelap tatanan benda-benda.

Belahan obyek tatapan antara tiruan dan layar. Tetapi, di sisi lain dari pemenuhan hasrat yang menurunkan pancaran tanda ekepresi rasa haru dari warganet muncul saat bendera merah putih terpampang di Burj Khalifa. 

Tanda ekpresi haru karena bendera merah putih terbentang di Hari Kemeredekaan Republik Indonesia ke-78 tahun, Agustus 2023. Bagi sang penatap obyek, seluruh teks atau khayalan keluar dari pengorganisasian batas-batas jarak. 

Mesin mimpi dari citra ’Indonesia Emas’ atau cermin buram dihentikan dengan hasrat yang menggebu-gebu. Terlepas dari lesunya sebuah penampilan tubuh untuk melenyapkan tipuan gambar, maka obyek tatapan perlu melahirkan kemendadakan gambar yang hidup dan nyata melalui wujud virtual. Ia sebagai sesuatu yang sama sekali penjelmaan pantulan benda-benda, kecuali tiruan dan tipuan. 

Tiruan yang menggantikan kemiripan menjadi obyek yang merata. Tipuan memainkan tanda-tanda lama dan menciptakan mimpi-mimpi baru. 

Dalam pandangan sang penatap, pergerakan tanda melalui realitas menjadi model-model, karena apapun kebenaran dimunculkan dengan penampilan layar terutama melalui realitas baru yang nyata berupa tubuh virtual melalui media sosial (medsos).

Satu sisi, tiruan dan tipuan memasuki obyek tatapan mengundang adegan di tengah realitas baru. Di sisi lain, nyata dan ilusi, asli dan khayalan bukan nampak sebagai tanda masa depan, melainkan sebagai kekosongan baru. Demi kekosongan baru, maka adegan teroris menggunakan medsos. 

Begitu ganjilnya permasalahan adegan yang diajukan oleh sang penatap layar Facebook DE, inisial dari terduga teroris sebagai karyawan PT KAI membuka jalan bagi titik celah layar kekerasan. Seperti bibit-bibit yang disemainya untuk menajamkan sebuah tatapan mata melalui celah lainnya dari terorisme ala DE selama 13 tahun bergandengan dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Adegan berbahaya begitu nikmat. Yang menjerit justeru di balik layar teroris DE dengan penampilan tubuhnya dilipatgandakan dengan “tubuh lainnya” melalui layar medsos. Adegan berbahaya seakan-akan berusaha menjerit secara langsung atau tidak langsung melalui layar medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun