Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Katanya Pluralis, Siapa Bacawapres Minoritasnya yang Feminis?

12 Agustus 2023   21:13 Diperbarui: 18 Agustus 2023   08:27 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kilas balik pluralisme Prabowo tidak memiliki riak-riak karena sudah selasai menjelang pemilihan presiden, 2024. Kita tidak punya maksud mengutak-atik dan membuat dikotomi antara mayoritas dan minoritas dalam bursa Bacawapres wanita.

Kita tekankan satu poin. Politik representatif dari minoritas yang feminis, wanita bukan sama sekali sebuah kesadaran dan refleksi kebangsaan. Di balik demokrasi, ada politik dengan kepentingan masing-masing bercokol memiliki jarak yang renggang terhadap Bacapres minoritas yang feminis. Saya tidak mengatakan bahwa suatu hari kelak kita bakal menuju impian minoritas. Lebih penting kita berbicara dari saat ini untuk bisa menggambarkan apa yang akan terjadi esok, di dunia politik.

Sebagian orang menaruh minat atau tidak terhadap impian minoritas yang feminis, wanita menuju nomor 2 RI bergantung pada keadaan yang mengililinginya. Di pihak lain, kepentingan minoritas yang femisnis untuk masuk bursa Bacawapres belum mendesak diperjuangkan.

Keputusan yang diambil oleh politisi mengenai keterwakilan perempuan sebagai Bacawapres sesuai harap-harap cemas elektabilitas Bacapres. Keputusan politik tidak memiliki rasa bimbang sedikitpun. Ia merupakan keputusan yang ekstra teliti, sehingga setiap langkah politik tidak gegabah, suatu keputusan rasional dan terukur. 

Lihatlah, bagaimana Prabowo, Ganjar, dan Anies begitu ketat dan hati-hati untuk "meminang" Bacapres! Di mata orang, di setiap level, dari ibu rumah tangga, pengasong, sosialita atau kaum seleb, wanita karir hingga legislator belum ada yang bersuara lantang untuk memperjuangkan kaum minoritas yang feminis, wanita.

Melek politik minoritas sesekali  membuat kaum mayoritas untuk  ikhtiar "mengaca" diri. Suku, agama, etnis, budaya, bahasa, dan warna kulit yang berbeda-beda menyatukan dan memisahkan jargon kebinekaan dengan mitos. Siapa lagi, jika bukan merawat dan mengayomi kaum minoritas. Wanita dari kaum minoritas yang terjaring dalam bursa Bacpres untuk Indonesia. Saya tidak sedang mengigau, kawan!

Di sekeliling kita, sodara-sodara bisa melihat dengan mata telanjang sendiri. Negeri ini surplus Bacawapres dari mayoritas, tetapi belum "hilal" dari kalangan minoritas yang feminis, wanita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun