Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Teriakan di Ruang Kosong

22 Juli 2023   22:31 Diperbarui: 26 Juli 2023   20:05 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, setiap kelengahan diri dalam teriakan "presiden, presiden" dipertajam bukan oleh gambar tipuan, melainkan kekaguman atas teriakan mereka sendiri.

Berkenaan dengan jaring-jaring bacapres Ganjar Pranowo yang didukung dengan hiburan politik. Untuk para sobat! Pengorbanan relawan dan pendukung lainnya yang diciptakan oleh teriakan tanpa lelucon. "Ganjar presiden, presiden!" Fiksi dan fakta segera melucuti dan menggiring teriakan pendukung di tubir ruang kosong.

Tetapi, lelucon sebagai bentuk permainan aneh perlahan-lahan mengiringi mesin politik. Para pendukung yang berbicara, "datangilah aku di tempat yang lebih nyata!" Dalam teriakan "presiden, presiden" justeru sebagai tempat yang rawan bagi terciptanya ruang kosong. Saya hanya tersenyum dibuatnya.

Ganjar diteriaki "presiden" tatkala lari pagi bareng dengan Gibran, di Bogor (22/72023). "Hidup Gajar! Ganjar Presiden! Hidup PDIP," teriak kader lainnya. Itu momen untuk menghadiri puncak perayaan HUT ke-50 PDIP di JIExpo, Jakarta Selatan (10/1/2023). Mereka berbicara tidak dengan kedalaman selera perut atau aliran kepuasan sedetik. Di Gelora Bung Karno, di acara jalan sehat di Bali, dan lainnya, Ganjar di teriaki "presiden, presiden."

Apa yang kita lihat (ribuan hingga jutaan penonton) mengenai lingkaran tidak datang dari batas teriakan "presiden, presiden!" Sumber teriakan yang tidak terbatas juga tidak memiliki ruang di luar yang dibicarakan atau diteriakkan oleh pendukung.

Ruang representasi gambar bacapres terakhir dari sisi gaya bacapres melekat pada orang yang hanya pandai berteriak. Teriakan pendukung melampiaskan atau menghasratkan dirinya dengan bisikan atau godaan dikelilingi dengan dunia citra bacapres. Mereka akan berbicara dan mencatat berdasarkan apa yang ada dalam gagasan.

Dalam suara, mimpi, dan fantasi pendukung tentang teriakan "presiden, presiden" untuk pendukung itu sendiri. 

Apa yang terlintas dalam logika kepuasan, tanpa kulit dan tangan, kecuali cakrawala lebih luas, seakan-akan serangkaian pergerakan citra bacapres lewat teriakan "presiden, presiden" oleh pendukung diciptakan demi gema. Setiap gema dari teriakan pendukung menghasilkan gema lainnya. 

Gema tumbuh dan bersemai dalam kerumunan pendukung bacapres. Teriakan sebagai gema mengarah pada ruang kosong. 

Teriakan bak "akar serabut." Ia diperlukan untuk menunjukkan kekuatan politik massa.

Coba Anda perhatikan! Gema dari teriakan pendukung tidak cukup bagi bacapres. Teriakan "presiden, presiden" bersifat tidak stabil. Teriakan belum pasti di bilik suara. Teriakan pendukung pada bacpres berlaku pada peristiwa sedang berlangsung. Teriakan pendukung tanpa bobot laksana benda melayang-layang di ruang hampa. Akhirnya, teriakan "presiden, presiden" tidak terikat pada perpindahan dari bacapres ke capres. Tahapan pemilu berpindah, tetapi teriakan sebagai gema masih tetap teriakan pendukung di ruang kosong. Jika bukan di ruang kosong, teriakan pendukung sekadar gema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun