"Berani
-beraninya upload (prestasi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo)." Itu guyonan seraya mancing salah satu kawan di grup WhatsApp. Saya jawab dengan candaan. "Keluar dari beli kucing dalam karung."Saya sadar, banyolan khas kawan saya seorang Doktor bukan sembarangan. Dia sosok yang suka berbicara kritis plus analitis. Sebut saja Doktor Hadi. Jika dianggap perlu, dia sekali-kali kecebur dalam arena obrolan alias diskusi di grup WA kesayangan.Â
Grup WA yang lain juga seru. Tetapi, grup WA yang satu itu warganya cukup nyentrik. Kadangkala kita dibuat "mules," lain sesi terasa lucu obrolannya.
Terang terus, saya enggak manja-manja ria dengan salah satu tokoh capres yang bakal nyapres. Saya dan mungkin kawan lainnya tidak punya kepentingan politik macam-macam. Apalagi dukung-dukungan dan bela-belaan tokoh capres. Tidak, tidak sama sekali. Kita cuma nimbrung di pesta demokrasi. Kita ingin jadi warga negara yang baik. Ciee, siswa teladan niye!
Sedangkan pilih golput dan warga cuek dalam pemilu juga merupakan hak pribadi. Â Tidak ada tekanan dari siapa pun. Jika ada pihak yang memaksa hingga mengintimidasi warga negara hanya karena berbeda pilihan atau dukungan, berarti mereka tidak paham bahwa pelangi itu indah. Berbeda pilihan lumrah kawan! "Angin darat dan angin laut berhembus tidak saling mengganggu," begitu kata ahli hikmah.
Sebelumnya, saya nge-share sederet prestasi Ganjar Pranowo yang saya unduh lewat media online. Tiba-tiba upload itu diinterupsi oleh seorang senior. Soal dugaan Ganjar korupsi E-KTP. Saya pun sambar link tentang kasus tersebut. Maka muncullah upload pernyataan Novel Baswedan soal tidak terlibatnya Ganjar dalam kasus E-KTP. Saya hanya tersenyum membacanya. Alangkah takjubnya saya atas imbangan obrolan di pagi menjelang siang.
Lebih seru jika dimunculkan juga sosok Anies Baswedan dengan segenap komentar, opini, dan pembelaan terhadapnya. Terutama isu Anies dijegal ke sana ke mari. Katanya Anies sengaja dicarikan lubang. Dia Dibuatkan skenario salah silih. Mengapa orang lain saja yang sudah bersalah dicap, diuber-uber bersalah. Anies jelas-jelas tidak bersalah malah dicarikan masalah. Betullah sebagian omongan yang berlari-lari kecil di layar medsos atau ponsel.
Ada betulnya, bukan soal ada isu digoreng supaya renyah dalam "dadu" yang dimainkan. Dadu juga ada dimana? Medium gorengannya saja tidak jelas.Â
Yang jelas sekadar capres yang ikut nyapres. Itu pun kita sudah ngos-ngosan dibuat manuver dan gonjang-ganjing panggung politik. Siapa setuju jika nyapres hanyalah permainan. Setubuh! Eh, setuju! Jawab dari rumput tak bergoyang.
Sebagaimana tokoh capres lainnya, sebagian orang nyinyir dan haters Ganjar, selebihnya pilih dan Ganjarian. Saya kira itu normal-normal. Tetapi, jika ada orang lantaran aktif atau kader organisasi berhaluan moderat, lantas dukung Ganjar itu perlu dipertanyakan.Â
Atas otoritas apa seorang berkomentar demikian? Lah, organisasi moderat saja "tidak memaksakan kehendaknya" pada anggota untuk pilih berdasarkan cara berpikir kebanyakan warga dan anggota grup WA? Ini membuatku tidak bisa kumengerti alam pikirannya. Katanya, dari orang yang mengaku kader dari organisasi moderat. Dia justeru moderat yang tidak moderat dalam pilihan politik. Seakan calon capres bak "berhala." Dia dianggap pujaan harga mati. Dia laksana bintang idola sampai mati.