Adzan Subuh sudah berkumandang. Mbah Siyem, 68 tahun siap-siap menuju Pasar Beringharjo.
Jarak yang ditempuh dari rumahnya di bilangan Kulon Progo sekitar 30 kilometer ke tempat tujuan.
Saban hari mbah Siyem pergi pulang menumpangi bus kota. Sewaktu-waktu dia dibonceng oleh anaknya dengan sepeda motor.Â
Dari jalan utama penghubung Kota Yogyakarta dan Jalan Wates, Kulon Progo, mbah Siyem diantar untuk menunggu bus kota menuju timur. Lebih kurang satu jam perjalanan yang dia tempuh.
Mbah Siyem merupakan satu dari 210 buruh gendong perempuan di Pasar Beringharjo.
Di sana, jasanya disewa untuk menggendong barang belanjaan dari lantai dua ke lantai tiga. Dari satu lantai ke arah pintu Pasar Beringharjo.
Umumnya, buruh gendong  di Pasar Beringharjo memang berasal dari Kulon Progo.
Satu jam berlalu, tepatnya pukul 05.30 pagi, mbah Siyem sudah tiba di Pasar Beringharjo. Lazimnya, dia lalu berputar-putar untuk menawarkan jasanya sebagai buruh gendong. Bagai mendapat "durian runtuh," mbah Siyem bertekad untuk memanggul belasan karung beras (14/3/2023).
Berapa kilo beratnya per karung beras? Disebutkan, kurang lebih 5 (lima) kilogram per karung beras.Â
Ya ampun! Mbah Siyem dengan punggungnya, sanggup memanggul 5 (lima) hingga 7 (tujuh) karung beras. Perempuan perkasa banget, gumanku membatin.
Coba bayangkan! Dalam hitung-hitungannya. Dia dengan mengandalkan kekuatan fisik dalam usia lebih setengah abad harus memanggul barang melalui tangga. Dia naik turun dalam sekali jalan sebanyak tiga kali dengan beban barang seberat sekitar 40 kilogram.