Guratan wajah pak Gufran tidak menampakkan sedikit pun rasa minder dan risi saat menambal jalan.Â
Andai saya ditanya, kenapa nambal jalan? Membantu negara pelihara jalan. Bayangkan, sumber pembiayaan tambal jalan dari kocek sendiri.
Terlintas dalam ingatanku. Dimana semua anggaran pemeliharaan sarana prasarana transportasi berupa jalan?Â
Soalnya, jalan yang berlobang itu sudah terpantau dan terdata sebagai prioritas pemeliharaan jalan.
Jalan dalam kondisi rusak, entah kategori rusak ringan dan berat mesti teridentifikasi serta mendesak penanganannya. Mungkin tidak ada atau alasan kurang anggaran pemeliharaannya, maka bisa ditempuh kebijakan realokasi anggaran untuk pemeliharaan jalan. Diantaranya, lewat pembahasan dan penetapan anggaran perubahan.
Ternyata tujuan pak Gufron menambal jalan untuk menghindari jangan sampai anaknya Ista'anul Jannati dapat celaka di jalan rusak itu. Makanya, ayah sigap menambal jalan.
Secara tidak langsung, pak Gufron turut membantu khalayak ramai terutama pengguna jalan.Â
Jadi, bukan sekadar melindungi anaknya dari bahaya lakalantas.
Bisa jadi, Baby Benz, BMW, Pajero, Fortuner, dan mobil mewah lainnya berseliweran di jalan itu. Mungkin saja, setiap bapak-bapak atau ibu-ibu mengantar sekolah anaknya. Para pedagang, tukang ojek, truk, angkutan kota hingga sarana ngeceng anak gaul mungkin lewat di jalan yang ditambal oleh pak Gufron.
***
Kerja tulus pak Gufron membungkam kerja sambilan dari menambal jalan berlubang. Sehari-harinya dia sebagai tukang motor becak di Kecamatan Deket, Lamongan, Jawa Timur.